ADSORPSI
KIMIA FISIK II
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu sifat penting dari
permukaan zat adalah adsorpsi. Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi
juga berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih
khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan zat. Adsorpsi
digunakan untuk menyatakan bahwa zat lain yang terserap pada zat itu, misalnya
karbon aktif dapat menyerap molekul asam asetat dalam larutannya. Tiap partikel
adsorban dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi
tarik-menarik. Zat-zat yang terlarut dapat diadsorpsi
oleh zat padat, misalnya CH3COOH oleh karbon aktif, NH3
oleh karbon aktif, fenolftalein dari larutan asam atau basa oleh karbon aktif,
Ag+ atau Cl- oleh AgCl. C lebih baik menyerap non
elektrolit dan makin besar BM semakin baik. Zat anorganik lebih baik menyerap
elektrolit. Adanya pemilihan zat yang diserap menyebabkan timbulnya adsorpsi
negatif. Dalam larutan KCl, H2O diserap oleh arang darah, hingga konsentrasi
naik.
Partikel sol padat ditempatkan
dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan terakumulasi. Fenomena
ini juga disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait dengan penyerapan partikel
pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi
partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong
besar Karena partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah
digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
Adsorben ialah zat yang
melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun gas) pada proses
adsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam
larutan adalah arang. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan
zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya
zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Ketika
pelarut yang mengandung zat terlarut tersebut kontak dengan adsorben, terjadi
perpindahan massa zat terlarut dari pelarut ke permukaan adsorben, sehingga
konsentrasi zat terlarut di dalam cairan dan di dalam padatan akan berubah
terhadap waktu dan posisinya dalam kolom adsorpsi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah :
- Apakah adsorpsi itu?
- Apa yang mempengaruhi besar kecilnya adsorpsi?
- Bagaimana proses adsorpsi arang aktif?
II.
PEMBAHASAN
Adsorpsi
Salah satu sifat penting
dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi
ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya
membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda
dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk
suatu larutan.
Adsorpsi secara umum
adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda
penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan
penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul
pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben,
sedang absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana disebut
dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut
adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan
oleh gaya Van
Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada
pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang
diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat
khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu)
1.Adsorpsi fisika
Berhubungan dengan gaya Van
der Waals. Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih
besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat
yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip
dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada temperatur rendah pada
proses ini gaya yang menahan molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah,
dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van der waals)
mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair,
yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan
molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel.
2.
Adsorpsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang
teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih
besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas
reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh
gaya valensi
yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul. Karena
adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan
atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses
penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga efektifitasnya berkurang.
2.2 Kinetika Adsorpsi
Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan
laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas
sifat penting dari permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu
fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu
zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi
tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta
memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan
adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang
teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :
·
Macam adsorben
·
Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
·
Luas
permukaan adsorben
·
Konsentrasi
zat yang diadsorpsi (adsorbate)
·
Temperatur
2.3 Adsorben
Adsorben ialah zat yang
melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun gas) pada proses
adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat tertentu. Dalam
memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi, disesuaikan dengan sifat dan
keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai untuk
menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Karbon aktif yang merupakan contoh
dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan cara membakar tempurung kelapa atau
kayu dengan persediaan udara (oksigen) yang terbatas. Tiap partikel adsorben
dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik menarik. Zat
ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan.
Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut
sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Beberapa jenis adsorben yang
biasa digunakan yaitu :
a. Karbon aktif/ arang
aktif/ norit
Sejak perang dunia pertama
arang aktif produksi dari peruraian kayu sudah dikenal sebagai adsorben atau
penyerap yang afektif sehingga banyak dipakai sebagai adsorben pada topeng gas Arang
aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan secara
kovalen atau arang yang telah
dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya
terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat
lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan
arang aktif bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas
permukaan, dimana semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas
permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk
meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah
dihaluskan. Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat
organik. Komposisi arang aktif terdiri dari silika (SiO2), karbon, kadar air
dan kadar debu. Unsur silika merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah
larut dalam air, maka khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel
yang terkandung dalam air keruh dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang
jernih.
Bahan baku yang berasal dari
hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah maupun mineral yang mengandung karbon dapat
dibuat menjadi arang aktif yaitu dibuat melalui proses pembakaran secara
karbonisasi (aktifasi) dari semua bahan yang mengandung unsur karbon dalam
tempat tertutup dan dioksidasi/ diaktifkan dengan udara atau uap untuk
menghilangkan hidrokarbon yang akan menghalangi/ mengganggu penyerapan zat
organik Bahan tersebut antar lain tulang, kayu lunak maupun keras, sekam,
tongkol jagung, tempurung kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas,
serbuk gergaji, dan batubara.
Ø Pembuatan arang aktif
Secara umum dan sederhana,
proses pembuatan arang aktif terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1. Dehidrasi : proses penghilangan air dimana bahan
baku dipanaskan sampai temperatur 170°C.
2. Karbonisasi
: pemecahan bahan-bahan
organik menjadi karbon. Suhu diatas 170°C akan menghasilkan CO dan CO2.
Pada suhu 275°C, dekomposisi menghasilkan “tar”, methanol dan hasil samping
lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada temperatur 400-600°C.
3. Aktifasi
: dekomposisi tar dan
perluasan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai
aktifator.
Yang dimaksud dengan aktifasi
adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori
yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul
permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia,
yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi.
Arang aktif mempunyai warna
hitam, tidak berasa dan tidak berbau, berbentuk bubuk dan granular, mempunyai
daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan arang yang belum mengalami
proses aktifasi, mempunyai bentuk amorf yang terdiri dari plat-plat dasar dan
disusun oleh atom-atom karbon C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi
yang heksagon. Plat-plat ini bertumpuk satu sama lain membentuk kristal-kristal
dengan sisa-sisa hidrokarbon yang tertinggal pada permukaan. Dengan
menghilangkan hidrokarbon tersebut melalui proses aktifasi, akan didapatkan
suatu arang atau karbon yang membentuk struktur jaringan yang sangat halus atau
porous sehingga permukaan adsorpsi atau penyerapan yang besar dimana luas
permukaan adsorpsi dapat mencapai 300-3500 cm2/gram.
Proses pembuatan arang aktif
dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Proses Kimia
Bahan baku dicampur dengan
bahan-bahan kimia tertentu, kemudian dibuat padat. Selanjutnya padatan tersebut
dibentuk menjadi batangan dan dikeringkan serta dipotong-potong. Aktifasi
dilakukan pada temperatur 100°C. Arang aktif yang dihasilkan dicuci dengan air
selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300°C. Dengan proses kimia, bahan baku
dapat dikarbonisasi terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan
kimia.
2) Proses Fisika
Bahan baku terlebih dahulu
dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling, diayak untuk selanjutnya
diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur 1000°C yang disertai
pengaliran uap.
Ø
Penyerapan
Bahan - bahan Terlarut Dengan Arang Aktif
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dalam air, biasa menggunakan arang aktif dengan mengubah sifat permukaan partikel karbon melalui proses oksidasi. Partikel ini akan menyerap bahan-bahan organik dan akan terakomulasi pada bidang permukaannya. Pada umumnya ion organik dapat diturunkan dengan arang aktif.
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dalam air, biasa menggunakan arang aktif dengan mengubah sifat permukaan partikel karbon melalui proses oksidasi. Partikel ini akan menyerap bahan-bahan organik dan akan terakomulasi pada bidang permukaannya. Pada umumnya ion organik dapat diturunkan dengan arang aktif.
Adsorpsi oleh arang aktif akan melepaskan gas, cairan dan zat padat dari larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan tergantung pada pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul. Penyerapan terbesar adalah pada pH rendah. Dalam Laboratorium Manual disebutkan bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan arang aktif akan meningkat dengan turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan larut dengan larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan pada arang aktif lebih rendah.
Proses adsorpsi arang aktif
dapat digambarkan sebagai molekul yang meninggalkan zat pengencer yang terjadi
pada permukaan zat padat melalui ikatan kimia maupun fisika. Molekul tersebut
digunakan sebagai adsorbat dan zat padat disebut adsorben arang aktif. Adapun
adsorpsi yang terjadi pada arang aktif dapat bersifat :
- Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi
berdasarkan ikatan fisika antara zat-zat dengan arang aktif dalam keadaan suhu
rendah dengan penyerapan relative kecil.
- Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi
berdasarkan ikatan kimia antara adsorben (arang aktif) dengan zat-zat
teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan dalam larutan yang bersifat elektrolit
akan diserap lebih efektif dalam suasana basa oleh arang aktif. Sedangkan bahan
dalam larutan yang bersifat non elektrolit penyerapan arang aktif tidak
dipengaruhi oleh sifat keasaman atau sifat kebasaan larutan.
Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
·
Sifat
serapan
banyak senyawa yang dapat
diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda
untuk masing-masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan
bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama, seperti dalam deret
homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi,
ikatan rangkap, dan struktur rantai dari senyawa serapan.
·
Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif
dianjurkan untuk mengamati temperatur pada saat berlangsungnya proses. Faktor
yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas
senyawa serapan. Jika pemanasan tidak
mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna
maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa
volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada
temperatur yang lebih rendah.
·
pH
(derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik,
adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam
mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi
asam organik tersebut. Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikkan yaitu
dengan penambahan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya
garam.
·
Waktu
singgung
Bila
arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai
kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang
yang digunakan.
Selisih
ditentukan oleh dosis arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung.
Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk
bersinggungan dengan senyawa serapan.
Secara garis besar penyerapan
arang aktif terhadap zat yang terlarut adalah:
- Zat teradsorpsi berpindah dari larutannya menuju lapisan luar dari adsorben (arang).
- Zat teradsorpsi diserap oleh permukaan arang aktif.
- Zat teradsorpsi akhirnya diserap oleh permukaan dalam atau permukaan porous arang.
Adapun secara umum faktor yang
menyebabkan adanya daya serap dari arang aktif adalah :
- Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap.
- Adanya permukaan yang luas (300 – 3500 cm2/gram) pada arang aktif sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang besar.
Menurut SII No.0258-79, arang
aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang tercantum pada tabel dibawah
ini :
Tabel1. Spesifikasi karbon
aktif
JENIS
|
PERSYARATAN
|
Bagian yang hilang pada
pemanasan 950°C
|
Maks. 15%
|
Air
|
Maks. 10%
|
Abu
|
Maks. 2,5%
|
Bagian yang tidak diperarang
|
Tidak nyata
|
Daya serap terhadap larutan
|
Min. 20%
|
b.
Gel
Silika
Merupakan bahan yang terbuat
dari add treatment dari larutan
sodium silikat yang dikeringkan. Luas permukaanya 600-800 m2/g
dengan diameter pori antara 20-50Á. Gel silika cocok digunakan untuk
mengadsorpsi gas dehidrat dan untuk memisahkan hidrokarbon.
c.
Alumina
Aktif
Alumina aktif cocok digunakan
untuk mengadsorpsi gas kering dan Liquid. Luas permukaannya 200-500 m2/g
dan diameter porinya 20-140Á.
III.
KESIMPULAN
Salah satu sifat penting dari
permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika
suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya
membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda
dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk
suatu larutan.
Kinetika adsorpsi yaitu laju
penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu.
Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan
konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa
slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi
dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan
sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar
kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya macam adsorben dan
zat yang diadsorpsi (adsorbate), luas
permukaan adsorben, konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate), dan temperatur.
Adsorben ialah zat yang
melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun gas) pada proses
adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat tertentu.
Karbon aktif yang merupakan contoh dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan
cara membakar tempurung kelapa atau kayu dengan persediaan udara (oksigen) yang
terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena
terjadi interaksi tarik menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W., 1997, Kimia Fisika
Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Brady,
James, 1999, Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar