PENENTUAN
KADAR KLORIN (Cl2) DALAM CAIRAN PEMUTIH MENGGUNAKAN TITRASI
IODOMETRI
MAKALAH
Diajukan
Untuk Melengkapi
Tugas
Mata Kuliah Kimia Analitik I
Oleh
:
VIVIEN
ANJADI SUWITO
1005120705
Dosen
Pembimbing :
Dra.Rini,
S.Si, M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pemutih pakaian digunakan untuk
menghilangkan noda membandel yang menempel pada pakaian. Pemutih yang beredar
dipasaran, umumnya mengandung senyawa hipoklorit sebagai bahan aktifnya.
Latutan pemutih mengandung senyawa natrium hipoklorit (NaClO) dengan kadar 5,25
% ; sedangkan serbuk pemutih mengandung senyawa kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2.
Pemutih merupakan bahan kimia yang sangat reaktif. Mencampur bahan pemutih
dengan bahan rumah tangga lainnya dapat sangat berbahaya. Misalnya, jika
pemutih dicampur dengan pembersih kloset yang mengandung asam klorida dapat
menghasilkan gas klorin. Gas klorin dapat merusak saluran pernafasan, dan jika
kadarnya cukup besar dapat mematikan. Mencampur pemutih dengan ammonia juga
menghasilkan gas beracun, yaitu kloramin (NH2Cl) dan hidrazin (N2H4).
Oleh karena itu jangan sekali-kali mencampur pemutih dengan bahan lain tanpa
petunjuk atau pengetahuan yang jelas. Penggunaan bahan kimia tidak dapat
dihindari karena sebagian bahan kimia sangat menunjang kehidupan kita. Namun,
penggunaan bahan kimia secara tidak tepat bisa berdampak negatif bagi manusia
dan lingkungan.
Tujuan
Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
Mengetahui zat aktif yang
terkandung dalam cairan pemutih pakaian (bayclin)
Mengetahui bahaya jika cairan
pemutih tercampur dengan zat kimia lain.
Mengetahui kandungan klor (Cl2)
dalam cairan pemutih dengan menggunakan titrasi iodometri.
Rumusan
Masalah
Zat atau senyawa apa saja yang
terkandung dalam cairan pemutih pakaian?
Apa bahaya/efek yang ditimbulkan,
jika cairan pemutih pakaian tersebut tercampur dengan bahan kimia yang lain?
Bagaimana cara menentukan kandungan
klor (Cl2) dalam cairan pemutih pakaian dengan menggunakan titrasi
iodometri.
Manfaat
Penulisan
Makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
pada umumnya dan teman-teman dari program studi Pendidikan Kimia pada khususnya
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang salah satu bahan kimia yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari yakni cairan pemutih pakaian serta
bagaimana cara penentuan kandungan klorin yang terdapat di dalamnya.
BAB
II
ISI
2.1
Klorin
Klor (bahasa Yunani: Chloro=hijau pucat) adalah
salah satu unsur kimia dengan simbol “Cl”dan mempunyai nomor atom 17. Dalam
tabel periodik, unsur ini termasuk kelompok halogen atau golongan VIIA. Dalam
bentuk ionya, unsur ini biasanya sebagai pembentuk garam dan senyawa lain yang
tersedia di alam dalam jumlah yang sangat berlimpah. Sangat pentingnya unsur
ini hampir semua kehidupan mengandung dan membutuhkan unsur ini , termasuk
manusia.
Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan,
dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai
oksidan, pemutih, atau desinfektan Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan
dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan,
dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan klorat,
kloroform, karbon tetraklorida, dan ekstrasi brom.
Semua perairan alami mengandung klorida yang
kadarnya sangat bervariasi mulai dari beberapa milligram sampai puluhan ribu
milligram (air laut). Namun suatu perairan baik itu air tanah, air artesis,
danau atau sungai biasanya memiliki kadar klorida yang relatif tetap. Perubahan
kadar klorida dalam suatu perairan berhubungan dengan lokasi maupun waktu
tertentu yang menunjukkan adanya percampuran dengan perairan lain maupun
pencemaran terhadap perairan tersebut. Keberadaa ion Cl- dalam air
akan berpengaruh terhadap tingkat keasinan air. Semakin tinggi konsentrasi Cl-
, berarti semakin asin air dan semakin rendah kualitasnya.
2.2 Bubuk Pemutih
Bubuk pemutih terdiri dari campuran kalsium
hipoklorit dan klorida basa (CaCl2), Ca(OH)2.H2O.
Kalsium hipoklorit atau yang biasa disebut kaporit adalah senyawa kimia yang
memiliki rumus kimia Ca(OCl)2. Kaporit biasanya digunakan untuk menjernihkan
air . Kalsium hipoklorit adalah padatan putih yang siap didekomposisi di dalam
air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin. Senyawa aktifnya adalah
hipoklorit yang mempunyai daya untuk memutihkan. Kalsium hipoklorit memiliki
aroma klorin yang kuat. Senyawa ini tidak terdapat di lingkungan secara bebas.
Kalsium hipoklorit utamanya digunakan sebagai agen
pemutih atau disinfektan. Senyawa ini adalah komponen yang digunakan dalam pemutih
komersial, larutan pembersih, dan disinfektan untuk air minum, sistem pemurnian
air, dan kolam renang. Ketika berada di udara, kalsium hipoklorit akan
terdegradasi oleh sinar matahari dan senyawa-senyawa lain yang terdapat di
udara. Di air dan tanah, kalsium hipoklorit berpisah menjadi ion kalsium (Ca2+)
dan hipoklorit (ClO-). Ion ini dapat bereaksi dengan substansi-substansi lain
yang terdapat di air.
Kalsium
hipoklorit tidak terakumulasi di dalam rantai makanan. Jalur pajanan kalsium
hipoklorit kepada manusia, yakni pertama, manusia dapat terpajan kalsium
hipoklorit dalam level kecil ketika menggunakan disinfektan seperti pemutih
rumah tangga. Kedua, manusia bisa terpajan ketika ia berenang di kolam yang
menggunakan bahan kimia ini untuk membunuh bakteri. Ketiga, meminum air dari
suplai air minum publik yang menggunakan bahan kimia ini untuk membunuh bakteri
juga bisa menjadi jalur pajanan. Selain itu, para pekerja yang dipekerjakan di
pekerjaan dimana senyawa ini digunakan sebagai pemutih kertas dan tekstil dapat
menjadi subyek pajanan kalsium hipoklorit dalam level sedikit lebih tinggi.
Efek toksik dari kalsium hipoklorit utamanya
bergantung pada sifat korosif hipoklorit. Jika sejumlah kecil dari pemutih
(3-6% hipoklorit) tertelan (ingesti), efeknya adalah iritasi pada sistem
gastrointestinal. Jika konsentrasi pemutih yang tertelan lebih besar, misalnya
hipoklorit 10% atau lebih, efek yang akan dirasakan adalah iritasi korosif
hebat pada mulut, tenggorokan, esofagus, dan lambung dengan pendarahan,
perforasi (perlubangan), dan pada akhirnya kematian. Jaringan parut permanen
dan penyempitan esofagus dapat muncul pada orang-orang yang dapat bertahan
hidup setelah mengalami intoksikasi (mabuk hipoklorit) hebat.
Jika gas klorin yang terlepas dari larutan
hipoklorit terhirup (inhalasi), efek yang akan muncul adalah iritasi pada
rongga hidung, sakit pada tenggorokan, dan batuk. Kontak dengan larutan
hipoklorit kuat dengan kulit akan menyebabkan kulit melepuh, nyeri bakar, dan
inflamasi. Kontak mata dengan larutan pemutih konsentrasi rendah menyebabkan
iritasi ringan, tetapi tidak permanen. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
dapat menyebabkan luka mata parah. Pajanan hipoklorit dalam level rendah pada
jangka waktu lama dapat menyebabkan iritasi kulit. Belum diketahui apakah
pajanan klorin memiliki efek pada kemampuan reproduksi.
Pada Makanan, Food
and Drug Administrastion (FDA) menetapkan ambang batas klorin, yang
tergambarkan oleh natrium hipoklorit atau kalsium hipoklorit, yaitu tidak boleh
melebihi berturut-turut 0.0082 pounds (sama dengan 3.72 gram) dan 0.0036 pounds
(sama dengan 1.633 gram) klorin per pounds makanan kering (1 pounds sama dengan
453.59 gram). Dengan kata lain, dalam 100 gram makanan, kadar klorin (yang
digambarkan dengan natrium hipoklorit atau kalsium hipoklorit) tidak boleh
melebihi berturut-turut 0.82 gram dan 0.36 gram.
Seperti diketahui, hal-hal yang memengaruhi efek
pajanan suatu bahan kimia terhadap metabolisme tubuh manusia dipengaruhi oleh
dosis, lama pajanan, jalur pajanan, ciri khas dan perilaku manusia, serta
keberadaan senyawa kimia lainnya . Disini FDA melakukan perhitungan dengan
menggunakan statistik manusia secara umum. Jika kita menggunakan standar ini
untuk manusia di Indonesia, mungkin standar ini masih belum aman. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan antropometri manusia Indonesia dengan manusia
Eropa,Amerika, Afrika, atau manusia dari belahan dunia lainnya. Untuk
mendapatkan angka yang lebih dapat melindungi kesehatan manusia di Indonesia,
maka diperlukan penelitian lebih lanjut.
2.3 Iodometri
Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam
analisis kuantitatif terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan
senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara
langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi
reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik
ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium
sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut
iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida
berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara
kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat standar atau asam
arsenit) (Bassett, 1994).
Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika
kelebihan 1 tetes titran. perubahan warna yang terjadi pada larutan akan
semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji (Svehla, 1997). Iodium
merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi
reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai
pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi
(iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat
untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik
adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi
sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik.
Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi
oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi
dengan larutan natrium thiosulfat (Day & Underwood, 1981). Metode titrasi
iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod
standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994).
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi
harus distandarisasi dengan standar primer.
Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu
yang lama sehingga boraks atau natrium seringkali ditambahkan sebagai pengawet.
Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat:
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
Reaksinya berjalan cepat sampai selesai dan tidak
ada reaksi sampingan. Berat ekivalen dari Na2S2O3.5H2O
adalah berat molekularnya 248,17 karena satu electron persatu molekul hilang.
Jika pH dari larutan diatas 9 tiosulfat teroksidasi secara parsial menjadi
sulfat:
4I2 + S2O32-
+ 5 H2O 8I-
+ 2SO42- + 10H+
Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalin
oksidasi menjadi sulfat tidak muncul , terutama jika iodin dipergunakan sebagai
titran.
Banyak agen pengoksidasi kuat seperti garam
permanganate,garam dikromat dan garam serium (IV) mengoksidasi tiosulfat
menjadi sulfat ,namun reaksinya tidak kuantitatif. Dalam standarisasi
larutan-larutan tiosulfat sejumlah substansi dapat dipergunakan sebagai
standar-standar primer untuk larutan-larutan tiosulfat. Iodin murni adalah
standar yang paling jelas namun jarang digunakan karena kesulitan dalam
penanganan dan penimbangan yang lebih sering dipergunakan adalah standar yang
terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodine dari
iodide,sebuah iodometrik.
Kalium iodat dan kalium bromat mengoksidasi iodide
secara kuantitatif menjadi iodine dalam larutan asam:
IO3-
+ 5I + 6H+ 3I2
+ 3H2O BrO3- + 6I- + 6H+ 3I2 + Br- + 3H2O
Reaksi iodatnya berjalan cukup cepat ,reaksi ini
juga hanya membutuhkan sedikit kelebihan ion hydrogen untuk menyelesaikan
reaksi. Reaksi bromat berjalan lebih lambat namun kecepatannya dapat
ditingkatkan dengan menaikkan konsentrasi ion hydrogen biasanya sejumlah kecil
ammonium molibda ditambah sebagai katalis. Kerugian utama dari kedua garam ini
sebagai standar primer adalah bahwa berat ekivalen mereka kecil.
Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi ia larut
dalam larutan KI harus disimpan pada tempat yang dingin dan gelap .
berkurangnya iodium dan akibat penguapan dan oksidsi udara menyebabkan banyak
kesalahan dalm analisis dapat distandarisasi dengan Na2S2O3.5H2O
yang lebih dahulu distandarisasi dengan senyawa lain.
Biasanya indikator yang digunakan adalah
kanji/amilum. Iodida pada konsentrasi < 10-5 M dapat dengan mudah ditekan
oleh amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan.
Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya
ditambahkan pada titik akhir reaksi (Khopkar, 2002). Warna larutan 0,1 N iodium
adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium
juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada
pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang
hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum
digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari
kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan
lebih besar dalam larutan yang sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan
lebih besar dengan adanya ion iodida (Day & Underwood, 1981).
Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral
maupun asam dititrasi dengan natrium thiosulfat maka:
I3-
+ 2S2O32- 3I- + S4O62-
Selama reaksi zat antara S2O32-
yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai:
S2O32- + I3-
S2O3I-
+ 2I-
Yang mana berjalan terus menjadi:
S2O3I-
+ S2O32- S4O62-
+I3-
Reaksi berlangsung baik dibawah pH = 5,0 (Khopkar,
2002). Jika suatu zat pengoksidasi kuat diolah dalam larutan netral atau (lebih
biasa) larutan asam, dengan ion iodida yang sangat berlebih, yang terakhir
bereaksi sebagai zat prereduksi, dan oksidan akan direduksi secara kuantitatif.
Dalam hal-hal yang demikian, sejumlah iod yang ekivalen akan dibebaskan, lalu
dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi, biasanya natrium
thiosulfat (Bassett, 1994).
Potensial reduksi dari zat-zat tertentu naik banyak
sekali dengan naiknya konsentrasi ion-hidrogen dari larutan. Inilah halnya
dalam sistem-sistem yang mengandung permanganat, dikromat, arsenat, antimonat,
borat dan sebagainya yakni, dengan anion-anion yang mengandung oksigen dan
karenanya memerlukan hidrogen untuk reduksi lengkap. Banyak anion pengoksidasi
yang lemah direduksi lengkap oleh ion iodida, jika potensial reduksi merekanaik
banyak sekali karena adanya jumlah besar asam dalam larutan (Bassett, 1994).
Dua sumber
sesatan yang penting dalam titrasi yang melibatkan iod adalah: 1. Kehilangan
iod yang disebabkan oleh sifat mudah menguapnya yang cukup berarti 2. Larutan
iodida yang asam dioksidasi oleh oksigen di udara:
4I- + O2
+ 4H+ 2I2
+ 2H2O
Reaksi diatas lambat dalam larutan netral tetapi
lebih cepat dalam larutan berasam dan dipercepat oleh cahaya matahari. Setelah
penambahan kalium iodida pada larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi,
larutan harus tidak dibiarkan untuk waktu yang lama berhubungan dengan udara,
karena iodium tambahan akan terbentuk oleh reaksi yang terdahulu. Nitrit harus
tidak ada, karena akan direduksi oleh ion iodida menjadi nitrogen (II) oksida
yang selanjutnya dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara:
2HNO2 + 2H+
+ 2I- 2NO + I2
+ 2H2O 4NO + O2 + 2H2O 4HNO2
Kalium iodida harus bebas iodat karena kedua zat ini
bereaksi dalam larutan berasam untuk membebaskan iodium:
IO3- +
5I- + 6H+ 3I2 + 3H2O
(Day & Underwood, 1981).
BAB
III
PEMBAHASAN
1. ALAT DAN
BAHAN
Alat :
Labu ukur 100 mL
Pipet gondok 10 mL
Erlenmeyer
250 mL Pipet tetes Buret
Bahan :
Larutan KIO3 sebagai larutan baku
Air suling
Larutan Na2S2O3
Larutan 0,1 N KI 20%
HCl 4 N
Larutan kanji
Larutan H2SO4
Amonium molibdat 3%
Pemutih (bayclin sebagai
aplikasinya)
2. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Larutan Standar
Pembuatan larutan KIO3
sebagai larutan baku, timbang KIO3 sebanyak 0,37 gr dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 100 mL.
Larutkan dengan air suling dan
encerkan sampai tanda batas. Kocok dengan baik agar tercampur sempurna.
Penentuan (standarisasi) pemutih
(bayclin) dengan KIO3. Bilas dan isi buret dengan larutan Na2S2O3
0,1 N.
Pipet dengan pipet tetes sebanyak 2
mL, masukkan dalam erlenmeyer dan tambah 75 mL air suling, ditambah 0,3 gr KI,
tambah 2 mL H2SO4 1:6 dan tambah 3 tetes ammonium
molibdat 3%.
Iod yang dibebaskan dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat sampai warna menjadi kuning muda, kemudian
ditambahkan kanji dan dititrasi terus sampai warna biru hilang.
Baca dan catat angka pada buret
saat awal dan akhir titrsi, tentukan dan catat volume larutan natrium tiosulfat
yang digunakan dalam titrasi.
Hitung konsentrasi larutan natium
tiosulfaat. Ulangi titrasi sampai 3 kali menggunakan volume larutan natrium
tiosulafat yang sama.
Hitung konsentrasi lautan natrium
tiosulfat rata-rata.
B. Penentuan Kadar Klor dalam
Dengan menentukan kadar Cl2 pada
pemutih(bayclin)
Dengan mengukur berat jenis pemutih
(bayclin) diperoleh massa pikno 20 gram dan massa kotor pemutih 75 gram
sehingga diperoleh massa pemutih adalah 55 gram dengan volum 50 mL sehingga
diperoleh berat jenis pemutih sebesar 1,1 gram/mL.
Kemudian dari 50 mL diambil 2 mL
dari pemutih (tidak berwarna) dan dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu ditambah
aquades 75 mL agar tidak terlalu pekat .
Kemudian ditambah 0,3 gram KI
berupa serbuk putih sehingga dihasilkan larutan berwarna coklat kekuningan .
Selanjutnya ditambah lagi dengan 2
mL H2SO4 (tidak berwarna) dengan tujuan untuk menjadikan
suasana asam serta ditambahkan juga dengan 3 tetes amonium molibdat 3% (tidak
berwarna) sebagai katalis untuk mempercepat reaksi.
Dari penambahan-penambahan yang
dilakukan ini diperoleh larutan berwarna coklat tua dan terdapat endapan.
Kemudian dititrasi dengan Na2S2O3
tidak berwarna sampai larutan berwarna kuning muda dan endapan menghilang.
Setelah menjadi kuning muda larutan
ditambah dengan 5 mL larutan kanji tidak berwarna maka larutan berubah warna
menjadi ungu kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan terdapat I2
dan larutan kanji ini berfungsi sebagai indicator.
Kemudian titrasi dilanjutkan lagi
hingga warna ungu kehitaman tepat hilang. Hal ini menunjukkan bahwa didalam
larutan tidak terdapat lagi I2 melainkan telah menjadi IÂ- .
Percobaan ini dilakukan sampai tiga
kali sampai dengan diperoleh data volum Na2S2O3
yang digunakan.
Sebagai contoh perhitungan
penentuan kadar klorin dalam cairan pemutih pakaian diatas adalah sebagai
berikut :
V1 = 16,6 mL
V2 = 19,7 mL
V3 = 17,7 mL.
Sehingga perhitungannya sebagai berikut:
Cl2 + 2 I- → 2Cl- + I2
I2 + 2 S2O32- → S4O62- + 2I-
Cl2 + 2 I- → 2Cl- + I2
I2 + 2 S2O32- → S4O62- + 2I-
Pada percobaan pertama
Massa Sampel = V x ρ = 2 x 1,1 = 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 16,6 = molek Cl2
2,4236 x 10-3 = molek Cl2
Massa Sampel = V x ρ = 2 x 1,1 = 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 16,6 = molek Cl2
2,4236 x 10-3 = molek Cl2
Sehingga massa Cl2 = molek Cl2
. BE
= 0,0024 x 35,5
= 0,0852 gram.
% Massa Cl2 = Massa Cl2 x 100% Massa sampel
= 0,0852 x 100%. 2,2
= 3,8727 %
= 3,88 %.
= 0,0024 x 35,5
= 0,0852 gram.
% Massa Cl2 = Massa Cl2 x 100% Massa sampel
= 0,0852 x 100%. 2,2
= 3,8727 %
= 3,88 %.
Pada percobaan Kedua
Massa Sampel = V x ρ = 2 mL x 1,1 gram/mL = 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 19,7 = molek Cl2
2,8762 x 10-3 = molek Cl2
Massa Sampel = V x ρ = 2 mL x 1,1 gram/mL = 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 19,7 = molek Cl2
2,8762 x 10-3 = molek Cl2
Sehingga massa Cl2 = molek Cl2 . BE
= 0,0029 x 35,5
= 0,1029 gram
% Massa Cl2 = Massa Cl2 X 100% Massa Sampel
= 0,1029 x 100%. 2,2
= 4,6772 %
= 4,68 %
= 0,0029 x 35,5
= 0,1029 gram
% Massa Cl2 = Massa Cl2 X 100% Massa Sampel
= 0,1029 x 100%. 2,2
= 4,6772 %
= 4,68 %
Pada percobaan Ketiga
Massa Sampel = V x ρ = 2 mL x 1,1 gram/mL = 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 17,7 = molek Cl2
2,5842 x 10-3 = molek Cl2
Massa Sampel = V x ρ = 2 mL x 1,1 gram/mL = 2,2 gram
molek Na2S2O3 = molek Cl2
N. V = molek Cl2
0,146 x 17,7 = molek Cl2
2,5842 x 10-3 = molek Cl2
Sehingga massa Cl2 = molek Cl2
. BE
= 0,0026 x 35,5
= 0,0923 gram
% Massa Cl2 = Massa Cl2 X 100% . Massa Sampel
= 0,0923 x 100%. 2,2
= 4,1954 %
= 4,19 %
Jadi kadar rata-rata Cl2 dalam sampel pada percobaan ini adalah sekitar 4,25 %.
= 0,0026 x 35,5
= 0,0923 gram
% Massa Cl2 = Massa Cl2 X 100% . Massa Sampel
= 0,0923 x 100%. 2,2
= 4,1954 %
= 4,19 %
Jadi kadar rata-rata Cl2 dalam sampel pada percobaan ini adalah sekitar 4,25 %.
BAB
IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai normalitas sebagai larutan baku adalah
0,1037 N, sedangkan nilai normalitas larutan Na2S2O3
rata-rata adalah 0,146 N 2. Untuk aplikasi iodometri yaitu penentuan kadar ÂCl2
dalam pemutih (bayclin) diperoleh kadar rata-rata  sebesar 4,25 %.
3.2
Saran
Untuk menentukan titik akhir suatu
titrasi harus dilakukan secara cermat dan teliti , kelebihan larutan Na2S2O3
sedikit saja saat titik akhir sudah tercapai akan membuat larutan erlenmeyer
tidak berwarna padahal seharusnya berwarna kuning muda dan sebaliknya apabila
larutan Na2S2O3 masih kurang maka warna kuning
yang diinginkan tidsk sesuai karena warnanya kurang muda(terlalu pekat),
sehingga akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan untuk menentukan
normalitas Na2S2O3. Titik akhir titrasi tidak
jauh berbeda dengan titik ekivalennya, namun karena faktor keterbatasan indera
penglihatan membuat titik akhir titrasi tidak tepat dengan titik ekivalennya.
DAFTAR
PUSTAKA
Basset, J. 1994. Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.
Harjadi, W. 1989. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.
Khopkar S. 2002. Konsep
Dasar kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Rohman. 2007. Kimia
Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Svehla, S. 1985. Buku
Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Jilid I. PT
Kalman Media Pusaka. Jakarta.
Underwood, A. L. 1981. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam. Erlangga. Jakarta.
wah gimana kalau dibuat cream pemutih wajah
BalasHapusMAKASIH YA, SMOGA SUKSES
BalasHapusgan bisa gak ya,,kalo pemutih di tambahin warna,,,mohon infonya,
BalasHapustrima kasih sebelum dan sesudahnya
Mau tanya dong,
BalasHapusuntuk mendeteksi adanya senyawa klor pada beras bisa menggunakan metode apa ya? terutama yg uji kualitatif.
Terimakasih
Untuk analisis kualitatif dengan
Hapusmetode reaksi warna sampel beras
ditimbang sebanyak 10 g. sampel
ditambahkan 50 mL akuades lalu dikocok,
kemudian disaring diambil filtrat sebanyak
10 mL, 2 mL filtrat diambil ditambahkan
kalium iodida 10% dan amilum 1% bila
positif mengandung klorin akan berwarna
biru.
@asap bisa menggunaka metode reaksi warna untuk mendeteksi
BalasHapusPerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
apa penyebab warna kuning dari kaporit hilang ?
BalasHapusdan apa berpengaruh terhadap kadar NaOCl nya ?
Ebobet merupakan situs slot online via deposit pulsa aman dan terpercaya, Dengan menggunakan Satu User ID bisa bermain semua game dari Bola, Live Casino, Slot online, tembak ikan, poker, domino dan masih banyak yang lain.
BalasHapusSangat banyak bonus yang tersedia di ebobet di antaranya :
Bonus yang tersedia saat ini
Bonus new member Sportbook 100%
Bonus new member Slot 100%
Bonus new member Slot 50%
Bonus new member ALL Game 20%
Bonus Setiap hari 10%
Bonus Setiap kali 3%
Bonus mingguan Cashback 5%-10%
Bonus Mingguan Rollingan Live Casino 1%
Bonus bulanan sampai Ratusan Juta
Bonus Referral
Minimal deposit hanya 10ribu