Nama :
VIVIEN ANJADI SUWITO
NIM :
1005120705
Prodi :
PENDIDIKAN KIMIA
Tugas : ANALISA
INSTRUMEN
Atomic
Absorption Spectroscopy (AAS)
Dalam AAS,
cahaya akan melewati sekumpulan atom. Jika panjang gelombang cahaya memiliki
energi yang sama dengan perbedaan energi antara dua kulit atom, sejumlah cahaya
akan diserap (absorbed). AAS dapat digunakan untuk menganalisa kandungan logam
berat antara lain : Pb, Cd, Cu, Cr, Fe, Zn, Mn, Ni dan lain-lain. Hubungan
antara konsentrasi atom, jarak rambat cahaya terhadap kumpulan atom dan
sejumlah cahaya yang diserap diturunkan dalam Hukum Beer-Lambert. Dalam bentuk
unsur, logam akan menyerap UV ketika mereka dipanaskan. Setiap logam memiliki
karakteristik panjang gelombang yang akan diserap.
AAS merupakan salah satu teknik spektrofotometri atom yang
menggunakan prinsip penyerapan radiasi cahaya pada L tertentu oleh atom-atom bebas logam yang akan dianalisis.
Logam-logam dalam analit diberikan energi kalor (dengan metode Flame AAS atau
Electrothermal AAS) sehingga membentuk atom bebas yang terkumpul menjadi
uap atom (atomic vapor ). Ketika cahaya pada yang sesuai berbenturan
dengan atom bebas, atom akan menyerap cahaya dan kemudian tereksitasi dari
keadaan energy dasarnya. Mekanisme inilah yang mendasari teknik AAS .
v
METODE ADISI STANDAR
Metode
ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan
oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode
ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam
labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudiaan larutan
yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah
larutan standar tertentu dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.
Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut :
Ax = k.Ck
AT = k(Cs+Cx)
Dimana,
Cx =
konsentrasi zat sampel
Cs =
konsentrasi zat standar yang
ditambahkan ke larutan sampel
Ax =
absorbansi zat sampel (tanpa
penambahan zat standar)
AT =
absorbansi zat sampel + zat standar
Jika
kedua rumus digabung maka akan diperoleh :
Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi
zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan
spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat
grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT =
0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
v PRINSIP
KERJA AAS
Sampel yang
digunakan biasanya berbentuk cairan, oleh karena itu analat (atom atau ion)
harus diuapkan terlebih dahulu. Dalam AAS, ada tiga metode untuk menambahkan
energy panas ke sampel, yaitu :
1.
Flame AAS
Flame Atomizer merupakan perangkat Spektroskopi Atomik yang proses
pengatomannya dilakukan melalui pemanasan
media api. Flame atomizer dapat
digunakan untuk AES, AFS, dan AAS. Bentuk umumnya
dari Atomizer flame adalah sebuah pipa konsentrik, dimana sampel larutan
dihisap ke dalam pipa kapilernya.
Flame AAS
menggunakan api sebagai nebulizer untuk memanaskan sampel sehingga teratomisasi
menjadi gas. Flame (energy panas)
menyebabkan atom mengalami transisi dari ground state ke excited site. Ketika
atom melakukan transisi, atom menyerap beberapa cahaya dari sumber beam (HCL =
Hollow Cathode Lamp). Hollow Cathode Lamp (HCL) adalah sumber radiasi yang umum
dipakai pada AAS. Di dalam lampu, yang terisi dengan gas argon atau neon,
terdapat katoda logam yang mengandung logam yang akan tereksitasi dan sebuah
anoda. Ketika beda potensial yang tinggi dilalui ke katoda dan anoda, partikel
gas akan terionisasi. Pada pertambahan beda tegangan, ion gas memiliki energy
yang cukup untuk mengeluarkan atom logam dari katoda. Beberapa atom akan
tereksitasi dan mengemisikan cahaya dengan frekuensi yang sesuai dengan logam
yang ada. Semakin besar konsentrasi larutan, semakin banyak energy yang akan
diserap. Light beam (HCL) harus diletakkan secara tepat pada bagian terpanas
dari api dan mengalirkannya ke detector. Detector akan mengukur intensitas
cahaya. Ketika beberapa cahaya diserap, intensitas dari beam akan berkurang.
Detector akan menyimpan reduksi cahaya tersebut sebagai absorpsi.
Nebulization - Pengubahan sampel cairan menjadi fine spray / aerosol
Desolvation - Padatan atom dicampur dengan gaseous fuel
Volatilization - Padatan atom dirubah menjadi uap di dalam flame.
Pengaruh
suhu terhadap Atomizer Flame
ü
Suhu semakin
tinggi à meningkatkan jumlah populasi atom di dalam
flame, dan meningkatkan sensitivitasnya.
ü
Suhu Flame
menentukan à jumlah relatif dari atom yang tereksitasi
ataupun yang tidak tereksitasi di dalam sebuah flame.
2.
Graphite
furnace
AAS
Menggunakan
tabung grafit dengan energy listrik yang besar untuk memanaskan dan
mengatomisasi sampel. Teknik GF-AAS sering
digunakan untuk analisis unsur-unsur logam dengan sensitivitas dan batas
pendeteksian 20 sampai 1000 kali lebih baik dari pada teknik FAAS. Teknik
GF-AAS menggunakan proses electrothermal heating karena menggunakan
pemanasan sampel terprogram dengan energi listrik berdasar pada prinsip yang
sama seperti atomisasi nyala. Perbedaanya hanya terletak pada tempat pembakar
sampel (burner) dalam nyala api digantikan dengan atomizer atau furnace
yang dipanaskan dengan listrik. Dalam system pemanasan tersebut terdapat power
supply dan controller yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga
mengendalikan perubahan temperatur dalam atomizer tersebut. Terdapat
tiga bagian utama dalam teknik GF-AAS yaitu sumber cahaya, tempat sampel dan
alat pendeteksi serapan.
Sumber cahaya yang digunakan dapat menggunakan Hollow
Cathode Lamp (HCL) atau Electrodeless discharge lamp (EDL). Katoda
lampu umumnya adalah Hollowed-out Cylinder terbuat dari logam spesifik
tempat penghasilan spektrum cahaya. Anoda dan Katoda terlapisi di dalam
silinder kaca yang berisi gas neon atau argon bertekanan rendah. Pada ujung HCL
terdapat jendela (Window) untuk memancarkan radiasi. Tempat sampel dapat
berupa burner maupun atomizer. Dalam GF-AAS tempat sampel
menggunakan atomizer yang merupakan tempat proses pembentukan atom
(atomisasi) terbuat dari karbon grafit berbentuk tabung (graphite tube),
dialiri gas inert seperti argon (Ar) sehingga tidak bereaksi terhadap atom
-atom sampel. Ukurannya sangat kecil mempunyai panjang 3 cm diameter dalam 4 -6
mm.
Bagian kelompok pembacaan serapan terdiri dari monokromator,
detektor, penguat signal (amplifier), CPU (untuk tampilan signal serapan
dan penyimpanan data). Cahaya dari sumber lampu harus terfokus pada sampel dan diarahkan
pada monokromator dimana lampu akan
dihamburkan dan melalui grating (terali pemisah) sehingga yang
diinginkan saja yang difokuskan ke detektor. Sebelum masuk ke detector spektrum
garis spesifik dari monokromator diperkuat oleh amplifier terkebih
dahulu. Pembacaan sinyal absorpsi akan dideteksi oleh detekt or dan ditampilkan
pada monitor CPU untuk kemudian dilakukan analisis data.
Analisis GF-AAS memiliki beberapa kelebihan dibandingkan FAAS di
antaranya yaitu memiliki kepekaan yang tinggi untuk analisis sampel yang minim
kuantitasnya, teknik GF-AAS lebih tepat daripada FAAS karena dapat dilakukan
dengan berat dan volume sampel yang kecil (analisis mikro), analisis dapat
dilakukan tanpa preparasi sampel, sehingga injeksi sampel dapat langsung
dilakukan ke dalam atomizer untuk sampel cair yang kental (viscous) termasuk
urine, serum, darah, plasma, bahan makanan cair (susu).
3. Electrothermal
Electrothermal atomizer adalah metode Spektroskopi Atomik yang proses
atomisasinya menggunakan pemanasan oleh arus listrik. Electrothermal Atomizer
umumnya digunakan untuk AAS dan AFS.
Keuntungan: sampel dibutuhkan hanya sedikit dan dalam konsentrasi
sangat rendah
1.
Sampel diinjeksikan kedalam pembakar grafit. Selanjutnya sampel diuapkan
dan kemudian diabukan.
2.
Setelah sampel berbentuk abu. Tegangan pada pembakar grafit dinaikkan
hingga 2000oC hingga 3000oC. Sampel pada saat ini
mengalami atomisasi.
3.
Sampel yang mengalami atomisasi kemudian ditembak dengan lampu hollow
cathode atau flourescense sebelum dianalisa akhirnya.
Terima kasih 😊
BalasHapusSumber tulisannya dari mana ya. Kalo bisa di beri cakinya Terimakasih sebelumnya
BalasHapus