BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Pengantar
Sate
adalah makanan tradisional yang disukai oleh banyak orang dari semua lapisan umur,
status sosial dan suku. Di Indonesia sendiri sate yang terkenal dan banyak
digemari serta mudah ditemui adalah sate daging, sate kambing dan sate ayam.
Sebagian masyarakat memahami bahwa mengkonsumsi sate kambing akan menambah
vitalitas terutama vitalitas kaum pria, kebenaran asumsi ini memang harus
dibuktikan secara klinis. Disamping sate adalah makanan yang enak, 198 sedap
dan mengenyangkan, sate tidak bebas seratus persen dari bahaya, terutama bahaya
radikal bebas yang dihasilkan sebagai efek samping dari proses pengolahan
daging menjadi sate.
Disamping
daging baik daging sapi, ayam atau kambing kaya akan protein, makanan ini juga
banyak mengandung lemak, mineral dan vitamin. Proses pengolahan dari bahan
mentah menjadi makanan yang lezat dapat merusak kadar dan komposisi zat gizi
yang terkandung pada bahan makanan tersebut. Vitamin, protein dan lemak adalah
zat gizi yang mudah rusak ketika dipanaskan atau dibakar. Proses pembakaran
daging menjadi sate biasanya oleh masyarakat kita dilakukan secara langsung di
bawah bara api.
Baik sate kambing, sate ayam,
atau sate yang lainnya, sebaiknya berhati- hati akan bahaya penyakit kanker
yang diakibatkan dari radikal bebas (penyebab sel kanker) yang terdapat pada
sate. Karena radikal bebas tersebut terdapat pada sate dari hasil sisa
pembakaran yang tidak sempurna. Radikal bebas tersebut dapat masuk ke dalam
tubuh pada saat sate itu dikonsumsi. Karena ketika kita makan sate sebetulnya
ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker.
Sehingga radikal bebas tersebut dapat mengikat dengan ion lain didalam tubuh
yang dapat menyebabkan sel kanker nantinya. Untuk itu kita punya obatnya untuk
menangulangi atau menetralisir penyakit tersebut yaitu dengan mengkonsumsi
timun sebagai antioksidan setelah makan sate.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui salah satu
sumber radikal bebas yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia, yaituu salah
satunya berpua makanan yang diolah melalui proses pembakaran tidak sempurna
yang menghasilkan radikal bebas..
1.3
Rumusan Masalah
1.
Apa itu radikal bebas?
2.
Bagaimana radikal bebas dalam tubuh manusia?
3.
Bagaimana kandungan radikal bebas pada sate dengan pembakaran tak
sempurna?
4.
Bagaimana akibat yang ditimbulkan radikal bebas dalam tubuh?
5.
Bagaimana mengurangi akibat dari radikal bebas yang masuk ke tubuh?
BAB
II
PEMBAHASAN
Para
pakar kimia di abad ke 19 semula menggunakan istilah radikal bebas untuk suatu kelompok atom yang membentuk suatu
molekul. Pada saat itu, para ilmuwan tidak percaya bahwa radikal
bebas dapat berada dalam keadaan bebas.
Terjadi
perubahan drastis pada abad ke 20 dari hasil kerja seorang rusia bernama Moses Gomberg yang lahir di
Blisavetgrad pada tahun 1866. Sebagai hasil dari penelitian Gomberg dan ilmuwan lain pada tahun-tahun pertama abad ke 20
istilah radikal
bebas kemudian diartikan sebagai
molekul yang relatif tidak stabil yang mempunyai satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan di orbit luarnya. Jika radikal bebas
sudah terbentuk, maka di dalam tubuh akan terjadi reaksi berantai. Ini pada
akhirnya akan menghasilkan radikal bebas baru sehingga jumlahnya terus bertambah dan menyerang
sel-sel tubuh. Akibat serangan itu, sel-sel tubuh mengalami kerusakan, dan ini bisa menimbulkan penyakit.
Radikal
bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang
memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu
kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih
elektron bebas.
Radikal
bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen. Elektron memerlukan pasangan untuk
menyeimbangkan nilai spinnya, sehingga
molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan molekul
lain, membentuk radikal baru. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat pemicu radikal dalam makanan dan
polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas bersifat kronis,
yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyakit tersebut menjadi nyata.
Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan jantung, kanker, katarak dan
menurunnya fungsi ginjal. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis karena
radikal bebas diperlukan antioksidan.
Jika
jumlahnya sedikit, radikal bebas dapat dinetralkan oleh sistem enzimatik tubuh,
namun jika berlebih akan memicu efek patologis. Radikal bebas merupakan
merupakan agen pengoksidasi kuat yang dapat merusak sistem pertahanan tubuh
dengan akibat kerusakan sel dan penuaan dini karena elektron yang tidak
berpasangan selalu mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi,
Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat lah merupakan sumber
pasangan elektron yang baik.
Kondisi
oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA, kanker, penuaan, dan
penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah
senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut
banyak terdapat di alam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan
untuk menangkap radikal bebas.
Sifat-sifat Radikal Bebas
Perusakan
sel oleh radikal bebas reaktif didahului oleh kerusakan membran sel, dengan
rangkaian proses sebagai berikut :
·
Terjadi
ikatan kovalen antara radikal bebas dengan komponen membran (enzim-enzim
membran, komponen karbohidrat membran plasma), sehingga terjadi perubahan
struktur dan fungsi reseptor.
·
Oksidasi
gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang menyebabkan proses
transport lintas membran terganggu.
·
Reaksi
peroksidasi lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tak jenuh majemuk
(PUFA = Poly Unsaturated Fatty Acid). Hasil peroksidasi lipid membran oleh
radikal bebas berefek langsung terhadap kerusakan membran sel, antara lain
dengan mengubah fluiditas, cross-linking, struktur dan fungsi membran serta
menyebabkan kematian sel.
Dalam
keadaan normal tubuh kita mempunyai mekanisme pertahanan terhadap radikal
bebas. Kerusakan sel akibat radikal bebas baru dapat terjadi apabila kemampuan
mekanisme pertahanan tubuh menurun.
A.
Radikal Bebas
pada Sate
Radikal
bebas adalah molekul yang kehilangan satu elektron atau mempunyai elektron yang
tidak berpasangan (Halliwell and Gutteridge 1999). Untuk memenuhi electron yang
hilang, radikal bebas mengambil satu elektron dari molekul lain sehingga
molekul baru tersebut menjadi radikal bebas baru. Rangkaian reaksi ini
berlangsung terus secara berantai sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan
(Halliwell B. 1994). Penyakit jantung koroner, diabetes, katarak, kanker dan katarak
adalah contoh penyakit akibat radikal bebas (Supari 1996). Radikal bebas yang banyak
ditemukan adalah : ·OH (hidroksil), ·O2
(Superoksida), NO· (nitrit oksida), LOO· (lipid peroksida), H2O2 (hidrogen
peroksida) Radikal bebas berasal dari sumber endogen dan eksogen. Secara
endogen radikal bebas pada organisme aerobik berasal dari: diperkirakan 1-5%
terjadi kebocoran elektron, elektron ini bereaksi dengan oksigen membentuk
radikal superoksida, reduksi O2 menjadi superoksida pada fagositosis, pada peristiwa
iskemi, reaksi Fenton dan Haber- Weiss dan metabolisme eicosanoid.
Secara eksogen radikal bebas berasal dari pencemaran lingkungan, asap
kendaraan, bahan tambahan makanan dan rokok (Rice-Evan et al. 1991; Halliwell
1994). Di dalam tubuh manusia sumber utama radikal bebas berasal dari makanan.
Makanan olahan baik olahan rumahan ataupun pabrik berpotensi mengandung radikal
bebas. Pengolahan makanan seperti membakar, memanggang, merebus tanpa ada
kontrol suhu dan waktu dapat merusak makanan yang mengandung lemak dan protein.
Makanan yang mengandung asam lemak tidak jenuh 199 seperti asam oleat, linoleat
dan linolenat mudah teroksidasi menjadi hidroperoksida.
B. Radikal Bebas dalam Tubuh Manusia
Pada
proses metabolisme normal, tubuh memproduksi partikel kecil dengan tenaga besar
disebut sebagai radikal bebas. Atom atau molekul dengan elektron bebas ini
dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis
seperti kemampuan untuk membunuh virus dan bakteri. Namun oleh karena mempunyai
tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat merusak jaringan normal apabila
jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas dapat mengganggu produksi DNA, lapisan
lipid pada dinding sel, mempengaruhi pembuluh darah, dan produksi
prostaglandin. Radikal bebas juga dijumpai pada lingkungan, beberapa logam
(misalnya besi, tembaga), asap rokok, polusi udara, obat, bahan beracun,
makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan sinar ultraviolet dari matahari maupun
radiasi.
Radikal
bebas yang mengambil elektron dari sel tubuh manusia dapat menyebabkan
perubahan struktur DNA sehingga terjadi mutasi.[rujukan?] Bila
perubahan DNA ini terjadi bertahun-tahun, maka dapat menjadi penyakit kanker. Tubuh manusia, sesungguhnya dapat menghasilkan antioksidan[rujukan?] tetapi
jumlahnya sering sekali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk
ke dalam tubuh. Atau sering sekali, zat pemicu yang diperlukan oleh tubuh untuk
menghasilkan antioksidan tidak cukup
dikonsumsi. Sebagai contoh, tubuh manusia dapat menghasilkan Glutathione, salah satu antioksidan yang sangat kuat,[rujukan?] hanya saja,
tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar
1.000 mg untuk memicu tubuh menghasilkan glutahione ini.[rujukan?]
Keseimbangan antara antioksidan dan radikal
bebas menjadi kunci utama pencegahan stres oksidatif dan
penyakit-penyakit kronis yang dihasilkannya.
Oleh
karena radikal bebas sangat reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia yang
rendah sehingga dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain, seperti protein,
lemak,karbohidrat, dan DNA. Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal
bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera
berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil
yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang terambil elektronnya akan
menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya
terjadi kerusakan sel tersebut.
C.
Cara Meminimalisir Pengaruh Radikal Bebas dalam
Tubuh
Radikal
bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan
faktor eksternal seperti asap rokok, hasil
penyinaran ultra violet, zat pemicu
radikal dalam makanan dan polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh radikal
bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyakit
tersebut menjadi nyata. Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal
bebas adalah serangan
jantung,kanker, katarak dan
menurunnya fungsi ginjal. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis karena
radikal bebas diperlukan antioksidan.
Tubuh manusia dapat
menetralisir radikal bebas ini, hanya saja bila jumlahnya berlebihan, maka
kemampuan untuk menetralisirnya akan semakin berkurang. Merokok, misalnya,
adalah kegiatan yang secara sengaja memasukkan berbagai jenis zat berbahaya
yang dapat meningkatkan jumlah radikal bebas ke dalam tubuh. Tubuh manusia
didesain untuk menerima asupan yang bersifat alamiah, sehingga bila menerima
masukan seperi asap rokok, akan berusaha untuk mengeluarkan berbagai racun
kimiawi ini dari tubuh melalui proses metabolisme, tetapi proses metabolisme ini pun
sebenarnya menghasilkan radikal bebas. Pada intinya, kegiatan merokok sama
sekali tidak berguna bagi tubuh, walau pun dapat ditemui perokok yang berusia
panjang.
Banyak
orang khawatir terkena kanker saat mengkonsumsi makanan panggang atau bakar
(sate, ikan, atau barbekyu). Bukan tidak beralasan memang, kandungan
hidrokarbon polisiklik aromatik dan amino heterosiklik (atau yang sering
dikenal dengan radikal bebas) yang dihasilkan melalui proses ini, ditengarahi
bisa memicu terbentuknya penyakit kanker.
Tetapi
jangan khawatir, kita bisa meminimalisir efek negatifnya dengan melakukan
beberapa tips berikut :
1.
Sebelum
dibakar atau dipanggang, rendamlah daging ke dalam bumbu. Proses ini
menyebabkan daging menjadi lebih empuk dan mengurangi waktu proses pembakaran
atau pemanggangan.
2.
Bila
perlu masaklah terlebih dahulu daging. Selain mengurangi proses pemasakkan,
langkah ini bisa mengurangi jumlah lemak yang ada sehingga bisa meminimalisir
terbentuknya asap akibat menetesnya lemak ke dalam bara api. Hati-hati asap
yang ditimbulkan bisa berbahaya bagi kesehatan kita!
3.
Jangan
memasak langsung di atas arang.
4.
Bolak-baliklah
makanan tersebut sesering mungkin agar tidak gosong.
5.
Hilangkan
bagian daging yang menghitam atau gosong, untuk menghindari kemungkinan radikal
bebas yang terbentuk.
6.
Makanlah
mentimun setelah menyantap hidangan yang dibakar atau dipanggang. Mentimum
ternyata mampu meminimalisir pengaruh radikal bebas akibat daging yang gosong
karena proses pemasakkan.
Sayangnya
sistem perlindungan dari dalam maupun dari luar tubuh sering tidak memadai
karena terlalu banyaknya radikal bebas
yang terbentuk seperti polusi udara, asap rokok, sinar ultra violet yang
diproduksi sinar matahari, pestisida dan pencemaran
lain di dalam makanan kita, bahkan karena olah raga yang berlebihan.
Tampaknya
kemanapun kita bergerak berbagai senyawa dan keadaan
tertentu senantiasa membayangi kita dengan berbagai radikal
bebas akibat ulah kita sendiri.
Ada
4 langkah yang dapat dilakukan menurut Dr. Kenneth H. Cooper yang menjadi
pencetus Preventive medicine untuk melawan radikal bebas yang berbahaya dalam tubuh kita yaitu :
1.
Berolah raga dengan intensitas rendah
2.
Mengkombinasi beberapa antioksidan
setiap hari
3.
Mengatur diet dan memasak secara benar
agar antioksidan dalam makanan tidak rusak
4.
Bergaya hidup bebas dari radikal bebas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah
guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap individu, maka langkah
berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran yang
disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap individu mampu berkembang
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh masing-masing individu
siswa. Mengajar siswa dengan kemampuan belajar cepat akan berbeda dengan
mengajar siswa dengan kemampuan belajar kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda
dari setiap individu memerlukan pelayanan tersendiri bagi guru dalam upaya
penyesuaian program pengajaran yang akan dibuat dan dilaksanakan.
3.2 Saran
Perbedaan individu merupakan hal
penting yang harus diketahui oleh guru karena perbedaan ini dapat digunakan
oleh guru untuk menentukan metode belajar yang tepat dalam proses belajar
mengajar dikelas. Guru haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan
yang ada pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan
pelayanan terhadap siswa agar mampu menemukan dan mengembangkan potensi yang
ada dimiliki oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. M. 2007. Psikologi
Pendidikan. Rineka Cipta Jakarta.
Depoter, Bobbi & Mike Hernachi
1999, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan,
Kaifa, Bandung
Hartono S., 1999. Perkembangan
Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta
Makmun.S.A. 2003. Psikologi
Pendidikan. Rosda Karya Remaja. Bandung
Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi
Sosial. Jakarta : Gunung Agung.
Purwanto, N. 1998. Psikologi
Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi
Sosial. Yogyakarta : Andi
Semiawan C, 1977. Perspektif Pendidikan Anak Berbaka.,
Grasindo Jakarta
Soetjipto dan Sjaefieoden,. 1994. Metodologi
Ilmu Sosial. Jakarta
Suryabrata, S. 2010.Psikologi Pendidikan.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Utami Munandar. U, 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta
: Rineka Cipta Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar