Diskusi
Kelompok, efektifkah???
Diskusi adalah salah satu jenis metode
pembelajaran yang dapat menjadikan komunikasi banyak arah. Pada metode pembelajaran ini beberapa unsur
belajar seperti pemikiran, sikap, disiplin, dan aktivitas dapat muncul dari
mahasiswa.
Namun pada kenyataannya tidaklah selalu
demikian. Contoh paling dekat adalah hal yang saya alami untuk beberapa mata
kuliah yang menurut saya sangat tidak efektif bila dilakukan dengan diskusi
kelompok. Biasanya dalam metode diskusi kelompok ini, terdapat 7-8 kelompok
dalam satu kelas, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 7-8 orang.
Kemudian dosen akan memberikan subpokok bahasan yang menjadi bahan presentasi untuk masing-masing
kelompok. Kemudian masing-masing kelompok akan sibuk mencari bahan untuk
makalah dan presentasinya. Memang itu semua baik. Semua itu akan mendorong
mahasiswa untuk lebih aktif mencari bahan, bekerja sama dengan teman,
menyumbangkan pikiran, dan belajar tampil di depan teman (presentasi). Tapi
terkadang ada anggota yang hanya “ngikut aja” atau berkata,”Ntar bilang aja
berapa iurannya ya….”, tanpa mesti bersusah payah keluar-masuk perpustakaan.
Alhasil, yang menguasai materi diskusi pun hanya sebagian saja yang “mau
bersusah payah”.
Hal ini belum lagi bila yang didiskusikan
itu adalah mata kuliah ilmu pengetahuan alam (IPA) yang notabene merupakan ilmu
pasti, sehingga perlu pendalaman materi yang baik agar tidak salah dalam
menyampaikan materi. Beberapa fakta yang saya amati dan rasakan , terutama
untuk mahasiswa baru, adalah masih kurangnya pendalaman materi tersebut,
sehingga untuk pembahasan yang lebih tinggi mereka termasuk saya agak
kebingungan.
Pada saat berjalannya diskusi, tak sedikit
yang terlihat mengantuk, bosan, dan jenuh. Bahkan ada yang main handphone , mengobrol di luar bahasan
materi diskusi, sampai-sampai ada juga yang “lain yang dipresentasikan kelompok
penyaji, lain pula buku yang dibaca”. Tak hanya itu, dalam 6 SKS (5 jam) bisa
sampai 4 kelompok yang tampil presentasi. Alhasil, materi yang didiskusikan
hanya terasa seperti “kulit arinya” saja.
Kurang efektifnya metode diskusi ini tidak
hanya dirasakan oleh saya, tetapi teman-teman saya juga turut merasakan hal
yang sama. Menurut saya, metode diskusi ini memang menjadi tidak efektif bila
dilakukan terlalu sering apalagi sampai satu semester. Karena hal itu akan
menjadikan mahasiswa jenuh dan bosan dengan jalannya diskusi.
Mahasiswa yang belum memiliki pemahaman yang
baik, maka diskusi yang terlalu sering apalagi sampai satu semester, saya pikir
bukanlah pilihan yang tepat. Karena bagaimana mungkin mahasiswa yang belum
mengerti materi sepenuhnya , harus menerangkan materi kepada mahasiswa lainnya
yang “mengharap” ilmu dari mahasiswa tersebut???
Saran
saya untuk ke depannya, pelaksanaan metode diskusi kelompok ini agar lebih
diperhatikan dan dipertimbangkan kembali sesuai dengan kemampuan mahasiswa.
Bila mahasiswa dirasakan telah memiliki kemampuan memahami materi dengan baik,
maka diskusi bisa menjadi sarana efektif dalam mengembangkan dan meningkatkan
pengetahuan. Apalagi jika didukung dengan suasana jalannya diskusi yang aktif
dan menyenangkan, maka diskusi bukan hanya menjadi suatu metode pembelajaran,
melainkan juga menjadi “surga” untuk bertukar aspirasi dan pendapat serta
menggali ilmu jauh lebih dalam lagi….
0 komentar:
Posting Komentar