KETRAMPILAN PROSES
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah
untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, sehingga siswa bukan hanya
mampu dan terampil dalam menghafal, melainkan juga ahli di bidang psikomotorik.
Guru tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuwan, melainkan dapat
mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan
memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara seperti yang diperbuat oleh
ilmuwan. Selain itu, melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan
keterampilan proses dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang
potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa, di mana kepribadian
siswa yang berkembang ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan ke jalur
profesi apapun yang diminatinya.
Beberapa alasan yang melandasi perlunya
diterapkan pendekatan keterampilan proses sains dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu: alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat
sehingga para guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep kepada
anak didiknya; alasan kedua, sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yang
mengatakan bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak
jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya
penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan
benda-benda yang benar nyata; alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak
bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif.
Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah
orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang
dianut. Muncul lagi teori baru, yang prinsipnya mengandung kebenaran relatif;
alasan keempat, dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri anak didik. Berdasarkan
keempat alasan ini dicari cara mengajar-belajar yang sebaik-baiknya dengan
melakukan pendekatan yang baru. Pendekatan itu adalah cara belajar siswa aktif
yang mengembangkan keterampilan proses. Keterampilan proses ini melibatkan
keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial.
Keterampilan proses atau intelektual terlibat dengan melakukan ketrampilan
proses peserta didik menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat
dalam ketrampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan
bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan proses
dimaksudkan agar tercipta interaksi antara sesama anak didik dalam kegiatan
belajar mengajar dengan keterampilan proses.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan
pembahasan makalah ini adalah :
1.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keterampilan
proses, keterampilan observasi, keterampilan klasifikasi, dan keterampilan
hipotesis.
2.
Mahasiswa dapat menjelaskan pengendalian
variabel, inferensi, prediksi, hubungan ruang dan waktu
1.3 Rumusan Masalah
Mempelajari
latar belakang masalah maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang
dimaksud dengan keterampilan proses, keterampilan observasi, keterampilan
klasifikasi dan keterampilan hipotesis?
2. Bagaimana pengendalian variabel, inferensi,
prediksi, dan hubungan ruang dengan waktu?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode dan Pendekatan
Metode
dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam
perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu
pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan
proses tersebut digunakan beberapa metode. Sebagai contoh dalam pembelajaran
pencemaran lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut
dapat dipilih dari beberapa pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan. Ketika
proses pembelajaran pencemaran lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan lingkungan tersebut
dapat digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi, metode didkusi dan metode ceramah.
Supaya
lebih jelas ikuti perencanaan yang dilakukan oleh seorang guru ketika akan
memberi pembelajaran pencemaran lingkungan tersebut. Pada awalnya ia memilih pendekatan lingkungan, berarti ia
akan menggunakan lingkungan sebagai fokus pembelajaran. Pada akhir pembelajaran
melalui konsep pencemaran lingkungan siswa akan memahami tentang lingkungan
sekitarnya apakah sudah tercemar atau tidak. Untuk merealisasikan hal tersebut
ia menggunakan metode diskusi dan ceramah. Dalam pembelajarannya ia membuat
suatu masalah untuk didiskusikan oleh siswa kemudian ia akan mengakhiri
pembelajaran tadi dengan memberi informasi yang berkaitan dengan hasil diskusi.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan
dirancang untuk mencapai keberhasilan suatu tujuan pembelajaran.
2.2
Beberapa Pendekatan Pada Kegiatan Belajar-Mengajar
Pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran sains antara lain sebagai berikut :
Pendekatan
ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya pendekatan ini
tercakup juga ketika seorang guru merencanakan pendekatan lainnya, karena suatu
pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan
dirancang untuk keberhasilan suatu tujuan.
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu
bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran
tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa
metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
3. Pendekatan Lingkungan
Penggunaan
pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar
mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi
yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari – hari sering digunakan pendekatan
lingkungan.
Penggunaan
pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang
dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik
yang digunakan oleh para ahli peneliti.
5.
Pendekatan Penemuan
Penggunaan
pendekatan penemuan berarti dalam kegiatan belajar mengajar siswa diberi
kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah. Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu
yang benar – benar baru.
6.
Pendekatan Proses
Pada
pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan
siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan,
menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Penggunaan pendekatan proses menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
7.
Pendekatan Interaktif
Pendekatan
ini memberi kesempatan pada siswa uuntuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian
melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan Langkah – langkah mengumpulkan, memilih, dan
mengubah pertanyaan tersebut menjadi suatu kegiatan yang spesifik.
8.
Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan
pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui
praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama
siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan
data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke
pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang
merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan
membantu memberi petunjuk.
9.
Pendekatan Sains Teknologi Dan Masyarakat ( STM )
Melalui
pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang
diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi
masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari– hari, yang
dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah ilmiah.
10. Pendekatan Terpadu
Pendekatan
ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam
suatu kegiatan pembelajaran. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip
keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi
peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu
pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang.
2.3 Beberapa Metode Pada Kegiatan Belajar -
Mengajar
Beberapa
metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah :
1. Metode Ceramah
Metode
ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu
khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam hal ini siswa hanya
diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi
penting dari guru yang selalu dianggap benar itu.
2. Metode Tanya
Jawab
Metode
tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan
pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir.
Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok
pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai
tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang
akan dibahas.
3. Metode Diskusi
Metode
diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi
terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat.
Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan
gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman,
menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui
diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4. Metode Belajar
Kooperatif
Dalam
metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan
kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling
membantu.
5. Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses
kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat –
alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat
alat – alat laboratorium dan lain – lain.
6. Metode Ekspositori
Atau Pameran
Metode
ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi
atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk
membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
7. Metode Karyawisata/Widyawisata
Metode
karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari
materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas
dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi
karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan
persiapan yang tidak sebentar.
8. Metode Penugasan
Metode
ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih
banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan
mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dalam metode ini sulit mengawasi
mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
9. Metode Eksperimen
Metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan
melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada
hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan
sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.
10. Metode Bermain
Peran
Pembelajaran
dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah
berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu
konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga
akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu
lama.
Pendekatan
dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat
menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu
pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya
untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi
metode. Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada
pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada
lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu
:
•
Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
•
Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
•
Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
•
Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
•
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
2.4 Pengertian
Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses
merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut.
Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan
proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA)
dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga
peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus”.
Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah
pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk
menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui
proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA) sehingga mampu
menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.
Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
·
Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian
yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan
ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu
pengetahuan
·
Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi
kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar
menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
·
Menggunakan keterampilan
proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan
produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa,
merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan
proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. Pendekatan
keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10)
menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental
terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
menemukan sesuatu yang baru. Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113)
mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan
instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan
ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamampuan yang dimiliki peserta
didik.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang
diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan social yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.
Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih
lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan
keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya.
Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan
pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsure itu
menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.
Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan
proses (PKP) dapat
diartikan bahwa pendekatan keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung
memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan
karena penerapan pendekatan keterampilan proses menekankan dalam memperoleh
ilmu pengetahuan siswa hendaknya menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang
ilmuan.
2.5 Pentingnya
Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan keterampilan
untuk dapat mencari dan mengolah informasi. Mengapa ketrampilan proses
diperlukan? Pertama, ketrampilan proses, mutlak diperlukan anak sebagai bekal
dalam kehidupannya pada masa yang akan daaAng. Kedua, kimia sebagai salah satu
cabang dari IPA memang dapat dipandang dari dua dimensi, dimensi produk dan
dimensi proses.
Sudah sejak lama bangsa kita berpengalaman
belajar kimia sebagai produk saja bukan proses. Akibatnya adalah bangsa kita
hanya sampai pada kemampuan menggunakan ilmu kimia dan tidak dapat menghasilkan
ilmu kimia. Sebagai gambaran ialah bahwa sampai sekarang kita mengenal berbagai
teori dan hokum kimia yang berasal dari luar negeri, seperti hokum Lavoiser,
asas Aufbau, teori asam-basa menurut Arrhenius dan Lewis, dan lain-lain.
Oleh karena itu betapa pentingnya
ketrampilan proses, ketrampilan proses dapat diartikan sebagai proses untuk
mendapatkan ilmu. Terampil berarti lebih dari sekedar memahami, sehingga
diperlukan latihan-latihan. Ketrampilan proses ilmu kimia merupakan belajar sepanjang hayat yang dapat
digunakan bukan saja untuk belajar ilmu kimia tetapi juga dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Jadi, dapat disimpulkan ketrampilan proses
adalah sebagai proses untuk mendapatkan ilmu dengan cara mengumpulkan fakta dan
menghubungkan fakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan.
Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan keterampilan
proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut:
1.
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
2.
Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar
didapatkan agar hasil belajar yang optimal
3.
Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi
kebenaran ini.
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan
murid dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan proses
yang dimaksud dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental
yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa
alasan yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampilan proses (PKP)
dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
1.
Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat
sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada
siswa.
2.
Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh kongkrit.
3.
Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar
seratus persen penemuannya bersifat relatif
4.
Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak
dilepaskand ari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
2.6 Pola Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan
Proses (PKP)
Dalam pola pelaksanaan keterampilan proses, hendaknya guru
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Asas pelaksanaan
keterampilan proses
Menurut (Azhar, 1993) dalam melaksanakan pendekatan
keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·
Harus sesuai dan selalu berpedoman pada tujuan kurikuler,
serta pembelajaran yang berupa TPU dan TPK.
·
Harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa
mempunyai kemampuan (potensi) sesuai dengan kudratnya.
·
Harus memberi kesempatan, penghargaan dan movitasi kepada
peserta didik untuk berpendapat, berfikir dan mengungkapkan perasaan dan
pikiran.
·
Siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman belajar siswa.
·
Perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan
siswa untuk mengola hasil temuannya.
·
Harus berpegang pada prinsip "Tut Wuri Handayani".
Memperhatikan azas-azas tersebut, nampaknya yang menjadi
titik perkenannya adalah siswa itu adalah siswa itu sendiri sebagai subyek
didik dan juga guru dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses
benar-benar memperkirakan perbedaan masing-masing siswa.
b. Bentuk dan pelaksanaan pendekatan
keterampilan proses (PKP)
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada
peserta didik secara klasikal. Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan
tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan keterampilan
mendasar baik mental, fisik maupun sosial.
Ilmuwan-ilmuwan yang menemukan sesuatu yang baru,
menurut pengamatan, tidak menguasai semua konsep dan fakta dalam suatu bidang
ilmu, namun mereka mempunyai kemampuan dasar untuk mengembangkan konsep dan
fakta yang terbatas itu, sehingga mereka bisa menciptakan dan menemukan sesuatu
yang baru.
Dalam Conny (1987) menyatakan
kemampuan-kemampuan dasar yang dimaksud tersebut adalah mengobservasi,
menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang dan waktu,
membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan
verbal, menafsirkan data, membuat kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan,
dan mengkomunikasikan.
Jadi, pendekatan keterampilan proses menekankan
pada bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga
dipahami dan dapat dipakai sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam
kehidupannya di masyarakat. Keterampilan tersebut , yaitu :
2.6.1 Keterampilan Observasi / Mengamati
Keterampilan mengobservasi atau mengamati
merupakan ketrampilan menggunakan semua panca indra untuk memperoleh data atau
informasi. Dengan ketrampilan mengamati ini diharapkan siswa dapat menggunakan
pikiran dan pancainderanya dengan benar dan aman untuk memperoleh data sesuai
dengan tujuan pengamatannya. Dalam proses pengamatan, siswa dihimbau untuk
memperoleh data secermat mungkin dan diberi motivasi akan pentingnya kecermatan
dan keakuratan data yang mereka peroleh. Tekanan pengamatan adalah pada
perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan dari sasaran yang diamati.
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan
ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta
merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang
lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera
seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan
pendapat. Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui
kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan
atau informasi.
Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah
dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar
pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat
merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang sama.
Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta didik melihat
beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi
sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut
berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
Keterampilan mengamati mungkin merupakan
keterampilan yang terpenting dari semua jenis keterampilan proses. Mengapa?
Karena kebenaran ilmu yang didapat bergantung pada kebenaran dan kecermatan
hasil observasi. Adapun jenis keterampilan proses yang lain, sebenarnya
merupakan keterampilan mengelola atau memproses hasil observasi tersebut.
Ketrampilan dapat dikembangkan secara
bertahap pada diri siswa sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya dengan
prinsip mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks dan mulai yang
konkret menuju yang lebih abstrak. Ketrampilan mengamati meliputi ketrampilan
membedakan. Pengembangan ketrampilan ini dapat dimulai dengan membedakan obyek
pengamatan dengan menggunakan indera mata/ penglihatan. Misalnya membedakan
bentuk atau ciri-ciri yang lain yang
dapat diamati dengan mata atas dasar warna.
2.6.2 Keterampilan
Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi atau menggolongkan merupakan keterampilan
untuk menggolongkan objek pengamatan atas dasar perbedaan dan persamaan sifat
yang dimiliki. Sehingga
didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud. Suatu hasil pengamatan yang cermat dan benar akan sangat membantu
proses klasifikasi, karena didalamnya terkandung unsur-unsur persamaan dan
perbedaan.
Untuk melakukan kegiatan mengklasifikasik menurut Djamarah
adalah "peserta didik dapat belajar melalui proses : mencari persamaan
(menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan. Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta
didik diharapkan mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di
sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah
pengetahuan dasar mereka.
Mengklasifikasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sesuai dengan
tujuan pengamatan. Bentuk yang paling sederhana adalah menggolongkan atas dasar
kriteria tertentu.
2.6.3 Keterampilan
Mengukur
Keterampilan mengukur
sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi dalam bentuk
kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan".
Adapun kegiatan yang
dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut Conny (1992
:21) dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya
mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas,
volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya. Kegiatan pengukuran yang
dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka,
karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan
pengukuran yang dikerjakan.
2.6.4
Keterampilan Membuat Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan berupa dugaan tentang
kenyataan-kenyataan yang terdapat di alam, melalui proses pemikiran, jadi pada
hakekatnya keterampilan membuat hipotesis adalah keterampilan membuat dugaan
tentang kejadian alam melalui proses pemikiran.
Hipotesis berbeda dengan prediksi dalam hal berikut :
1.
Hipotesis mengandalkan pemikiran yang logis untuk merumuskan dugaan /
kenyataan sedangkan prediksi mengandalkan hasil pengamatan.
2.
Hipotesis menggunakan pola berpikir deduktif sedangkan prediksi menggunakan pola berpikir induktif.
2.6.5 Keterampilan
Mengendalikan Variabel
Yang dimaksud variabel disini adalah faktor-faktor yang berpengaruh.
Karena faktor-faktor itu mempunyai nilai yang bervariasi maka disebut variabel.
Faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan terhadap faktor yang lain
disebut faktor perubah atau variabel
bebas. Sedangkan faktor yang dipengaruhi atau yang diubah disebut faktor
yang diubah atau variabel terikat.
Jadi keterampilan mengendalikan variabel adalah keterampilan mengatur
variabel sedemikian rupa sehingga adanya perbedaan pada akhir eksperimen adalah
benar-benar karena pengaruh variabel yang diteliti. Pengembangan keterampilan
mengendalikan variabel ini dapat dilakukan guru melalui bentuk tanya jawab yang
mengarahkan atau mengingatkan kepada siswa adanya faktor-faktor yang harus
dikendalikan.
2.6.6 Keterampilan Menyimpulkan
(Inferensi)
Yaitu kemampuan menarik kesimpulan dengan menggunakan logika induktif
dari data yang telah terkumpul melalui hasil observasi / pengamatan. Menyimpulkan
dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan
suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang
diketahui.
Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan
misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup
dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa
menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan belajar
mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta didik yang dimulai
dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.
2.6.7 Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah antisipasi atau perbuatan ramalan tentang
sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan
pada pola kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam
ilmu pengetahuan.
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentang apa yang akan terjadi
pada observasi yang akan datang (Abruscato.1988) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan
yang akan dating yang diharapkan akan terjadi (Carin.1992). Keterampilan
memprediksi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan memperkirakan
kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian-kejadian yang terjadi
sekarang. Keterampilan menggunakan grafik untuk menyisipkan dan meramalkan
dugaan-dugaan.
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan
beberapa kejaadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui.
Perlu diperhatikan bahwa prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan
informasi tentang hubungan-hubungan antara variabel dan observasi. Prediksi yang
tidak didasarkan pada observasi hanya merupakan suatu dugaan, dan ini bukanlah
yang diharapkan dalam memprediksi pada ketrampilan proses.
Untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan
oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada
kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat
dilakukan misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi,
memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan
kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.
Pembelajaran-pembelajaran dengan metode inkuiri yang meminta siswa
membuat dugaan-dugaan dengan eksperimen akan membantu mengembangkan
keterampilan proses untuk memprediksi. Siswa dapat memprediksi kejadian yang
akan datang secara dini data dan grafik yang sangat sederhana. Kemudian siswa
dapat membuat prediksi yang lebih matang
berdasarkan survey opini dan sumber data lainnya.
2.6.8 Keterampilan
Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu
Menurut ajaran Einstein,
ruang dan waktu bersifat relatif. Ruang
tergantung pada pengamatnya. Ruang merupakan semacam hubungan antara
benda-benda yang diukur dengan cara-cara tertentu. Dengan demikian apabila
pengukurannya dilakukan dengan cara yang berbeda, maka hasilnyapun akan
berbeda. Waktu juga bersifat relatif karena hasil pengukuran terhadap
hubungan-hubungan yang menyangkut waktu tergantung pada pengertian keserampakan
(simultaneity); karena apabila sesuatu terjadi, misalnya ledakan, maka kuatnya
bunyi ledakan akan berbeda di berbagai tempat.
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan
waktu menurut Ester dan Esler (1984) meliputi keterampilan menjelaskan posisi
suatu benda terhadap benda lainnya atau
terhadap waktu keterampilan mengubah bentuk dan posisi suatu benda setelah
beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato (1988) menggunakan hubungan ruang
dan waktu merupakan keterampilan proses yang berkaitan dengan
penjelasan-penjelasan hubungan-hubungan tentang ruang dan waktu beserta
perubahan waktu. Keterampilan ini penting karena semua benda menempati tempat
dalam suatu ruang pada waktu tertentu. Proses ini dapat dipecah-pecah ke dalam
bermacam-macam kategori termasuk bentuk, arah, dan susunan yang berkaitan
dengan ruang dan waktu, gerak dan kecepatan, kesimetrisan, dan kecepatan
perubahan.
Kegiatan ini untuk melatih keterampilan
menamakan dan mengidentifikasi gambar-gambar geometris dua dan tiga dimensi dan
bayangannya, membuat pernyataan tentang simetri dari benda-benda. Keterampilan
hubungan ruang dan waktu meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda
terhadap benda lainnya atau terhadap waktu.
2.7 Langkah-langkah melaksanakan keterampilan
proses
Untuk
dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta
didik pada pokok permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun
fisik. Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa :
·
Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami
peserta didik yang ada hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
·
Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik
dengan mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda
lain yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.
2. Pelaksanaan proses belajar mengajar
atau bagian inti
Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan hendaknya
selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan proses
berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan,
mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkomunikasikan
hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik.
Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang
tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang
bercirikan keterampilan proses,
meliputi :
1.
Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi,
gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
2.
Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan
atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan
terhadap bahan pelajaran tersebut.
3.
Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan
sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
4.
Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain
yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5.
Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan
atau diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru
atau berbeda.
6.
Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan
sehubungan dengan masalah yang belum terselesaikan.
7.
Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan
diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.
3. Penutup
Setelah melaksanakan proses belajar tersebut, hendaknya
sebagai seorang pendidik untuk :
1.
Mengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan serta
merumuskan hasil yang telah diperolehnya
2.
Mengadakan tes akhir
3.
Memberikan tugas-tugas lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan contoh diatas, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Keterampilan mengobservasi adalah
ketrampilan proses yang paling dasar yang dikembangkan dengan menggunakan semua
indera yang kita miliki atau alat bantu indera untuk mendapatkan informasi dan
mengidentifikasi sifat-sifat, karakteristik suatu objek/kejadian.
2.
Keterampilan mengklasifikasikan merupakan
keterampilan yang dikembangkan melalui latihan mengkategorikan, menggolongkan,
dan mengatur menurut system atau metode tertentu.
3.
Keterampilan hipotesis adalah suatu
pernyataan berupa dugaan tentang kenyataan-kenyataan yang terjadi di alam
melalui proses pemikiran.
4.
Keterampilan pengendalian variable adalah
keterampilan mengatur variable sedemikian rupa sehingga adanya perbedaan pada akhir
eksperimen adalah benar-benar karena pengaruh variable yang diteliti.
5.
Keterampilan memprediksi adalah keterampilan
menduga, memperkirakan, meramalkan beberapa kejadian/keadaan yang didasarkan
pada observasi, pengukuran dan informasi yang didapat.
6.
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan
waktu meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap benda
lainnya atau terhadap waktu, atau keterampilan mengubah bentuk dan posisi suatu
benda setelah beberapa waktu.
3.2 Saran
Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan satu-kesatuan yang saling
berkaitan satu sama lain. Untuk itu, peningkatan suatu ketrampilan hendaknya
juga dibarengi dengan peningkatan keterampilan yang lain. Siswa diajak untuk
dapat berpikir dan mengolah fakta dan informasi sehingga menghasilkan suatu
ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti
dan Mujiono.2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dirdjosoemarto
dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Bandung: FPMIPA UPI dan JICA IMSTEP.
Roestiyah.
1991. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Silvinian.
2005. Modul: Bahan Belajar Mandiri
Program D-II PGSD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Syah
Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan
suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.
0 komentar:
Posting Komentar