Nama : VIVIEN ANJADI SUWITO
NIM : 1005120705
Prodi : Pendidikan Kimia
Tugas : Dasar-Dasar Pendidikan MIPA
Periode
Operasi Formal (11 - Dewasa)
Tahap
operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan
menggunakan hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda
konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan
dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam
struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol,
ide-ide, atraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk
melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan,
memahami konsep promosi.
Karakteristik
dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk melakukan
penalaran hipotesis-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian
hipotesis dan mengujinya. Kesimpulan
pada tahap ini adalah : Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah
mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argument (karena
itu disebut operasional formal).
Tahap
ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang
dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran
abstrak sistematis, Operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya sistem
nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah filosofis.
Kesimpulan pada tahap ini adalah:
i. Pada
tahap operasi formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak
dibingungkan oleh isi argumen (karena itu disebut operasi formal).
ii. Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah
memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak.
Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis, operasi formal memungkinkan
berkembangnya sistem nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah
filosofis.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
1. Tujuan Pembelajaran
·
Menjelaskan
sifat koligatif larutan.
·
Menjelaskan
pengaruh zat terlarut terhadap penurunan titik beku larutan dan kenaikan titik
didih larutan.
·
Memberi contoh
fenomena kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.
2. Indikator
·
Menjelaskan
pengertian sifat koligatif larutan.
·
Mengamati
penurunan titik beku suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut.
·
Mengamati
besar kenaikan titik didih suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut.
3. Materi Pembelajaran
·
Sifat
Koligatif Larutan
·
Titik Beku dan
Titik Didih Larutan
4. Strategi Pembelajaran
·
Pendekatan : Keterampilan
proses
·
Metode : Eksperimen
dan diskusi
Contoh
Pembelajaran Kimia SMA Berdasarkan Teori Piaget
Sifat Koligatif Larutan
Konsep
yang diajarkan : Sifat Koligatif
Larutan
Sub
Konsep : Sifat Koligatif
Larutan non Elektrolit
Metoda
yang dipakai : Eksperimen dan
diskusi
Alat
dan Bahan :
Alat :
1. 2 buah Gelas Kimia 400 mL
2. Termometer
3. Pemanas
4. Sendok Pengaduk
Bahan :
1.
Air Suling
2.
NaCl 1,0 M
3.
Es Batu
Cara
Kerja :
A.
Membandingkan
titik didih larutan NaCl dan air
1.
Isi gelas
kimia pertama dengan 200 mL air suling.
2.
Hitung jumlah
garam NaCl yang dibutuhkan untuk membuat 200 mL larutan NaCl 1,0 M (Mr NaCl =
58)
3.
Isi gelas
kimia kedua dengan 200 mL larutan NaCl 1,0 M yang telah dibuat, kemudian
panaskan kedua larutan tersebut.
4.
Setelah
mendidih, ukur suhu masing-masing dengan thermometer . Bagaimana titik didih
larutan NaCl dibandingkan air.
B.
Mengamati
penurunan titik beku larutan NaCl
1.
Sediakan 200
mL air campur es batu. Ukur dan catat suhu air es tersebut.
2.
Tambahkan 50
gram garam ke dalamnya dan aduk. Catat suhunya.
3.
Tambahkan 50
gram garam lagi dan aduk kembali. Catat suhunya.
4.
Lakukan terus
penambahan garam dan ukur perubahan suhu yang terjadi.
Alasan menggolongkan eksperimen sifat
koligatif larutan ke dalam tahap perkembangan formal operasional adalah :
Karena
pada tahap ini siswa dapat melakukan operasi secara logis tetapi masih
mempunyai pengalaman yang terbatas. Siswa sebelumnya mungkin telah merasakan
fenomena sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak
menyadarinya dikarenakan pengetahuan dan pengalaman yang masih terbatas.
Misalnya pada es krim digunakan garam untuk menurunkan suhu di bawah titik beku
air atau saat memasak air gula yang memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan
dengan memasak air biasa. Siswa telah mengetahui dan mengalami fenomena itu,
tetapi belum menyadari itu adalah suatu gejala alami dari sifat koligatif
larutan yang dapat dipelajari dan dikembangkan untuk aplikasi dalam kehidupan
yang lebih bermanfaat.
Menurut
Piaget, proses pembelajaran yang tepat pada tahap formal operasional ini adalah
menjadikan siswa sebagai factor utama, yaitu pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Model pembelajaran ini
memberi kesempatan siswa untuk mengeksplorasi dan berekpresi dalam
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Sedangkan peran guru disini adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator untuk siswa tersebut.
Dalam
pembelajaran mengenai sifat koligatif larutan, digunakan metode eksperimen.Hal
ini bertujuan :
1.
Siswa melakukan
sendiri percobaan dan menganalisa hingga sampai pada suatu kesimpulan.
2.
Siswa mampu
menghubungkan gejala-gejala alami yang berkaitan dengan sifat koligatif larutan
dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Siswa dapat
melakukan kegiatan secara berkelompok yang menimbulkan interaksi social dengan
teman kelompoknya. Ini mendorong perkembangan kognitif dan psikomotoriknya.
Dengan
demikian, metode eksperimen ini dinilai lebih tepat untuk mengenalkan konsep
sifat koligatif larutan pada tahap perkembangan formal operasional. Selain itu
melalui diskusi, guru dapat merangsang siswa untuk dapat berpikir tentang
gejala alami yang berkaitan dengan sifat koligatif larutan serta aplikasinya
dalam kehidupan. Jadi, siswa yang memikirkan fenomenanya, bukan guru yang langsung
memberikan contoh, sehingga dapat tercapai pembelajaran yang berpusat pada
siswa (Child Center) menurut Jean Piaget.
0 komentar:
Posting Komentar