BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini banyak sekali berita di media cetak dan elektronik
tentang keadaan remaja saat ini. Contohnya seperti, tawuran mahasiswa
akhir-akhir ini di Jakarta
dan di luar Pulau Jawa. Tidak hanya menggunakan tangan kosong, tetapi mahasiswa
juga banyak membawa senjata tumpul dan tajam. Banyak sekali yang menjadi
provokatornya.
Hal itu semua terjadi karena hal-hal yang kecil, seperti saja tidak
sengaja menabrak atau berkata yang tidak sopan kepada orang lain. Selain orang
zaman sekarang, mudah terbawa dan meledak emosinya, tetapi juga karena
lingkungan dan pergaulan mereka. Memang zaman sekarang, para remaja mudah dan
gampang untuk mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan mereka,
seperti berkata buruk, merokok, berjudi, pemakai dan pengedar narkoba, serta
hamil di luar nikah atau terkena penyakit HIV/AIDS. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah pengguna narkoba suntik di seluruh dunia menurut laporan Jurnal
Kedokteran Inggris. Mereka menyatakan sekitar tiga juta pengguna narkoba suntik
di dunia yang kemungkinan positif terkena penyakit AIDS.
Dan hal yang sama, juga berasal dari kutipan berita oleh BBC. Saluran
televisi internasional itu menyatakan, bahwa empat puluh persen pengguna
narkoba, terutama narkoba suntik, tersebar di sembilan negara. Di berbagai
negara di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Eropa Timur, tingkat infeksinya HIV
di kalangan pengguna jarum suntik di atas empat puluh persen. Di Estonia, angka itu lebih dari tujuh puluh
dua persen.
Dalam kasus lain, di
Indonesia banyak kejadian anak SMP, bahkan anak SD sudah merokok layaknya orang
dewasa. Hal ini justru akan membuat anak-anak itu hidupnya menjadi tidak sehat.
Yang membuat hal ini makin menjadi adalah, karena mereka hampir semua
disebabkan oleh pergaulan mereka di sekolah, di masyarakat, dan juga di rumah.
Contohnya, seperti : teman-temannya merokok sepulang sekolah. Dia lalu ditawari
sebatang rokok. Awalnya dia tak mau, tapi lama-kelamaan hal itu menjadi
kesenangan dan kesehariannya. Iklan-iklan rokok di sepanjang jalan, di media
massa, dan elektronik juga makin membuat hal ini tambah parah.
Dalam karya ini, saya
ingin memperlihatkan bagaimana keadaan pergaulan remaja di Indonesia saat ini
yang berada dalam keadaan kritis. Dan, saya juga ingin memberikan manfaat dan
cara-cara penanggulangan bahaya dari pergaulan remaja, dengan melakukan
berbagai macam hal dan tindakan yang berguna bagi keluarga, bangsa, dan agama
sesuai dengan judul dari karya ilmiah ini.
Dari uraian di atas, dapat
dikemukakan secara ringkas dan jelas, latar belakang masalah penelitian ini,
yakni :
1. Permasalahan
lingkungan dan pergaulan para remaja pada saat sekarang.
2. Perlunya
mencari cara-cara penyelesaian dari berbagai macam masalah yang ada dalam
pergaulan para remaja.
3. Memberikan
manfaat dan pengubah pola pikir respon pembaca terhadap pergaulan remaja dengan
baik.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dikemukakan dalam karya tulis ini adalah perilaku menyimpang remaja sekarang,
khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal itu harus dapat dibuktikan
dengan pemikiran yang benar dan tepat.
Bagaimanakah hubungan antara para remaja, lingkungan dan pergaulan
remaja, jika ada dan tidaknya peran orang tua, keluarga, guru, masyarakat, dan
media pendidikan dengan cara membandingkan anak satu dengan yang lain dengan
perbedaan pada tipe lingkungan pergaulan anak-anak itu, untuk mengetahui mana
yang menunjukkan hasil baik dan mana yang menunjukkan hasil yang buruk.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah
ada pengaruh dari pergaulan sekitar remaja dengan sikap dan perilaku remaja,
serta dengan peranan dan bimbingan dari orang tua, guru, masyarakat, atau media
pendidikan akan membawa sikap dan perilaku dari remaja itu lebih baik ke
depannya nanti ?”.
Penelitian
ini hanya dilaksanakan pada dua kelompok remaja saja pada tahun 2008, dengan
populasi kelompok BI 1 dan BR 2.
Sementara,
pengujian dan pengumpulan data dilakukan dengan cara perbandingan dalam satu
waktu tertentu.
C. Tujuan
1. Menegetahui
seberapa besar perbedaan sikap dan perilaku kelompok- kelompok remaja.
Mengetahui
seberapa kuat efek pergaulan dalam kehidupan para remaja.
3.
Mengetahui seberapa kuat pengaruh dari orang tua, guru, peran masyarakat, dan
media pendidikan dalam membentuk kepribadian para remaja.
4. Memberi
motivasi kepada orang tua, guru, peran masyarakat, dan media pendidikan supaya
lebih santai dan lebih benar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan remaja
saat ini.
5.
Mengetahui cara-cara pencegahan dan penyebaran terhadap pengaruh pergaulan para
remaja.
D. Manfaat
1.
Memberikan informasi ke orang tua dan guru bahwa penelitian ini dapat digunakan
untuk menyikapi, menanggulangi, dan menyadarkan kepada anak dan anak didiknya.
2.
Memberikan semangat baru dalam pendidikan pergaulan remaja, termasuk di rumah
dan di sekolah.
3.
Memberikan pengetahuan yang lebih baru dan lebih luas tentang remaja.
4. Memberikan rasa percaya diri dan
keberanian bagi para remaja.
5. Memberikan rasa lebih berhati-hati
dan lebih peduli dengan lingkungan pergaulannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Berbagai masalah tentang masalah
pergaulan remaja pada masa ini, terutama di negara kita Indonesia, yang dikenal
dengan baik budaya ketimuran kita yang terkenal mengerti akan sopan santun juga
marak terjadi.
Semua permasalahan itu contohnya :
1.
Narkoba
2.
Penyakit
HIV/AIDS
3.
Hamil
di luar nikah
4.
Mencuri
5.
Clubing
6.
Perkataan
Buruk dan Jorok
7.
Tawuran
dan Perkelahian
8.
Merokok
9.
Membolos
Sekolah
10.
Peniruan
Budaya Barat, dsb.
Semua itu dikarenakan remaja
sekarang mentalnya mudah turun, akal sehat dan pikiran panjangnya pun tidak
digunakan. Mereka hanya mementingkan kepentingan sendiri atau golongan atau
menuruti emosi atau juga mengandalkan ototnya saja, seperti tawuran antar siswa
maupun mahasiswa. Akhirnya pun akibat mereka terasa berat bagi keluarga,
masyarakat, bahkan negara sekalipun.
Keadaan itupun diperparah dengan
mulai mengalirnya budaya barat yang mulai menutupi budaya timur yang sopan, dan
melalui media-media massa, seperti koran atau majalah, dan media-media
elektronik, seperti halnya televisi atau internet.
Apalagi di zaman serba modernisasi
dan globalisasi, informasi tersebut makin menyebar ke seluruh pelosok dunia.
Budaya Timur dan Indonesia pun mulai ditanggalkan dan hanya dianggap kuno.
Makin banyak anak yang tidak punya sopan santun dan tata krama terhadap teman,
bahkan terhadap orang tua.
Sekarang, anak muda mudah
berperilaku seperti pergaulannya. Banyak yang datang ke klub malam dan diskotek
untuk berfoya-foya. Mereka berpakaian yang nyeleneh atau aneh. Ada juga
mereka yang terjebak ke dunia narkoba. Awalnya mereka hanya ditawari rokok, dan
lama-lama pun akan ketagihan.
Setelah itu, mereka ditawari narkoba
gratis. Lalu, mereka langsung membeli obat terlarang itu dengan mahal. Mereka
mendapatkan uang itupun dari yang tidak halal, seperti mencuri uang orang
tuanya.
Akibatnya,
para penggunanya pun rentan terkena penyakit HIV/AIDS, terutama pengguna
narkoba suntik. Hal yang sama juga dapat terjadi pada orang yang berhubungan intim
pra nikah dan gonta-ganti pasangan. Ditambah lagi, apabila terjadi hamil di
luar nikah.
Semua
masalah itu akan menyebabkan image remaja menjadi buruk di mata
masyarakat awam. Kita sebagai remaja yang perannya sebagai penerus kejayaan
bangsa Indonesia
pun, harus malu dan berani memutar balikkan dengan hal yang berguna bagi
bangsa, agama, dan negara
Di dalam
karya ilmiah ini, saya selaku remaja ingin membeberkan keadaan remaja saat ini
di negara kita Indonesia. Saya juga ingin memberikan metode-metode dan tps-tips
agar terhindar dari masalah pergaulan remaja, dan saya juga ingin mewujudkan
para remaja memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan dan pergaulan mereka.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGAda suatu slogan kuno yang nampaknya masih relevan dalam memasuki abad 21, milenium baru hingga saat ini. Slogan yang rupanya tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan serta tidak tertelan oleh zaman itu, adalah bahwa mutu masa depan masyarakat Bangsa dan Negara ditentukan oleh mutu generasi muda masa kini. Remaja sebagai bagian terbesar dari himpunan generasi muda sebagai penentu kualitas bangsa, menunjukkan akan demikian pentingnya remaja terhadap eksistensi Negara dari zaman ke zaman dalam setiap lapisan generasi. Sehingga kualitas sumber daya manusia remaja dalam setiap lapisan generasi sesuai dengan perubahan zaman adalah harga mutlak yang tidak memerlukan tawaran ketika suatu bangsa termasuk Indonesia ingin hidup dan bertahan sebagai bagian dari aktor dalam percaturan kehidupan antar bangsa di dunia ( Indra Djati Sidi, 2003 : 13 ). Karena itu masalah remaja merupakan hal yang tidak saja menarik untuk dikaji berbagai permasalahannya, melainkan semua pihak kiranya sekaligus memberi ruang dan waktu kepada mereka untuk memiliki sumber daya manusia yang optimal karena mereka adalah asset masa depan bangsa.
Masalah remaja atau pubertas merupakan masa transisi dalam kehidupan seseorang sebab pada fase itu individu mengalami perubahan kehidupan dari anak-anak menuju dewasa. Ketika itu, remaja mengalami perubahan fisik sangat mencolok dan diikuti perkembangan emosional yang tidak stabil, sehingga hal itu sering menimbulkan kegundahan pada diri remaja. Dalam hal ini pubertas mempunyai arti penting bagi kehidupan seseorang, sebagai periode mencari jati diri dalam proses pembentukan karakter pribadi, yang akan turut menentukan kehidupannya ke depan. Namun demikian masa puber juga menjadi kurun waktu yang rentan terhadap perilaku menyimpang bagi remaja, mengingat remaja sedang mengalami gejolak seiring munculnya dorongan rasa ingin tahu yang tinggi tetapi belum diimbangi dengan kematangan pribadi dan tingkat pengetahuan yang memadai.
Ketertarikan dan keingintahuan terhadap hal-hal baru akan menyebabkan remaja selalu berusaha untuk memperoleh informasi dan pengalaman baru. Dalam hal ini, apabila tidak dikendalikan dengan baik akan mengakibatkan remaja mendapatkan informasi yang tidak benar atau bahkan menyesatkan. Apalagi dalam era globalisasi sekarang ini, arus informasi mengalir dengan deras tanpa terkendali oleh dimensi ruang dan waktu. Akibatnya, remaja lebih mudah mengakses berbagai informasi baik yang positif maupun negatif secara sengaja atau tidak, memperoleh informasi yang kadangkala tidak mendidik. Bahkan dapat menjerumuskannya pada hal salah gaul yang memungkinkan terlibat pergaulan bebas yang berpotensi besar mendorong remaja melakukan perbuatan menyimpang yang berdalih coba-coba atau sekedar mengikuti pergaulan kelompok sebaya. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh teknologi informatika yang memungkinkan terjadinya interaksi antar manusia di seluruh dunia tanpa batas. Dari manapun datangnya interaksi antar manusia dewasa ini dan berkembangnya alat komunikasi seperti mas media, televisi, telepon, dan alat informasi lainnya, telah mendorong terjadinya pergeseran dan perubahan sosial ( Gusti Kanjeng Ratu Hemas, 1992 : 10 ).
Perilaku yang seharusnya dimiliki remaja adalah perilaku positif yang akan dapat menuntunnya menguasai informasi dan komunikasi. Bukannya, informasi dan komunikasi yang menguasai perilaku remaja, karena jika remaja dikuasai informasi dan komunikasi maka peluang untuk melakukan perilaku menyimpang semakin besar.
Buktinya sekarang telah bermunculan berbagai permasalahan seperti seks bebas, membolos dari sekolah, menggunakan obat terlarang, berkelahi, keterbelakangan moral, dan lain-lain. Oleh sebab itu di masa puber remaja sangat memerlukan bimbingan dan pendamping untuk mencegah atau memperkecil timbulnya peluang memperoleh informasi yang salah, mengakses informasi dari sumber yang tidak bertanggung jawab, maupun mengikuti pergaulan yang tidak sehat.
Berdasarkan pada uraian di atas maka penulis merasa tertarik dan perlu untuk menuangkan dalam bentuk karya ilmiah mengenai Studi Penggunaan Teknologi Komunikasi Terhadap Perilaku Remaja Sebagai Aset Bangsa. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, minimal dapat menjadi salah satu literature yang dapat dibaca oleh sahabat-sahabat remaja serta handai taulan bahkan masyarakat luas sekalipun.
Maka,
sebagai kesimpulan khusus berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dar
analisis data ialah :
1.
Lingkungan pergaulan dapat mengubah kepribadian para remaja.
2. Remaja
dengan lingkungan pergaulan yang baik lebih baik kepribadiannya daripada
anak dengan lingkungan pergaulan yang jelek.
3. Peran
orang tua, teman, guru, dan masyarakat sangatlah dibutuhkan bagi remaja dalam
bentuk contoh dan nasihat untuk menghadapi masalah pergaulan remaja.
4.
Timbulnya rasa peduli terhadap lingkungan dan pergaulan remaja, setelah
melakukan perbuatan yang baik dan berguna.
B. Saran
Disarankan
kepada para pembaca remaja, agar tidak mudah terjebak dan terpengaruh terhadap
pergaulan remaja zaman sekarang, dengan cara membekali diri dengan agama yang
kuat dan wawasan yang luas, disertai dengan berbagai kegiatan yang berguna bagi
diri sendiri dan bagi orang lain.
Sedangkan
kepada pembaca selain remaja, saya ingin mengusulkan untuk selalu memberi
contoh dan nasihat kepada para remaja, dan melaksanakan program-program latihan
dan kegiatan untuk remaja, seperti karang taruna dan bakti sosial, agar
menumbuhkan rasa saling menyayangi antar sesama umat manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs.
Antonius, 2004. Petunjuk Praktis Menyusun Karya Tulis Ilmiah.
Selasa, 04 November 2008
Kenakalan Remaja
Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus kenakalan para remaja.
Tidak hanya ada di Indonesia,
tetapi masih banyak kasus di negara lain. Kelakuan para remaja akhir-akhir ini
menjurus ke hal negatif, seperti ikut merokok, minum-minuman keras, judi,
pembolosan, aksi geng dan preman, sampai-sampai ke hal narkotika.
Hal itu semua jelas merugikan orang lain. Bahkan keluarga dan teman dapat terkena imbasnya. Selain itu juga akan merugikan dirinya sendiri, seperti mengganggu pikiran, kesehatan, dan hati. Hal-hal ini harus kita hindari sebagai seorang remaja.
Walaupun dimana-mana dilakukan sosialisasi dan hukuman-hukuman untuk menegakkan kebenaran dan memberi efek jera kepada yang melakukannya, tetapi itu semua tidak berguna kalau kita tidak mau dan enggan untuk menjauhi perbuatan-perbuatan tersebut.
Mulai sekarang, kita semua harus mendukung gerakan-gerakan anti narkoba, menjauhi semua tindakan yang berbau kenakalan para remaja pada masa sekarang. Kita juga harus mengubah perilaku yang menyimpang dengan kegiatan yang berfaedah dan bermanfaat, seperti mewakili sekolah dalam perlombaan dalam bidang pelajaran, membantu orang tua, dan lain sebagainya. Kita pasti yakin dan mampu untuk merubah gambaran para remaja saat ini.
Hal itu semua jelas merugikan orang lain. Bahkan keluarga dan teman dapat terkena imbasnya. Selain itu juga akan merugikan dirinya sendiri, seperti mengganggu pikiran, kesehatan, dan hati. Hal-hal ini harus kita hindari sebagai seorang remaja.
Walaupun dimana-mana dilakukan sosialisasi dan hukuman-hukuman untuk menegakkan kebenaran dan memberi efek jera kepada yang melakukannya, tetapi itu semua tidak berguna kalau kita tidak mau dan enggan untuk menjauhi perbuatan-perbuatan tersebut.
Mulai sekarang, kita semua harus mendukung gerakan-gerakan anti narkoba, menjauhi semua tindakan yang berbau kenakalan para remaja pada masa sekarang. Kita juga harus mengubah perilaku yang menyimpang dengan kegiatan yang berfaedah dan bermanfaat, seperti mewakili sekolah dalam perlombaan dalam bidang pelajaran, membantu orang tua, dan lain sebagainya. Kita pasti yakin dan mampu untuk merubah gambaran para remaja saat ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ternyata berdampak pada perkembangan remaja saat ini.Tidak hanya dampak positif,tetapi juga terdapat dampak negatif, di antaranya seks bebas, merokok, menonton film porno, main judi dan memakai narkoba. Berangkat dari masalah tersebut penulis berkeinginan untuk meneliti para remaja di lingkungan Perumahan Bojong Depok Baru 2 apakah mereka juga sudah terkena dampak-dampak negatif tersebut.
Oleh karena itu, penulis memilih tema Perilaku Menyimpang Remaja sebagai penelitian karya ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Tindakan-tindakan apa saja yang dianggap menyimpangan oleh anak remaja?
2. Apa sajakah faktor penyebab para anak remaja melakukan perilaku menyimpangan?
3. Bagaimanakah mencegah dan mengatasi perilaku menyimpangan anak remaja?
C. Tujuan Penulisan
1. Ingin mengetahui tindakan-tindakan menyimpangan yang dilakukan anak remaja.
2. Ingin mengetahui penyebab para remaja melakukan perilaku menyimpangan.
3. Ingin mengetahui cara mencegah perilaku menyimpangan anak remaja.
1
2
D. HIPOTESIS
Penulis berpendapat para remaja sekarang banyak sekali yang melakukan penyimpangan yang dimulai dari merokok,narkoba,seks bebas,menonton film porno dan main judi.Kebanyakan para remaja melakukan perilaku menyimpang karena mengikuti ajakan teman atau untuk mengikuti perkembangan zaman,kerena takut di bilang tidak gaul.
Cara mencegah perilaku menyimpang pada remaja adalah adanya perhatian dari orang tua, menjauhi dari lingkungan yang banyak melakukan hal negatifnya,di berikan penyuluhan sejak dini, dan bisa menjaga diri sendiri agar tidak melekukan perilaku menyimpang.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Hipotesis
D. Sistematika
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perkembangan
B. Perilaku Penyimpangan Remaja
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Pemilihan Subjek Penelitian
3
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN TEORI
Perilaku menyimpang
Masa remaja adalah masa-masa yang paling indah. Pencarian jati diri seseorang terjadi pada masa remaja. namun, di masa remaja seseorang dapat terjerumus ke dalam kehidupan yang dapat merusak masa depan mereka. Memakai narkoba, seks bebas, alkohol, dan kekerasan merupakan kenakalan yang sering dilakukan oleh anak remaja. narkoba adalah bentuk kenakalan yang sangat berbahaya bagi remaja. Ketergantungan pada narkoba bisa membawa anak pada tindakan kriminal. Untuk bisa memperolehnya, tak tanggung-tanggung mereka melakukan tindakan pencurian, penodongan, perampasan dan lain sebagainya. selain dengan narkoba, remaja juga dekat dengan seks bebas. Seks bebas dapat menyebabkan berbagai penyakit pada remaja, diantaranya adalah penyakit kelamin dan HIV Aids. Seks bebas juga dapat menyebabkan kehamilan yang dapat merusak masa depan mereka.
Alkohol juga sangat dekat dengan remaja. Biasanya mereka minum-minuman keras untuk melupakan masalah yang terjadi pada diri mereka dan supaya mereka disegani oleh teman sebayanya. Tindakan tersebut dapat memicu adanya tindakan kriminal yang dilakukan di luar kesadaran. selain dengan alkohol, remaja juga dekat dengan tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan itu dapat berupa tawuran antar pelajar. Tawuran antar remaja tersebut biasanya terjadi karena kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat.
Untuk menghindarkan kebiasaan negatif pada diri remaja perlu dilakukan penyuluhan. Penyuluhan dapat dijadikan sebagai tempat pemberitahuan bahaya dan akibat dari
Sebagai contoh, seseorang yang tak mampu mengontrol rasa marah atau tidak mampu mengatasi situasi stres yang dihadapinya (seperti diputus pacar, tak lulus sekolah) bisa bersikap lepas kontrol pada orang lain tanpa terkendali. Tapi, perilaku menyimpang ini bisa diatasi. Setiap orang bisa belajar untuk menghentikannya. Karena perilaku menyimpang itu memberikan pengaruh. Remaja yang mendapatkan perilaku menyimpang sering sekali mendapatkan masalah tidur, makanan, dan konsentrasi. Remaja ini tidak mampu belajar dengan baik di sekolah, karena mereka marah dan ketakutan. Mereka tidak bisa konsentrasi dan tidak peduli.
3
4
C. SEBAB-SEBAB “ABG” BERMASALAH
Sebelum mambahas masalah-masalah yang menjadi penyebab terjadinya anak remaja bermasalah, akan lebih baik kalau kita bahas terlebih dahulu tentang pengertian anak remaja bermasalah. Pengertian anak remaja bermasalah dalam makalah ini ada dua muatan yaitu :
1. Anak remaja bermasalah berarti anak remaja yang sedang memiliki/menghadapi masalah dalam dirinya. Contohnya adalah remaja menghadapi masalah pacar, hambatan gagal dalam studi, tidak diterima lagi oleh kelompoknya, konflik dengan orang tua dan sebagainya.
2. Anak remaja bermasalah berarti anak remaja yang menimbulkan masalah terhadap orang/pihak lain. Pengertian kedua ini pada dasarnya searti dengan anak remaja yang berperilaku menyimpang atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja, seperti tawuran, penyalahgunaan NARKOBA, minum-minuman keras, melakukan tindakan yang mengganggu lingkungan dan sebagainya. Kalau ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh kembangnya, anak remaja tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus telah terjadi sesuatu yang salah dalam pembentukan jati dirinya. Beberapa faktor yang menyebabkan anak remaja bermasalah antara lain :
3. Perlakuan pengasuhan dan cara mendidik anak yang kurang tepat.
Seorang anak yang kecewa pada kedua orang tuanya berkata dalam suatu konsultasi “Mereka seringkali mengatakan betapa buruknya saya dan betapa bodohnya gagasan-gagasan saya, dan betapa saya tidak dapat dipercaya dan bahwa saya banyak melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai. Bila mereka menganggap saya buruk dan bodoh, lebih baik saya terus melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai”.
a. Sangat melindungi dan memanjakan anak (over proteksi atau sebaliknya).
b. Hanya memberikan kepuasan lahiriah / materi saja dalam usaha mempengaruhi dan mendidik anak-anak dan kurang memberi kepuasan dan kehangatan batiniah.
c. Sangat menguasai anak secara autokratis dan memperlakukan anak dengan keras.
d. Memperlihatkan kekhawatiran tentang masa depan secara demonstratif dihadapan anak-anak.1)
1) http://nikilauda2810.wordpress.com/
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ternyata berdampak pada perkembangan remaja saat ini.Tidak hanya dampak positif,tetapi juga terdapat dampak negatif, di antaranya seks bebas, merokok, menonton film porno, main judi dan memakai narkoba. Berangkat dari masalah tersebut penulis berkeinginan untuk meneliti para remaja di lingkungan Perumahan Bojong Depok Baru 2 apakah mereka juga sudah terkena dampak-dampak negatif tersebut.
Oleh karena itu, penulis memilih tema Perilaku Menyimpang Remaja sebagai penelitian karya ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Tindakan-tindakan apa saja yang dianggap menyimpangan oleh anak remaja?
2. Apa sajakah faktor penyebab para anak remaja melakukan perilaku menyimpangan?
3. Bagaimanakah mencegah dan mengatasi perilaku menyimpangan anak remaja?
C. Tujuan Penulisan
1. Ingin mengetahui tindakan-tindakan menyimpangan yang dilakukan anak remaja.
2. Ingin mengetahui penyebab para remaja melakukan perilaku menyimpangan.
3. Ingin mengetahui cara mencegah perilaku menyimpangan anak remaja.
1
2
D. HIPOTESIS
Penulis berpendapat para remaja sekarang banyak sekali yang melakukan penyimpangan yang dimulai dari merokok,narkoba,seks bebas,menonton film porno dan main judi.Kebanyakan para remaja melakukan perilaku menyimpang karena mengikuti ajakan teman atau untuk mengikuti perkembangan zaman,kerena takut di bilang tidak gaul.
Cara mencegah perilaku menyimpang pada remaja adalah adanya perhatian dari orang tua, menjauhi dari lingkungan yang banyak melakukan hal negatifnya,di berikan penyuluhan sejak dini, dan bisa menjaga diri sendiri agar tidak melekukan perilaku menyimpang.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Hipotesis
D. Sistematika
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perkembangan
B. Perilaku Penyimpangan Remaja
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Pemilihan Subjek Penelitian
3
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN TEORI
Perilaku menyimpang
Masa remaja adalah masa-masa yang paling indah. Pencarian jati diri seseorang terjadi pada masa remaja. namun, di masa remaja seseorang dapat terjerumus ke dalam kehidupan yang dapat merusak masa depan mereka. Memakai narkoba, seks bebas, alkohol, dan kekerasan merupakan kenakalan yang sering dilakukan oleh anak remaja. narkoba adalah bentuk kenakalan yang sangat berbahaya bagi remaja. Ketergantungan pada narkoba bisa membawa anak pada tindakan kriminal. Untuk bisa memperolehnya, tak tanggung-tanggung mereka melakukan tindakan pencurian, penodongan, perampasan dan lain sebagainya. selain dengan narkoba, remaja juga dekat dengan seks bebas. Seks bebas dapat menyebabkan berbagai penyakit pada remaja, diantaranya adalah penyakit kelamin dan HIV Aids. Seks bebas juga dapat menyebabkan kehamilan yang dapat merusak masa depan mereka.
Alkohol juga sangat dekat dengan remaja. Biasanya mereka minum-minuman keras untuk melupakan masalah yang terjadi pada diri mereka dan supaya mereka disegani oleh teman sebayanya. Tindakan tersebut dapat memicu adanya tindakan kriminal yang dilakukan di luar kesadaran. selain dengan alkohol, remaja juga dekat dengan tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan itu dapat berupa tawuran antar pelajar. Tawuran antar remaja tersebut biasanya terjadi karena kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat.
Untuk menghindarkan kebiasaan negatif pada diri remaja perlu dilakukan penyuluhan. Penyuluhan dapat dijadikan sebagai tempat pemberitahuan bahaya dan akibat dari
Sebagai contoh, seseorang yang tak mampu mengontrol rasa marah atau tidak mampu mengatasi situasi stres yang dihadapinya (seperti diputus pacar, tak lulus sekolah) bisa bersikap lepas kontrol pada orang lain tanpa terkendali. Tapi, perilaku menyimpang ini bisa diatasi. Setiap orang bisa belajar untuk menghentikannya. Karena perilaku menyimpang itu memberikan pengaruh. Remaja yang mendapatkan perilaku menyimpang sering sekali mendapatkan masalah tidur, makanan, dan konsentrasi. Remaja ini tidak mampu belajar dengan baik di sekolah, karena mereka marah dan ketakutan. Mereka tidak bisa konsentrasi dan tidak peduli.
3
4
C. SEBAB-SEBAB “ABG” BERMASALAH
Sebelum mambahas masalah-masalah yang menjadi penyebab terjadinya anak remaja bermasalah, akan lebih baik kalau kita bahas terlebih dahulu tentang pengertian anak remaja bermasalah. Pengertian anak remaja bermasalah dalam makalah ini ada dua muatan yaitu :
1. Anak remaja bermasalah berarti anak remaja yang sedang memiliki/menghadapi masalah dalam dirinya. Contohnya adalah remaja menghadapi masalah pacar, hambatan gagal dalam studi, tidak diterima lagi oleh kelompoknya, konflik dengan orang tua dan sebagainya.
2. Anak remaja bermasalah berarti anak remaja yang menimbulkan masalah terhadap orang/pihak lain. Pengertian kedua ini pada dasarnya searti dengan anak remaja yang berperilaku menyimpang atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja, seperti tawuran, penyalahgunaan NARKOBA, minum-minuman keras, melakukan tindakan yang mengganggu lingkungan dan sebagainya. Kalau ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh kembangnya, anak remaja tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus telah terjadi sesuatu yang salah dalam pembentukan jati dirinya. Beberapa faktor yang menyebabkan anak remaja bermasalah antara lain :
3. Perlakuan pengasuhan dan cara mendidik anak yang kurang tepat.
Seorang anak yang kecewa pada kedua orang tuanya berkata dalam suatu konsultasi “Mereka seringkali mengatakan betapa buruknya saya dan betapa bodohnya gagasan-gagasan saya, dan betapa saya tidak dapat dipercaya dan bahwa saya banyak melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai. Bila mereka menganggap saya buruk dan bodoh, lebih baik saya terus melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai”.
a. Sangat melindungi dan memanjakan anak (over proteksi atau sebaliknya).
b. Hanya memberikan kepuasan lahiriah / materi saja dalam usaha mempengaruhi dan mendidik anak-anak dan kurang memberi kepuasan dan kehangatan batiniah.
c. Sangat menguasai anak secara autokratis dan memperlakukan anak dengan keras.
d. Memperlihatkan kekhawatiran tentang masa depan secara demonstratif dihadapan anak-anak.1)
1) http://nikilauda2810.wordpress.com/
KENAKALAN
REMAJA SEBAGAI PERILAKU MENYIMPANG HUBUNGANNYA DENGAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL
KELUARGA
Kasus Di
Pondok Pinang Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta
Masngudin
HMS
Abstrak
Masalah sosial yang dikategorikan
dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui
tentang latar belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual,
individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk
pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai
sumber masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan remaja dengan
keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial
sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka
akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya
semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah
merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku
menyimpang.
I. PENDAHULUAN
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat
dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku
menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari
berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku.
Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat
membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang
secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak
melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu
membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja,
diantaranya karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan
perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak
mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut,
adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang
dilakukan melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto,1988,26), mengatakan
bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang
mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada
dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi
tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang
berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri
dari dorongan-dorongan untuk
menyimpang.
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang
“Kenakalan Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem.
Dalam pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan
pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial
apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang
perilaku disorder di kalangan anak dan remaja (Kauffman , 1989 : 6)
mengemukakan bahwa perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan
dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana
sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat
sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan
lingkungan sosialnya. Ketidak berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam
berinteraksi dari transaksi sosial tersebut dapat termanifestasikan dalam
beberapa hal.
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari
melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial
tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat
mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap. Salah satu
variasi dari teori yang menjelaskan kriminalitas di daerah perkotaan, bahwa
beberapa tempat di kota mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan kriminal
oleh karena lokasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu, misalnya (Eitzen,
1986 : 400), mengatakan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam masyarakat kota
pada umumnya berada pada bagian wilayah kota yang miskin, dampak kondisi
perumahan di bawah standar, overcrowding, derajat kesehatan rendah dari
kondisi serta komposisi penduduk yang tidak stabil. Penelitian inipun dilakukan
di daerah pinggiran kota
yaitu di Pondok Pinang Jakarta Selatan tampak ciri-ciri seperti disebutkan
Eitzen diatas. Sutherland dalam (Eitzen,1986) beranggapan bahwa seorang belajar
untuk menjadi kriminal melalui interaksi. Apabila lingkungan interaksi
cenderung devian, maka seseorang akan mempunyai kemungkinan besar untuk belajar
tentang teknik dan nilai-nilai devian yang pada gilirannya akan memungkinkan
untuk menumbuhkan tindakan kriminal.
Mengenai pendekatan sistem, yaitu perilaku individu
sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam
pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Dikatakan oleh (Eitzen,
1986:10) bahwa seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh karena hidup dalam
lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya
pada masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai
sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial
menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan
perilaku. Di dalam masyarakat yang disorganisasi sosial, seringkali yang
terjadi bukan sekedar ketidak pastian dan surutnya kekuatan mengikat norma
sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidak memperoleh
sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar.
II. TUJUAN
PENELITIAN
1. Mengidentifkasi dan memberikan gambaran bentuk-bentuk
kenakalan yang dilakukan remaja di pinggiran kota
metropolitan Jakarta,
yaitu di kelurahan
Pondok Pinang.
2. Untuk mengetahui hubungaanan aaantara
kenakalan remaja dengan keberfungsian sosial keluarga
3.
Penelitian ini ingin memberikan sumbangan bagi pemecahan masalah
kenakalan remaja dengan memanfaatkan keluarga sebagai basis dalam
pemecahan masalah.
III. METODE
PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ingin
mempelajari masalah-masalah dalam suatu masyarakat, juga hubungan antar
fenomena, dan membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang ada.
Cara pemilihan sampel yang dilakukan pertama memilih
wilayah yang mempunyai kategori miskin, dengan cara melihat kondisi mereka yang
perumahannya di bawah standar, dengan kondisi penduduk yang sangat padat,
lingkungan yang tidak teratur dan perkiraan tingkat kesehatan masyarakatnya
yang buruk. Setelah itu konsultasi dengan ketua RW dan ketua-ketua RT untuk
mencari informasi tentang warganya yang dianggap telah melakukan kenakalan,
dengan perspektif labeling. Dari informasi tersebut data pada tiga RT.
Berdasarkan data tersebut kita jadikan populasi dengan jumlah 40 remaja dan
keluarga yang akan dijadikan unit dalam analisis. Dari jumlah tersebut dibuat
listing dan tiap RT diambil 10 sampel (remaja dan keluarga) sehingga mendapat
30 responden. Pengambilan sample ini dengan cara random.Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara dipandu dengan daftar pertanyaan.
Responden remaja dalam penelitian ini ditentukan bagi
mereka yang berusia 13 tahun-21 tahun. Mengingat pengertian anak dalam
Undang-undang no 4 tahun 1979 anak adalah mereka yang berumur sampai 21 tahun.
Dengan pertimbangan pada usia tersebut, terdapat berbagai masalah dan krisis
diantaranya; krisis identitas, kecanduan narkotik, kenakalan, tidak dapat
menyesuaikan diri di sekolah, konflik mental dan terlibat kejahatan (lihat
transaksi individu-individu dan keluarga-keluarga dengan sistem kesejahteraan
sosial).
IV. KERANGKA
KONSEP
- Konsep Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk
perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu
disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental
disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku
mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.
Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan
remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti
sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
masyarakat.
Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi
hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan
norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta
tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan
sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan
melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S
(1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa,
seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah
tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3)
kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah,
pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam
penelitian.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku
menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono
Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas
tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules
of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal
karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku
dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam
masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat
pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang
dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja
meninggalkan keresahan pada masyarakat.
- Keberfungsian sosial
Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang
dipakai oleh individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku
agar dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi
kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap
penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus
dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam
masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu
melaksanakan tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi
dalam situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam
mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.
Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian
pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan
anggotannya, dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan
berfungsi social secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya
jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya
terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.
V. HASIL
PENELITAN
A. Bentuk Kenakalan Yang Dilakukan Responden
Berdasarkan data di lapangan dapat disajikan hasil
penelitian tentang kenakalan remaja sebagai salah satu perilaku menyimpang
hubungannya dengan keberfungsian sosial keluarga di Pondok Pinang pinggiran kota metropolitan Jakarta.
Adapun ukuran yang digunakan untuk mengetahui kenakalan seperti yang disebutkan
dalam kerangka konsep yaitu (1) kenakalan biasa (2) Kenakalan yang
menjurus pada pelanggaran dan kejahatan dan (3) Kenakalan Khusus. Responden
dalam penelitian ini berjumlah 30 responden, dengan jenis kelamin laki-laki 27
responden, dan perempuan 3 responden. Mereka berumur antara 13 tahun-21 tahun.
Terbanyak mereka yang berumur antara 18 tahun-21 tahun.
Bentuk
Kenakalan Remaja Yang Dilakukan Responden (n=30)
Bentuk
Kenakalan
|
f
|
%
|
1. Berbohong
2. Pergi
keluar rumah tanpa pamit
3. Keluyuran
4. Begadang
5. membolos
sekolah
6. Berkelahi
dengan teman
7. Berkelahi
antar sekolah
8. Buang
sampah sembarangan
9. membaca
buku porno
10. melihat gambar
porno
11. menontin film
porno
12. Mengendarai
kendaraan bermotor tanpa SIM
13. Kebut-kebutan/mengebut
14. Minum-minuman
keras
15. Kumpul kebo
16. Hubungan sex
diluar nikah
17. Mencuri
18. Mencopet
19. Menodong
20. Menggugurkan
Kandungan
21. Memperkosa
22. Berjudi
23. Menyalahgunakan
narkotika
24. Membunuh
|
30
30
28
26
7
17
2
10
5
7
5
21
19
25
5
12
14
8
3
2
1
10
22
1
|
100
100
93,3
98,7
23,3
56,7
6,7
33,3
16,7
23,3
16,7
70,0
63,3
83,3
16,7
40,0
46,7
26,7
10,0
6,7
3,3
33,3
73,3
3,3
|
Bahwa seluruh responden pernah melakukan kenakalan,
terutama pada tingkat kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah
tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang
sampah sembarangan dan jenis kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan
yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan
tanpa SIM, kebut-kebutan, mencuri,minum-minuman keras, juga cukup banyak
dilakukan oleh responden. Bahkan pada kenakalan khususpun banyak dilakukan oleh
responden seperti hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan narkotika, kasus
pembunuhan, pemerkosaan, serta menggugurkan kandungan walaupun kecil
persentasenya. Terdapat cukup banyak dari mereka yangkumpul kebo. Keadaan yang
demikian cukup memprihatinkan. Kalau hal ini tidak segera ditanggulangi akan
membahayakan baik bagi pelaku, keluarga, maupun masyarakat. Karena dapat
menimbulkan masalah sosial di kemudian hari yang semakin kompleks.
B.
Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen
- Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan
Salah
satu hubungan variabel yang disajikan disini adalah hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kenakalan. Hal ini untuk mengetahui apakah anak
laki-laki lebih nakal dari anak perempuan atau probalitasnya sama. Berdasarkan
tabel hubungan diperoleh data sebagai berikut; Anak laki-laki yang melakukan
kenakalan biasa 3 responden (10%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan 2 responden, dan kenakalan khusus 22 responden
(73,3%). Sedangkan anak perempuan yang melakukan kenakalan biasa 2 responden
(2,7%) dan kenakalan khusus 1 responden (3,3%). Kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar yang melakukan kenakalan khusus
adalah anak laki-laki (73,3%), namun terdapat juga anak perempuannya. Kalau
dibandingkan diantara 27 responden anak laki-laki 22 responden (81,5%)
diantaranya melakukan kenakalan khusus, sedangkan dari 3 responden perempuan 1
responden (33,3%) yang melakukan kenakalan khusus, berarti probababilitas
anak laki-laki lebih besar kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus.
Demikian juga yang melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan, anak perempuan tidak ada yang melakukannya. Dengan demikian
maka anak laki-laki kecenderungannya akan melakukan kenakalan yang menjurus
pada pelanggaran dan kejahatan lebih dibandingkan dengan anak perempuan.
- Hubungan antara pekerjaan responden dengan tingkat kenakalan yang dilakukan
Berdasarkan
data yang ada, pekerjaan responden adalah sebagai pelajar dan tidak
bekerja (menganggur) masing-masing 13 responden (43,3%), sebagai buruh dan
berdagang masing-masing 2 responden (6,7%). Dari tabel korelasi
persebaran datanya sebagai berikut; Pelajar yang melakukan kenakalan biasa 5
responden (16,7%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2
responden (6,7%), dan kenakalan khusus 6 responden (20%) . Sedangkan
mereka yang tidak bekerja (menganggur) semuanya 13 responden melakukan
kenakalan khusus, juga mereka yang bekerja sebagai pedagang dan buruh semuanya
melakukan kenakalan khusus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan untuk melakukan kenakalan khusus ataupun jenis kenakalan lainnya
adalah mereka yang tidak sibuk, atau banyak waktu luang yang tidak dimanfaatkan
untuk kegiatan positif.
2.
Hubungan antara tingkat
pendidikan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan
Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin
rendah melakukan kenakalan. Sebab dengan pendidikan yang semakin tinggi,
nalarnya semakin baik. Artinya mereka tahu aturan-aturan ataupun norma sosial
mana yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Atau mereka tahu rambu-rambu mana
yang harus dihindari dan mana yang harus dikerjakan. Tetapi dalam kenyataannya
tidak demikian. Mereka yang tamat SLTA justru yang paling banyak melakukan
tindak kenakalan 17 responden (56,7%) yang berarti separoh lebih, dengan
terbanyak 12 responden (40%) melakukan kenakalan khusus, 2 responden (6,7%)
melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, dan 4
responden (13,3%) melakukan kenakalan biasa. Demikian juga mereka yang pendidikan
terakhirnya SLTP, dari 12 responden, 11 responden (36,7%) melakukan kenakalan
khusus. Sedang mereka yang hanya tamat SD 1 responden juga melakukan kenakalan
khusus. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara tingkatan pendidikan
dengan kenakalan yang dilakukan, artinya semakin tinggi pendidikannya
tidak bisa dijamin untuk tidak melakukan kenakalan. Artinya di lokasi
penelitian kenakalan remaja yang dilakukan bukan karena rendahnya tingkat
pendidikan mereka, karena disemua tingkat pendidikan dari SD sampai dengan
SLTA proporsi untuk melakukan kenakalan sama kesempatannya. Dengan
demikian faktor yang kuat adalah seperti yang disebutkan di atas, yaitu adanya
waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif, dan adanya pengaruh
buruk dalam sosialisasi dengan teman bermainnya atau faktor lingkungan sosial
yang besar pengaruhnya.
C.
Hubungan Antara Kenakalan Remaja Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga
Dalam kerangka konsep telah diuraikan tentang
keberfungsian sosial keluarga, diantaranya adalah kemampuan
berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi keluarga yaitu jika
berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya serta
mampu memenuhi kebutuhannya.
1.
Hubungan antara pekerjaan
orang tuanya dengan tingkat kenakalan
Untuk mengetahui apakah kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan
orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan
orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi kebutuhan
keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keberfungsian sosial, salah
satunya adalah mampu memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan data yang ada mereka
yang pekerjaan oangtuanya sebagai pegawai negeri 5 responden (16,7%), berdagang
4 responden (13,3%), buruh 5 responden (16,6%), tukang kayu 2 responden (6,7%),
montir/sopir 6 responden (20%), wiraswasta 5 responden (16,6%), dan pensiunan 1
responden (3,3%).
7
Dari tabel korelasi diketahui bahwa kecenderungan anak
pegawai negeri walaupun melakukan kenakalan, namun pada tingkat kenakalan
biasa. Lain halnya bagi mereka yang orang tuanya mempunyai pekerjaan dagang,
buruh, montir/sopir, dan wiraswasta yang kecendrungannya melakukan kenakalan
khusus. Hal ini berarti pekerjaan orang tua berhubungan dengan tingkat
kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Keadan yang demikian karena mungkin
bagi pegawai negeri lebih memperhatikan anaknya untuk mencapai masa depan yang
lebih baik, ataupun kedisiplinan yang diterapkan serta nilai-nilai yang
disosisalisasikan lebih efektif. Sedang bagi mereka yang bukan pegawai
negeri hanya sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,
sehingga kurang ada perhatian pada sosialisasai penanaman nilai dan norma-norma
sosial kepada anak-anaknya. Akibat dari semua itu maka anak-anaknya lebih
tersosisalisasi oleh kelompoknya yang kurang mengarahkan pada kehidupan yang
normative.
2.
Hubungan antara keutuhan
keluarga dengan tingkat kenakalan
Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan remaja.
Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga yang
tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga
.
Dilihat dari keutuhan struktur keluarga, 21 responden
(70%) dari keluarga utuh, dan 9 responden dari keluarga tidak utuh. Berdasarkan
data pada tabel korelasi ternyata struktur keluarga ketidak utuhan struktur
keluarga bukan jaminan bagi anaknya untuk melakukan kenakalan, terutama
kenakalan khusus. Karena ternyata mereka yang berasal dari keluarga utuh justru
lebih banyak yang melakukan kenakalan khusus.
Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi,
terlihat jelas bahwa mereka yang melakukan kenakalan khusus berasal dari
keluarga yang interaksinya kurang dan tidak serasi sebesar 76,6%. Perlu
diketahui bahwa keluarga yang interaksinya serasi berjumlah 3 responden (10%),
sedangkan yang interaksinya kurang serasi 14 responden (46,7%), dan yang tidak
serasi 13 responden (43,3%). Jadi ketidak berfungsian keluarga untuk
menciptakan keserasian dalaam interaksi mempunyai kecenderungan anak remajanya
melakukan kenakalan. Artinya semakin tidak serasi hubungan atau interaksi dalam
keluarga tersebut tingkat kenakalan yang dilakukan semakin berat, yaitu pada
kenakalan khusus.
3.
Hubungan antara kehidupan
beragama keluarganya dengan tingkat kenakalan
Kehidupan beragama kelurga juga dijadikan salah satu
ukuran untuk melihat keberfungsian sosial keluarga. Sebab dalam konsep
keberfungsian juga dilihat dari segi rokhani. Sebab keluarga yang menjalankan
kewajiban agama secara baik, berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan
norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan
kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal
yang baik sesuai dengan norma agama. Berdasarkan data yang ada mereka yang
keluarganya taat beragama 6 responden (20%), kurang taat beragama 15 responden
(50%), dan tidak taat beragama 9 responden (30%). Dari tabel korelasi diketahui
70% dari responden yang keluarganya kurang dan tidak taat beragama melakukan
kenakalan khusus.
Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi keluarga sangat
berhubungan dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti
bahwa bagi keluarga yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan
anaknya melakukan kenakalan, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan maupun kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.
4.
Hubungan antara sikap
orang tua dalam pendidikan anaknya dengan tingkat kenakalan
Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas adalah
sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter
sebanyak 5 responden (16,6%), overprotection 3 responden (10%), kurang
memperhatikan 12 responden (40%), dan tidak memperhatikan sama sekali 10
responden (33,4%). Dari tabel korelasi diperoleh data seluruh responden yang
orang tuanya tidak memperhatikan sama sekali melakukan kenakalan khusus dan
yang kurang memperhatikan 11 dari 12 responden melakukan kenakalan
khusus. Dari kenyataan tersebut ternyata peranan keluarga dalam
pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak.
5.
Hubungan antara interaksi
keluarga dengan lingkungannya dengan tingkat kenakalan
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh
karena itu mau tidak mau harus berhubungan dengan lengkungan sosialnya. Adapun
yang diharapkan dari hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan
menciptakan kenyamanan dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, hal
itu meruapakan proses sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya. Mereka yang
berhubungan serasi dengan lingkungan sosialnya berjumlah 8 responden (26,6%),
kurang serasi 12 responden (40%), dan tidak serasi 10 responden (33,4%). Dari
data yang ada terlihat bagi keluarga yang kurang dan tidak serasi hubungannya
dengan tetangga atau lingkungan sosialnya mempunyai kecenderungan anaknya
melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat yaitu kenakalan khusus.
Keadaan tersebut dapat dilihat dari 23 responden yang melakukan kenakalan
khusus 19 responden dari dari keluarga yang interaksinya dengan
tetangga kurang atau tidak serasi.
6. Pernah tidaknya responden ditahan dan
dihukum hubungannya dengan keutuhan struktur dan interaksi keluarga,
serta ketaatan keluarga dalam menjalankan kewajiban beragama
Data tentang responden yang pernah ditahan berjumlah 15
responden, dari jumlah tersebut 3 responden (20%) karena kasus perkelaian,
masing-masing 1 responden (6,7%) karena kasus penegeroyokan dan pembunuhan, 5
responden (33,3%) karena kasus obat terlarang (narkotika) dan 8 responden
(53,3%) karena kasus pencurian.
Sedangkan responden yang pernah dihukum penjara berjumlah 10
responden dengan rincian 7 responden karena kasus pencurian, masing-masing 1
responden karena ksus pengeroyokan, pembunuhan, dan narkotika. Adapun lamanya
mereka dihukum antara 1 bulan-3 tahun, dengan rincian sebagai berikut 4
responden (40%) dihukum penjara selama 1 bulan, 3 responden (30%) dihukum 3
bulan, masing-masing 1 responden (10%) dihukum 7 bulan, 2 tahun, dan 3 tahun .
Dari responden yang pernah ditahan dan di hukum semuanya dari keluarga yang
struktur keluarganya utuh, tetapi interaksinya kurang dan tidak serasi. Hal ini
menunjukkan bahwa masalah interaksi dalam keluarga merupakan sebab utama
seorang remaja sampai ditahan dan dihukum penjara. Sedangkan dari sudut
ketaatan dalam menjalankan kewajiban agam bagi keluarganya masih terdapat 1
responden yang pernah ditahan dan dihukum karena kasus pencurian. Artinya bahwa
ketaatan beragama dari keluarganya belum menjamin anaknya bebas dari kenakalan
dan ditahan serta dihukum.
D.
Analisis Hubungan Antara Keberfungsian Sosial Keluarga dengan Kenakalan
Remaja
Setelah dianalisis secara bivariat
antara beberapa variabel, maka untuk melengkapinya dianalisis secara statistik
dengan rumus product moment guna melihat keeratan hubungan tersebut.
Berdasarkan tabel distribusi koefisiensi korelasi product moment diperoleh data
sebagai berikut; nilai x = 510 y = 322 x2 = 9.010
y2 = 3.752 xy = 5.283 hasil
perhitungan yang diperoleh = - 0,6022. Sedang nilai r yang diperoleh dalam
tabel dengan taraf significansi 5%, dengan sampel 30 adalah 0,361
Berdasarkan data tersebut karena nilai r yang diperoleh dari hasil penelitian
jauh dari batas significansi nilai r yang diperolehnya berarti ada
hubungan negative antara keberfungsian keluarga dengan kenakalan remaja yang
dilakukan. Artinya semakin tinggi tingkat berfungsi sosial keluarga, akan
semakin rendah tingkat kenakalan remajanya, demikian sebaliknya semakin rendah
keberfungsian sosial keluarga maka akan semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya.
Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa secara jenis kelamin terlihat remja pria
lebih cenderung melakukan kenakalan pada tinglat khusus, walaupun demilikan
juga remaja perempuan yang melakukan kenakalan khusus. Dari sudut pekerjaan atau
kegiatan sehari-hari remaja ternyata yang menganggur mempunyai kecenderungan
tinggi melakukan kenakalan khusus demikian juga mereka yang berdagang dan
menjadi buruh juga tinggi kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus.
Pemenuhan kebutuhan keluarga juga berpengaruh pada tingkat kenakalan remajanya,
artinya bagi keluarga yang tiap hari hanya berpikir untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya seperti yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, tukang, supir dan
sejenisnya ternyata anaknya kebanyakan melakukan kenakalan khusus. Demilian
juga bagi keluarga yang interaksi sosialnya kurang dan tidak serasi
anak-anaknya melakukan kenakalan khusus. Kehidupan beragama keluarga juga
berpengaruh kepada tingkat kenakalan remajanya, artinya dari keluarga yang taat
menjalankan agama anak-anaknya hanya melakukan kenakalan biasa, tetapi bagi
keluarga yang kurang dan tidak taat menjalankan ibadahnya anak-anak mereka pada
umumnya melakukan kenakalan khusus.Hal lain yang dapat dilihat bahwa sikap
orang orang tua dalam sosialisasi terhadap anaknya juga sangat berpengaruh
terhadap tingkat kenakalan yang dilakukan, dari data yang diperoleh bagi
keluarga yang kurang dan masa bodoh dalam pendidikan (baca sosialisasi)
terhadap anaknya maka umumnya anak mereka melakukan kenakalan khusus. Dan
akhirnya keserasian hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya juga
berpengaruh pada kenakalan anak-anak mereka. Mereka yang hubungan sosialnya
dengan lingkungan serasi anak-anaknya walaupun melakukan kenakalan tetapi pada
tingkat kenakalan biasa, tetapi mereka yang kurang dan tidak serasi hubungan
sosialnya dengan lingkungan anak-anaknya melakukan kenakalan
khusus.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang
memiliki waktu luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur
dan masih pelajar kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau
perilaku menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian
sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada
tingkat yang lebih berat.Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian
sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat
kecil, apalagi kenakalan khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif
dapat ditarik kesimpulan umum bahwa ada hubungan negatif antara
keberfungsian sosial keluarga dengan kenakalan remaja, artinya bahwa semakin
tinggi keberfungsian social keluarga akan semakin rendah kenakalan yang
dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin ketidak berfungsian sosial suatu
keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya (perilaku menyimpang
yang dilakukanoleh remaja. Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk
memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-program
kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan social
yang programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara keseluuruhan
Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja dengan memberikan
program-program untuk mengisi waktu luang, dengan meningkatkan program di tiap
karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya
manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang
sesuai dengan kebutuhan.
Masngudin
HMS, adalah peneliti pada Puslitbang UKS, Badan Latbang Sosial Departemen
Sosial RI.
Daftar
Pustaka
Achlis,
1992, Praktek Pekerjaan Sosial I, STKS , Bandung
Eitzen,
Stanlen D, 1986, Social Problems, Allyn and Bacon inc, Boston,
Sydney, Toronto
Gunarsa
Singgih D at al, 1988, Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta
Kartini
Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta
Kaufman,
James, M, 1989, Characteristics of Behaviour Disorders of Children and Youth,
Merril Publishing Company, Columbus, London, Toronto
Nazir,
Moh, 1985, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia,
Jakarta
Sartono,
Suwarniyati, 1985, Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di
DKI Jakarta, laporan penelitian, UI, Jakarta
Soerjono
Soekanto, 1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta
_______________,
1985 Perubahan Sosial, Rajawali, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar