PERBEDAAN INDIVIDU
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Pengantar
Dalam dunia pendidikan terdapat
berbagai macam factor, yang faktor yang
lain dengan satunya memiliki andil dalam pendidikan. Salah satu tugas yang
diemban oleh para pendidik adalah memahami akan berbagai faktor pendukung
pendidikan tersebut. Diantara berbagai faktor tersebut adalah bagaimana para
pendidik bisa memahami akan situasi dan kondisi, baik lingkungan maupun peserta
didik itu sendiri.
Peserta didik sebagai obyek dari
pendidikan sangat urgen untuk diperhatikan dari berbagai faktor. Faktor
tersebut yang harus diperhatikan adalah tahap perkembangan dari peserta didik
tersebut. Diantara perkembangan perserta didik tersebut adalah bagaimana dari
individu dan karakteriststiknya.
Dari paparan singkat diatas, maka
kami akan mencoba menyajikan dalam tulisan ini apakah itu sebenarnya individu
dan karakteristiknya. Sebab dalam dunia pendidikan kita perlu untuk mengetahui
segala perkembangan peserta didik termasuk dari individu-individu dan
karakteristik peserta didik tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah
ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat
pada setiap individu, baik dari segi kemampuan, minat, maupun sikapnya.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa itu
induvidu?
2.
Bagaimana
perbedaan yang terjadi pada setiap individu?
3.
Bagaimana
perbedaan setiap individu dalam hal kemampuan?
4.
Bagaimana
perbedaan setiap individu dalam hal minatnya?
5.
Bagaimana
perbedaan setiap individu dalam hal sikapnya?
BAB
II
PEMBAHASAN
Kegiatan belajar mengajar dikelas
bukanlah hanya sebuah kegiatan transfer ilmu semata, tapi lebih jauh lagi dalam
hal penyiapan dan pembentukan generasi yang lebih kompenten pada bidang yang
pilihnya. Dibutuhkan dukungan dari semua aspek yang menjadi faktor penentu
keberhasilan kegiatan belajar mengajar disekolah dan salah satunya adalah
tingkat kemampuan guru dalam menemukan dan melayani perbedaan individu siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan
pendidikan terhadap siswa yang masing-masing individunya berbeda, maka seorang
guru yang profesional harus memiliki kemampuan untuk mengatasi hal-hal yang
dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.
A. Pengertian
Individu
Dalam kamus Echols & Shadaly
(1975), individu adalah kata benda dari individual
yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas
dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan
potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawaperubahan-perubahan apa saja
yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya.
Dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya
bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa
saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal
lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman,
keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan
non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.
Dari bahasa bemacam-macam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua
fakta yang menonjol, yaitu:
(i)
Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola
perkembangannya.
(ii)
Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk
warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai
kecenderungan berbeda.
Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah
ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu.
Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau
perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang
perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan
sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan
individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individual”
menurut Landgren (1980: 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada
aspek fisik maupun psikologis.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswa
yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas,
tidak terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya
hampir sama atau mirip, akan tetapi pada kenyataannya jika diamati benar-benar
antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal
oleh seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi
badan, bentuk badan, warna kulit, bentuk muka, dan semacamnya. Dari fisiknya
seorang guru cepat mengenal siswa di kelasnya satu per satu. Ciri lain yang
segera dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula suara
mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pendiam, dam sebagainya. Ada siswa
yag nada suaranya kecil dan ada yang besar atau rendah, ada yang berbicara
cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara cermat siswa
yang satu dengan yang lain memiliki sifat psikis yang berbeda-beda.
Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan individu,
sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental yang mempengaruhi penilaian
sekolah, adalah menghitung umur kronologi. Seorang anak memasuki sekolah dasar
pada umur 6 tahun dan ia diperkirakan dapat mengalami kemajuan secara teratur
dalam tugas-tugas sekolahnya dilihat dalam kaitannya dengan faktor umur.
Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak diharapkan mampu menangkap/ mengerti
bahan-bahan pelajaran yang mempunyai kesamaan materi dan penyajiannya bagi
semua siswa pada kelas yang sama. Ketidakmampuan yang jelas tampak pada siswa
untuk menguasai bahan pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor
seperti kemalasan atau sikap keras kepala. Penjelasan itu tidak mendasarkar,
kenyataan bahwa para siswa memang berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk
menguasai satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu tingkat
perkembangan.
Telah disadari bahwa perbedaan-perbedaaan antara satu dengan lainnya
dan juga kesamaan-kesamaan di antara mereka merupakan ciri-ciri dari semua
pelajaran pada suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan
individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan teknik-teknik
pendidikan ditetapkan, hendaknya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan
tersebut, tampaknya hal ini telah mendapat banyak perhatian dari para ahli ilmu
jiwa dan petugas sekolah.
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap
lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf
intreligensinya semakin baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi
terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima.
Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya
.Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan
prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah
(Syaiful, 2008).
Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain
terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri
seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada
status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya
tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang
status sosialnya rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap
anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep
diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status ekonomi
rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri
yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat
konsep diri yang tinggi.
B. Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan
sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang
memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan
karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor
biologis maupun faktor sosial psikologis.
Natur dan nature
merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional
pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil
dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu.
Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara
berkesinambungan dipengaruhi oelh bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.
C. Perbedaan Individu
Makna
“perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut
variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Adapun bidang-bidang dari
perbedaannya yakni:
1. Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas
suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti
pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan
secara sistematik untuk menjadi miliknya.
2. Perbedaan
kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu
kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu
dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang
untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang
penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat dipengaruhi oleh
faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).
3. Perbedaan Kecakapan
Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan
psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat
motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
4. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan latar belakang dan
pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya,
terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
5. Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus
yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila
mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak
berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang,
dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
6. Perbedaan Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang, yang
mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi
perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada
pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih
luas. Setiap individu siswa berbeda satu dengan lainnya, hal ini pengaruhi
banyak faktor yang membentuk kepribadian setiap siswa. Perbedaan individu siswa
dapat dikelompokan menjadi:
·
Perbedaan vertikal yaitu
perbedaan pada segi fisik setiap individu, misal; tinggi - sedang - pendek,
gemuk - sedang - kurus, seha - tidak sehat dan lain sebagainya.
·
Perbedaan horizontal yaitu
perbedaan pada segi psikis dan sosial setiap individu, misal; kemampuan, bakat,
minat, emosi, hasil belajar dan lain sebagainya.
Perbedaan individu diatas
dipengaruhi oleh :
(1) Faktor Keturunan (Bakat)
(2) Faktor Lingkungan.
Perbedaan ini merupakan hal penting
yang harus diketahui oleh guru karena perbedaan ini dapat digunakan oleh guru
untuk menentukan metode belajar yang tepat dalam proses belajar mengajar
dikelas. Guru haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan yang ada
pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan pelayanan
terhadap siswa agar mampu menemukan dan mengembangkan potensi yang ada dimiliki
oleh siswa.
5.1
Perbedaan
Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam
tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa
yang dapat dilakukan seseorang. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama
dalam menerima materi yang diajarkan oleh seorang guru. Guru hendaknya
memberikan perhatian khusus terhadap siswa-siswa yang memiliki tingkat
kemampuan rendah dengan berusaha menemukan dan mengatasi kesulitan belajar
siswa dengan men-diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut. Dan jika tingkat
kesulitan belajarnya sangat sulit diidentifikasi maka tidak ada salahnya kita
meminta bantuan guru lain atau guru yang berkompeten dalam hal ini dan ini
biasanya guru bimbingan dan penyuluhan.
Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari
setiap individu, maka langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan
program pengajaran yang disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap
individu mampu berkembang sesuai dengan kemampuan dan kecepatan yang dimiliki
oleh masing-masing individu siswa. Mengajar siswa dengan kemampuan belajar
cepat akan berbeda dengan mengajar siswa dengan kemampuan belajar
kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda dari setiap individu memerlukan pelayanan
tersendiri bagi guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran yang akan
dibuat dan dilaksanakan.
Tetapi hal ini tidaklah mudah bahkan sangat sulit
dilaksanakan bagi mereka yang belum terbiasa dalam upaya pelayanan terhadap
perbedaan individu siswa. Kesulitan-kesulitan yang paling mudah kita temukan
dalam lingkungan disekitar kita misalnya; terbatasnya waktu yang disediakan oleh
sekolah dalam suatu pertemuan pembelajaran di kelas akan membuat guru tidak
maksimal dalam menemukan dan melayani siswa sesuai dengan perbedaan setiap
individu walaupun hal ini sudah direncanakan dalam program pengajaran yang akan
atau sedang dilaksanakan.
Jika kesulitan-kesulitan yang dihadapi ini memang
sangat sulit dipecahkan maka guru tidak perlu memaksakan diri sampai diluar
batas kemampuannya. Minimal guru mampu melaksanakan pada tahap yang dapat
dilaksanakannya, misal; terhadap siswa yang memiliki kemampuan cepat dalam
menyerap materi pelajaran maka guru bisa saja memberinya materi atau tugas
tambahan untuk dikerjakannya diluar sekolah, sedangkan siswa yang memiliki
kemampuan kurang maka guru dapat memberinya materi yang sesuai untuknya. Siswa
yang memiliki bakat menonjol bisa di beri kesempatan atau di beri fasilitas
untuk mengembangkannya sedangkan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
maka perlu dibantu agar siswa tersebut dapat mengatasi kesulitannya. Dan
silahkan kembangkan menurut keadaan dan kemampuan dilingkungan sekolahnya
masing-masing.
5.2
Perbedaan Minat
Minat adalah seberapa besar seorang individu merasa suka
atau tidak
kepada suatu rangsangan. Minat adalah dorongan yang kuat bagi seseorang
untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi keinginannya. Minat
merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat dan keberadaannya
merupakan faktor utama dalam pengembangan bakat.
kepada suatu rangsangan. Minat adalah dorongan yang kuat bagi seseorang
untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi keinginannya. Minat
merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat dan keberadaannya
merupakan faktor utama dalam pengembangan bakat.
Bakat merupakan kondisi atau kualitas yang dimiliki
seseorang, yang
memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa mendatang. Bakat bisa diartikan sebagai kemampuan bawaan yang berupa potensi
(potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat
merupakan potensi bawaan yang masih membutuhkan latihan agar dapat
terwujud secara nyata. Bakat merupakan potensi terpendam dalam diri seseorang. Agar bakat dapat muncul perlu digali, ditemukan, dilatih, dan dikembangkan. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi harus ditunjang dengan minat, latihan, pengertian, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan. Bakat tidak selalu identik disertai minat. Bakat yang tidak disertai minat, maupun minat yang tidak disertai bakat, akan menimbulkan gap. Bila orang tua tidak cukup cermat dengan hal ini akan
berdampak buruk bagi anak. Atas dasar bakat yang dimilikinya, maka
seseorang akan mampu menunjukkan kelebihan dalam bertindak dan
menguasai serta memecahkan masalah dibandingkan orang lain. Seseorang
yang memiliki bakat akan cepat dapat diamati karena kemampuan yang ia
miliki akan berkembang dengan pesat.
memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa mendatang. Bakat bisa diartikan sebagai kemampuan bawaan yang berupa potensi
(potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat
merupakan potensi bawaan yang masih membutuhkan latihan agar dapat
terwujud secara nyata. Bakat merupakan potensi terpendam dalam diri seseorang. Agar bakat dapat muncul perlu digali, ditemukan, dilatih, dan dikembangkan. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi harus ditunjang dengan minat, latihan, pengertian, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan. Bakat tidak selalu identik disertai minat. Bakat yang tidak disertai minat, maupun minat yang tidak disertai bakat, akan menimbulkan gap. Bila orang tua tidak cukup cermat dengan hal ini akan
berdampak buruk bagi anak. Atas dasar bakat yang dimilikinya, maka
seseorang akan mampu menunjukkan kelebihan dalam bertindak dan
menguasai serta memecahkan masalah dibandingkan orang lain. Seseorang
yang memiliki bakat akan cepat dapat diamati karena kemampuan yang ia
miliki akan berkembang dengan pesat.
5.3
Perbedaan Sikap
Menurut
Prasetyo dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa: Faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap sosial adalah sebagai berikut:
1.
Faktor
Indogen
Faktor
indogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yang datang dari
dalam dirinya sendiri. Faktor pada diri anak itu sendiri seperti faktor
imitasi, sugesti, identifikasi, simpati. Dalam hal ini dapat dibedakan menjadi
tiga faktor yaitu:
a). Faktor Sugesti
Sugesti adalah proses seorang individu didalam berusaha
menerima tingkah laku maupun prilaku orang lain tanpa adanya kritikan terlebih
dahulu. Sehubungan dengan hal ini pula baik tidaknya sikap sosial anak
dipengaruhi oleh sugestinya, artinya apakah individu tersebut mau menerima
tingkah laku maupun prilaku orang lain, seperti perasaan senang, kerjasama. Dapat dikatakan sugesti dapat mempengaruhi sikap
sosial seseorang sedangkan anak yang tidak mampu bersugesti cenderung untuk
tidak mau menerima keadaan orang lain, seperti tidak merasakan penderitaan
orang lain, tidak bisa bekerjasama dengan orang lain dan sebagainya.
b). Faktor Identifikasi
Identifikasi dilakukan
kepada orang lain yang dianggapnya ideal atau sesuai dengan dirinya. Anak yang mengidentifikasikan
dirinya dirinya seperti orang lain akan mempengaruhi perkembangan sikap sosial
seseorang, seperti anak cepat merasakan keadaan atau permasalahan orang lain
yang mengalami suatu problema. Selanjutnya dalam buku Psikologi Sosial
dijelaskan bahwa: “Anak yang menggangap keadaan dirinya seperti persoalan orang
lain ataupun keadaan orang lain seperti keadaan dirinya akan menunjukkan
prilaku sikap sosial yang positif, mereka lebih mudah merasakan keadaan orang
sekitarnya, sedangkan anak yang tidak mau mengidentifika-sikan dirinya lebih cenderung
menarik diri dalam bergaul sehingga lebih sulit untuk merasakan keadaan orang
lain” (Sarwono, 1997 : 88).
Seseorang yang berusaha mengidentifikasikan diri
dengan keadaan orang lain akan lebih mampu merasakan keadaan orang lain,
daripada seorang anak yang tidak mau mengidentifikasikan dirinya dengan orang
lain yang cenderung mampu merasakan keadaan orang lain.
c). Faktor Imitasi
Imitasi dapat
mendorong seseorang untuk berbuat baik. Sikap seseorang yang berusaha meniru
bagaimana orang yang merasakan keadaan orang lain maka ia berusaha meniru
bagaimana orang yang merasakan sakit, sedih, gembira, dan sebagainya. Hal ini
penting didalam membentuk rasa kepedulian sosial seseorang. Anak-anak yang
meniru keadaan orang lain, akan cenderung mampu bersikap sosial, daripada yang
tidak mampu meniru keadaan orang lain. Imitasi dapat mempengaruhi sikap sosial
seseorang, dimana seseorang yang berusaha meniru (imitasi) keadaan orang lain
akan lebih peka dalam merasakan keadaan orang lain, apakah orang sekitarnya itu
dalam keadaan susah, senang ataupun gembira.
2.
Faktor
Eksogen
Faktor eksogen adalah faktor yang mempengaruhi
sikap sosial anak dari luar dirinya sendiri. Dalam hal ini menurut Soetjipto
dan Sjafioedin dalam bukunya Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial dijelaskan
bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yaitu: faktor yang
berasal dari lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.
a). Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dari anak dari keluarga pulalah anak menerima
pendidikan karenanya keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam
perkembangan anak. Keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang baik
terhadap perkembangan anak, demikian pula sebaliknya. Anak yang tidak
mendapatkan kasih sayang, perhatian, keluarga yang tidak harmonis, yang tidak memanjakan anak-anaknya dapat
mem-pengaruhi sikap sosial bagi anak-anaknya. Keharmonisan dalam keluarga, anak yang mendapatkan
kasih sayang serta keluarga yang selalu memberikan perhatian kepada
anak-anaknya merupakan peluang yang cukup besar didalam mempengaruhi timbulnya
sikap sosial bagi anak-anaknya.
b). Faktor Lingkungan Sekolah
Keadaan
sekolah seperti cara penyajian materi yang kurang tepat serta antara guru
dengan murid mempunyai hubungan yang kurang baik akan menimbulkan gejala
kejiwaan yang kurang baik bagi siswa yang akhirnya mempengaruhi sikap sosial
seorang siswa. Ada beberapa faktor lain disekolah yang dapat mempengaruhi sikap
sosial siswa yaitu tidak adanya disiplin atau peraturan sekolah yang mengikat
siswa untuk tidak berbuat hal-hal yang negatif ataupun tindakan yang menyimpang.
Faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa adalah
cara penyajian materi, prilaku maupun sikap dari para gurunya, tidak adanya
disiplin atau peraturan-peraturan sekolah yang betul-betul mengikat siswa.
c). Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan tempat
berpijak para remaja sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial
tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat. Anak dibentuk oleh lingkungan
masyarakat dan dia juga sebagai anggota masyarakat, kalau lingkungan sekitarnya
itu baik akan berarti sangat membantu didalam pembentukkan keperibadian dan mental
seorang anak, begitu pula sebaliknya kalau lingkungan sekitarnya kurang baik
akan berpengaruh kurang baik pula terhadap sikap sosial seorang
anak, seperti tidak mau merasakan keadaan orang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah
guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap individu, maka langkah
berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran yang
disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap individu mampu berkembang
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh masing-masing individu
siswa. Mengajar siswa dengan kemampuan belajar cepat akan berbeda dengan
mengajar siswa dengan kemampuan belajar kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda
dari setiap individu memerlukan pelayanan tersendiri bagi guru dalam upaya
penyesuaian program pengajaran yang akan dibuat dan dilaksanakan.
3.2 Saran
Perbedaan individu merupakan hal
penting yang harus diketahui oleh guru karena perbedaan ini dapat digunakan
oleh guru untuk menentukan metode belajar yang tepat dalam proses belajar
mengajar dikelas. Guru haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan
yang ada pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan
pelayanan terhadap siswa agar mampu menemukan dan mengembangkan potensi yang
ada dimiliki oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. M. 2007. Psikologi
Pendidikan. Rineka Cipta Jakarta.
Depoter, Bobbi & Mike Hernachi
1999, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan,
Kaifa, Bandung
Hartono S., 1999. Perkembangan
Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta
Makmun.S.A. 2003. Psikologi
Pendidikan. Rosda Karya Remaja. Bandung
Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi
Sosial. Jakarta : Gunung Agung.
Purwanto, N. 1998. Psikologi
Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi
Sosial. Yogyakarta : Andi
Semiawan C, 1977. Perspektif Pendidikan Anak Berbaka.,
Grasindo Jakarta
Soetjipto dan Sjaefieoden,. 1994. Metodologi
Ilmu Sosial. Jakarta
Suryabrata, S. 2010.Psikologi
Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Utami Munandar. U, 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta
: Rineka Cipta Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar