Menurut ajaran Einstein, ruang dan waktu bersifat relatif.
Ruang tergantung pada pengamatnya. Ruang merupakan semacam hubungan antara
benda-benda yang diukur dengan cara-cara tertentu. Dengan demikian apabila
pengukurannya dilakukan dengan cara yang berbeda, maka hasilnyapun akan
berbeda. Waktu juga bersifat relatif karena hasil pengukuran terhadap
hubungan-hubungan yang menyangkut waktu tergantung pada pengertian keserampakan
(simultaneity); karena apabila sesuatu terjadi, misalnya ledakan, maka kuatnya
bunyi ledakan akan berbeda di berbagai tempat. Selanjutnya H.A. Lorentz membuat
suatu teori “ persamaan transformasi” yang melukiskan hubungan antara cara-cara
pengukuran jarak – juga cara-cara pengukuran waktu – yang menyangkut dua
pengamat yang mempunyai kerangka acuan yang berbeda dan berada dalam keadaan
bergerak secara lurus, yang saling mendekati.
Di sini
didapatkan sebenarnya jarak merupakan sekedar ukuran untuk menentukan ruang;
demikianpun dengan transformasi dengan waktu dan hubungannya dengan ruang; Kita
tidak akan pernah mengetahui waktu secara tepat apabila tidak memperhitungkan
koordinat ruang dan sebaliknya kita tidak akan mengetahui ruang dari suatu
obyek bila tidak memperhitungkan koordinat waktu. Sesungguhnya tidak ada waktu
yang bersifat mandiri / mutlak, tidak ada ruang yang terpisah dari waktu atau
waktu yang terpisah dari ruang yang ada hanyalah ruang-waktu. Akhirnya mulai
saat ini kita harus memandang ruang dan waktu secara kontinuum, jalin-menjalin
secara tidak terpisahkan, yang satu tidak mungkin ada tanpa yang lainnya;
keduanya merupakan satu kesatuan yang menyebabkan timbulnya segenap kenyataan.
Dengan demikian waktu, ruang merupakan sekedar matra dari ruang-waktu.
Menurut
Alexander, jika kita berusaha memehami ruang dan waktu dalam keadaan apa
adanya, maka yang terjadi ialah bahwa kita berusaha memahami benda-benda serta
kejadian-kejadian dalam keadaannya yang paling sederhana serta paling mendasar
dalam ruang (extension) serta bertahan dalam waktu (enduring), dengan segenap
sifat-sifat yang dipunyai oleh kedua macam ciri tersebut. Baik ruang maupun
waktu tidak berada sendiri-sendiri secara terpisah, dan kedua-duanya tampil di
depan kita secara empiris. Jika tidak ada waktu, maka tidak mungkin ada bagian
dari ruang, bahkan yang ada hanyalah kehampaan belaka; dan demikian pula halnya
dengan ruang, dalam hubungannya dengan waktu.
Selanjutnya,
sehubungan dengan itu tidak mungkin ada titik-titik yang menyusun ruang, tanpa
sekelumit waktu yang dapat menimbulkan gagasan kejadian-kejadian murni (pure
events) sehingga dapatlah dikatakan bahwa ruang – waktu merupakan keadaan yang
nyata yang paling dalam dan merupakan tempat persemaian bagi apa saja yang ada
di alam ini. Ruang dan waktu merupakan sesuatu yang menjadi sumber bagi adanya
segala sesuatu, sedangkan kejadian-kejadian yang murni merupakan penyusun
terdalam dari apa saja yang bereksistensi. Apabila kejadian-kejadian murni
tersebut membentuk suatu pola tertentu, maka munculah kualitas-kualitas fisik
tertentu, misalnya sebuah elektron dengan ciri-cirinya. Jadi materi merupakan
sesuatu yang pertama-tama muncul dari ruang – waktu.
Keterampilan mengenal hubungan
ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi keterampilan menjelaskan
posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau keterampilan
megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan
menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan
proses yang berkaitan dengan
penjelasan- penjelasan hubungan- hubungan tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu.ketrampilan ini
penting karena semua benda menempati ruang dan waktu tertentu.Proses ini dapat
dipecah kedalam bermacam – macam kategori termasuk bentuk , arah dan susunan
yang berkaitan dengan ruang dan waktu , gerak dan kecepatan, kesimetrisan dan
kecepatan perubahan.
Contoh: Seorang mahasiswa diminta
untuk mengamati proses korosi .Dimana sepotong besi diletakan di udara terbuka
dan sepotong besi satu nya lagi diletakan di suatu tempat yang terhindar dari
kontak gas oksigen dan air.Setelah di amati , maka besi yang duluan mengalami
korosi adalah besi yang diletakan di udara terbuka dari pada besi yang
diletakan di tempat yang terhindar dari gas oksigen dan air. hal ini disebabkan pada logam besi tersebut
tidak lah benar- benar homogen sehingga permukaan besi berbeda – beda
kereaktifannya. Pada bagian yang lebih reaktif besi (Fe) teroksidasi
menghasilkan ion Fe2+ dan
electron. Elektron yang dihasilkan tersebut bergerakke bagian logam yang kurang
reaktif.Selanjutnya electron ditangkap oleh gas oksigen dan bereaksi dengan ion
H+ yang berasal dari udara
menghasilkan air.
Air yang terbentuk itu dengan
oksigendari udara kembali menyerap electron dan membentuk ion OH- .
Selanjutnya ion Fe 2+ bergabung
dengan ion OH- membentuk Fe(OH)2.Pada akhirnya Fe(OH)2 yang terbentuk bergabung dengan gas oksigen,
dan air , membentuk perkaratan besi
dengan rumus kimia Fe2O3xH2O.
Sebagai contoh kita perhatikan
partikel subatom, seperti sebuah electron. Bagaimana kita menggambarkan
partikel tersebut ? Tidak seorangpun dapat melihat suatu partikel subatom;
partikel ini mungkin berupa sejenis perubahan dalam ruang pada suatu waktu
tertentu; artinya suatu kejadian yang murni yang hanya dapat disimak melalui
kejadian-kejadian tertentu yang dicatat oleh “ pointer-reading”, misalnya oleh
instrumen mikroskop elektron. Hasil-hasil penggabungan kejadian-kejadian murni
menimbulkan materi yang lebih rumit dan mempunyai sifat-sifat tertentu pula.
###
Maho cok
BalasHapusMaho cok
BalasHapus