Bagaimana perasaan seorang anak yang
sengaja dikucilkan atau ditolak teman sepermainannya? Apalagi penyisihan anak
itu dibarengi dengan kata-kata yang menyakitkan hati atau bersifat memojokkan
anak. Anak pun menjadi sangat tertekan dan terasing sendirian di tengah-tengah
keriuhan teman-temannya. Betapa menderitanya anak yang disisihkan kelompok
bermainnya ini. Ada kalanya tak jarang seorang anak enggan bercerita tentang
bagaimana dirinya dikucilkan oleh teman-temannya itu. Ironinya, perselisihan
yang terjadi antara anak-anak sering dianggap lumrah dan remeh oleh para orang
tua. Kemudian orang tua menganggap masalah perselisihan itu akan menghilang
dengan sendirinya seiring dengan waktu dan dinamika kelompoknya. Padahal,
penolakan atau pengucilan terhadap anak oleh teman sepermainannya yang acap
kali melanda anak dapat berakibat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
mental si anak.
Jika tekanan teman sepermainan ini
dibiarkan terus menerus berlangsung pada anak maka dalam jangka panjang akan
menjadi penghambar bagi terbentuknya psikososial anak. Pada akhirnya gangguan
ini menjadi akan menjadi penghambat bagi terbentuknya kepribadian yang matang
pada usia dewasanya. Bisa saja anak mengalami kesulitan dalam berinteraksi
dengan siapapun, degan kata lain anak tidak memiliki kecakapan dalam
bersosialisasi. Ketidakcakapan dalam bersosialisasi ini tentunya akan menjadi
penghambat dalam berbagai usahanya setelah dewasa nanti, seperti dalam dunia
kerjanya maupun dalam lingkungan di mana dia berada nantinya.
Sebagai orang tua, kita membesarkan
anak dan memberi perhatian kepada anak adalah sudah satu keharusan. Bukan hanya
dari segi pemenuhan kebutuhan jasmaninya saja, akan tetapi kebutuhan
psikososial anak dengan teman sebayanya pun harus mendapat perhatian yang
intens, demi pertumbuhan mental anak.
Tentunya kita sama-sama tahu, dalam
arena pertemanan sering terjadi penolakan atau pengucilan oleh teman-teman
sepermainan, entah itu karena rebutan mainan, rasa tidak suka teman terhadap
sikap anak, cacat pada anak atau penampilan anak, dan sebagainya. Untuk itulah
sebagai orang tua kita harus memperhatikan bagaimana sikap anak maupun
penerimaan kelompok dalam pergaulan kelompoknya.
Masalah Sulit Bergaul
Anak dikucilkan kelompok bermainnya,
tentu ada masalah yang melingkupi anak tersebut. Kalau ditelaah, masalah yang
menjadi penyebab anak disisihkan atau dikucilkan oleh kelompok sosialnya,
sebagai berikut:
Sumber masalah berasal dari perilaku
anak sendiri yang menyimpang
Anak ditolak oleh kelompok bermainnya
bisa jadi karena perilaku anak sendiri yang tidak disukai dan dianggap selalau
merugikan kelompoknya. Seperti anak terlalu egois, tinggi hati, sombong,
angkuh, iri hati dan mau menang sendiri. Apalagi anak suka berlaku agresif pada
teman bermainnya hanya karena masalah sepele seperti berebutan mainan, makanan
atau berselisih kata dan kesenggol sedikit saja. Perilaku anak menyimpang ini
sudah barang tentu sangat tidak disukai oleh temannya karena dianggap selalu
merugikan dan tidak sesuai dengan keinginan kelompoknya.
Sumber masalah berasal dari kekurangan
atau cacat anak
Kekurangan atau cacat pada anak sering
kali menjadi penghambat bagi anak dalam proses sosialisasinya. Anak kerap kali
ditolak oleh kelompok sebayanya, karena cacatnya itu membuat rekan
sebayanya merasa risih dengan kekurangan yang dimilikinya itu. Bahkan,
kekurangan atau cacat anak tersebut menjadi bahan olok-olokan dan ejekan
mereka. Hal lain, seperti kekurangan anak dari segi materi dapat juga
menyebabkan anak dikucilkan oleh teman sebayanya. Anak dianggap tidak selevel
untuk bergaul dengan teman sebayanya. Kalaupun anak berada di tengah-tengah
teman sebayanya, maka anak selalu diasingkan atau diisolasi untuk tidak
terlibat dalam kegiatan kelompoknya. Anak hanya menjadi pelengkap penderita
saja. Kekurangan anak ini seperti gagap, cacat fisik, cadel, autis, lemah
berpikir, dan sebagainya.
Sumber masalah berasal rasa isi teman
atau kelompok pada anak
Iri hati teman atau kelompok pada anak
bisa saja terjadi karena suatu hal yang mungkin tidak diperoleh oleh teman atau
kelompoknya. Iri hati dari teman atau kelompok ini dapat menyebabkan mereka
menjadi tidak menyukai anak dan berusaha mengucilkan anak dari kelompoknya.
Contohnya:
- Anak di sekolah mendapat
perlakuan yang istimewa dari gurunya.
- Anak memiliki mainan terbaru
dan bagus.
- Ada salah satu temannya yang
merasa tidak senang pada anak karena suatu hal, sehingga dia mempengaruhi
temannya untuk memusuhi anak.
- Dan sebagainya.
Sumber masalah berasal dari
perselisihan anak dengan temannya
Perselisihan dalam pertemanan acap kali
terjadi karena masalah kecil atau sepele, seperti berselisih kata, rebutan mainan
atau makanan, rebutan pengaruh, dan sebagainya. Perselisihan ini menyebabkan
rekan-rekan sepermaianan anak mulai menjauh atau mengucilkan anak. Atau anak
berselisih dan bertengkar dengan salah satu temannya karena suatu hal, kemudian
teman-temannya yang lain berpihak pada lawan berselisih anak, sehingga mereka
semua pada memusuhi anak.
Sumber masalah berasal dari
ketidakmampuan anak beradaptasi dalam kelompok
Anak dikucilkan bisa jadi karena
ketidakmampuan anak menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Seperti
kecakapan anak dalam suatu permainan jauh berada dibawah rekan-rekannya atau
anak tidak menguasai sama sekali dalam permaianan yang dimainkan teman-temannya
itu sehingga anak dianggap menjadi beban atau menjadi pengganggu saja dalam
permainan mereka. Hal lain, mungkin karena perbedaan usia anak dengan
rekan-rekannya cukup jauh sehingga anak tidak mampu menyesuaikan
keinginan-keinginan kelompoknya.
Dampak Pengucilan Anak oleh Kelompoknya
Membiarkan pengucilan terladi dalam
rentang waktu yang panjang secara psikologis dapat mempengaruhi perkembangan
mental anak. Tidak terjalinnya relasi yang intim dan memuaskan dalam kelompok
membuat anak merasa teralienasi dan kesepian. Anak pun menjadi sangat tidak
bahagia dan nyaman. Anak selalu merasa tertekan di dalam kelompoknya.
Anak yang merasa teralienasi oleh
karena merasa berbeda, merasa tidak dipahami oleh lingkungan atau kelompok
bermainnya, merasa tidak dibutuhkan dan merasa tidak memiliki teman dekat yang
cocok sehingga pada diri anak akan tertanam perasaan kurang berharga. Harga
diri anakpun menjadi tidak optimal sehingga membuat dirinya selalu dihinggapi
perasaan tidak nyaman. Alhasil, anakpun bisa jadi sangat tidak menyukai orang
lain, tidak percaya pada orang lain, menilai reaksi dan perilaku orang lain
dengan cara negatif, atau bahkan cenderung akan membenci orang-orang
disekitarnya.
Kecemasan sosial anak ini akan selalu
berlanjut dan anak menjadi selalu dihinggapi perasaan malu, takut, dan tidak
yakin diri. Sifat anakpun bisa menjadi pesimistis, kurang inisiatif dan selalu
serba tergantung. Padahal kecakapan dalam membangun relasi interpersonal
merupakan kunci perkembangan dan pertumbuhan personal, identitas,
produktifitas, sukses dala karir, perasaan berarti, kehidupan yang berkualitas,
sehat fisik dan mental, kemampuan aktualisasi diri, serta kemampuan mengatasi
tekanan hidup dan tentu saja mendapatkan hakikat kemanusiaan (Johnson &
Johnson dalam Surya, 2010).
Solusi Anak Sulit Bergaul
Beberapa tindakan yang dapat membantu
anak yang mengalami kesulitan dalam bergaul, antara lain:
·
Hindarkan
anak pada perasaan tertekan
Berilah dukungan emosional pada anak
dengan memberi perhatian dan pelukan. Adanya dukungan emosional yang dirasakan
anak, maka dirinya merasa diayomi, diberi perrlindungan dan dijauhkan dirinya
dari hal-hal yang menekan da tidak mengenakkan. Lalu ajaklah anak untuk
sementara waktu menjauhi kelompok bermainnya sembari mengalihkan perhatian
anak. Bangun komunikasi dengan anak mulai dari hal-hal yang sederhana sampai
pada hal-hal yang berhubungan dengan temannya. Ciptakanlah suasana keterbukaan
dan pastikan anak merasa nyaman berada dekat orang tua. Orang tua menjadi
tempat bersandar dan tempat pelarian yang paling aman dan nyaman bagi anak,
sehingga anak pun dengan bebas mencurahkan perasaannya pada orang tuanya.
·
Bangun
rasa percaya diri pada anak
Untuk membebaskan perasaan terpuruk dan
tertekan anak, akibat dari perlakuan teman-temannya, maka kita harus dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan semangat anak secara perlahan-lahan dengan
memberi kesadaran akan kelebihan-kelebihan yang dimikili anak. Kelebihan atau
potensi apa saja yang dimiliki anak yang mungkin tidak dimiliki orang lain atau
teman-temannta itu.
Kita pun dapat memberi contoh
tokoh-tokoh yang hebat, walaupun sesungguhnya dia memiliki sisi kekurangan atau
cacat tubuh, tetapi mereka dapat mengaktualisasikan dirinya di depan publik.
Kekurangan (cacat) bukan menjadi suatu alasan atau hambatan untuk dapat bergaul
dengan baik.
·
Membantu
anak mengatasi kesulitan dalam kelompoknya
Kita dapat mempelajari kesulitan anak
berelasi dalam kelompoknya. Melalui cerita anak kita dapat menelaah bentuk
kegiatan maupun perangai teman-temannya dalam kelompok bermainnya, dengan siapa
anak bermain dan macam apa bentuk permainan atau kegiatan yang dilakukan dalam
kelompok bermain anak tersebut sehingga bisa menemukan bentuk kesuitan berelasi
anak dalam kelompoknya.
·
Ajarkan
cara berteman pada anak
Untuk sebagian anak, tentu ada yang
mengalami kesulitan dalam memulai membangun relasi dalam pergaulan anak. Ada
perasaanh yang tidak nyaman dan tidak mengenakkan anak ketika akan memulai
serangkaian relasi dalam pertemanannya. Sebagian ada yang cenderung pasif atau
pemalu dalam pertemanan, sheingga anak cenderung menunggu temannya untuk
memulai pendekatan padanya, baru terbangun relasi. Makanya, untuk memudahkan
anak melakukan pendekatan pada teman-temannya, anak membutuhkan keterampilan
atau kemahiran, antara lain:
Pertama, bersikap lebih adaptif.
Maksudnya adalah membantu anak untuk memiliki keberanian dalam membangun
serangkaian relasi pertemanan dengan teman bermainnya. Kita dapat membimbing
dan mendorong anak untuk selalu aktif memulai pendekatan-pendektaan pada
temannya dengan menepis perasaan tidak enak, sungkan, dan takut. Untuk itu anak
membutuhkan kemahiran menyapa, menegur, dan bertanya.
Kedua, mau berempati. Kita
dapat melatih anak untuk memiliki empati terhadap orang lain agar anak memiliki
dasa perilaku sosial. Anak kita biasakan untuk mengenal, memahami dan
menanggapi perasaan, pikiran dan pengalaman orang lain agar terbentuk dalam
diri anak perasaab sense belonging (perasaan kebersamaan) sehingga anak
mudah tersentuh dan peduli terhadap kebutuhan orang lain. Pada anak tumbuh
kepekaan perhatian terhadap orang lain, bai dikala senang atau sudah
sehingga anak mudah melakukan adaptasi terhapa suasana yang terbangun dalam
pertemanan.
Ketiga, membiasakan anak-anak berada di
tengah-tengah teman sebayanya. Untuk membiasakan anak senang bergaul
atau berteman maka anak mutlak dibiasakan berada di tengah-tengah teman
sebayanya untuk bermain dan sebagainya, seperti di platgroup atau dilingkungan
sebaya seputar tempat tinggalnya. Anak kita latih dan biasakan menghadapi
bermacam-macam karakter anak. Dengan sendirinya anak belajar berinteraksi,
bermain dan beradaptasi dengan bermacam-macam karakter anak.
Keempat, membangun relasi dengan teman. Agar
anak dapat membangun relasi dengan teman sebayanya maka anak diarahkan memiliki
keterampilan mengembangkan komunikasi dengan temannya. Untuk dapat
mengembangkan komunikasi dengan teman-temannya maka anak diarahkan agar mau
menyimak atau mendengar perkataan teman dengan penuh perhatian. Agar anak mau
mendengar atau menyimak dengan baik, perlu kita biasakan berkomunikasi secara
intensif dengan baik. Kita rangsang respon anak untuk menanggapi materi atau
cerita yang kita bicarakan padanya secara verbal (kata, pujian, pertanyaan,
kometar, dll) dan nonverbal (sorot mata, raut wajah, senyuman, bahu, tangan,
dan sebagainya).
·
Kembangkan
selera humor anak dalam bergaul
Jika anak memiliki rasa humor dalam
bergaul tentu anak akan mudah diterma kelompok bermainnya. Keterampilan sosial
anak pun semakin baik, anakpun sulit dibenci, bahkan sering kali kehadirannya
selalu dinanti-nantikan dan dibutuhkan oleh teman-temannya. Untuk mengambangkan
selera humor pada anak, kitapun harus membiasakan untuk bercanda ria mampun
menbanyol dengan anak. Kita dapat mempergunakan anekdot-anekdot yang ada
dimasyarakat untuk bercerita dengan anak, atau kita kembangkan sendiri dengan
kekonyolan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
·
Kembangkan
sikap toleran dan pemaaf anak
Ajaklah anak untuk dapat menghargai
teman-temannya dengan tidak memaksakan kehendak atau keinginanya daam berteman.
Biasakanlah kerja sama dalamn kelompok berdasarkan keinginan bersama sehingga
semua pihak merasa senang dengan pertemanan yang terbentuk. Sikap toleran dan
pemaaf merupakan salah satu kunci sukses bagi anak dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Membina sikap toleran dan pemaaf pada anak dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:
Berilah contoh yang baik. Tentunya
kita mengetaui anak akan belajar dengan baik dengan cara mencontoh perilaku
orang tua dan apa yang ada di lingkungannya. Nah, perilaku toleran dapat kita
contohkan pada anak, misalnya dengan memberi kesempatan kepada anak untuk
bicara dan mengeluarkan pendapatnya.
Berhati-hatilah dengan ucapan kita
kepada anak.
Anak selalu memperhatikan, mendengar, dan meniru. Tanpa disadari, ucapan dan
kata-kata tertentu yang berkonotas buruk dari orang tua dapat membekas sangat
dalam pada ingatan anak. Kerap kali terjadi kita memarahi anak karena dia
mengucapkan kata-kata yang kurang baik, seperti memaki, mengeluarkan kata-kata
kotor tapi setelah diselidiki ternyata si anak belajar meniru kata-kata
tersebut dari kita sendiri. Karena itu pikirkanlah selalu kata-kata yang akan
diucapkan kepada anak, terutama saat emosi atau marah kepada anak.
Ajak anak bicara.
Dalam berbagai kesempatan, tentunya ada saja ccontoh tentang sikap toleran atau
pemaaf, baik dari lingkungan sekitar, TV, koran atau buku bacaan. Setiap ada
contoh yang menarik, tanyakan bagaimana pendapat anak dan ungkapkan juga
pendapat kita sebagai pembanding.
0 komentar:
Posting Komentar