MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
       Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
  • untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama
  • kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
  • jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
  • penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
  • Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
  • Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
  • Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.
  •  
Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :
Fase
Indikator
Aktivitas Guru
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas
5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.

Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif di Kelas
Yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan model pembelajaran kooperatif di kelas, diantaranya:
  1. pilih pendekatan apa yang akan digunakan, misal STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, dll.
  2. Pilih materi yang sesuai untuk model ini
  3. mempersiapkan kelompok yang heterogen
  4. menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa
  5. merencanakan waktu, tempat duduk yang akan digunakan.

Beberapa Pendekatan Pada Model Pembelajaran Kooperatif Dan Perbandingannya:
1.      Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Langkah-langkah:
   1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
   2. Guru menyajikan pelajaran.
   3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
   4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
   5. Memberi evaluasi.
   6. Penutup.

Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.

Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.

2.    Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
g. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Kelebihan:

    * Setiap siswa menjadi siap semua.
    * Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
    * Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan:

    * Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
    * Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

3.  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT).
Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling cepat.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:

1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

4.       Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
a.       Pengertian
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.

b.    Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray
Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu

c.     Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan  kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

d.     Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS
Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
 2. Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

e.      Kelebihan dan kekurangan model TSTS
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut.
a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
c. Lebih berorientasi pada keaktifan.
d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
                                                                                      
5.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share)
Dikemukakan oleh Frank Lyman (1985). Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Tahap-tahap model pembelajaran:
·         Tahap 1: Thinking, guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, siswa diminta memikirkan jawabannya sendiri.
·         Tahap 2: Pairing, siswa berpasangan untuk mendiskusikan yang dipikirkan pada tahap 1.
·         Tahap 3: Sharing guru meminta pasangan siswa berbagi dengan seluruh kelas tentang yang mereka diskusikan. Dilakukan bergiliran.

Langkah-langkah pelaksanaan antara lain:
a. Guru memberikan suatu permasalahan / pertanyaan pada kelas. Misalnya, guru bertanya, "Apa yang dimaksud dengan pemanasan global? Mengapa isu pemanasan global sedang ramai dibicarakan orang? Adakah tanda-tanda terjadinya pemanasan global di kota ini?"
b. Setiap siswa secara individual diminta untuk merenungkan kemungkinan jawabannya terlebih dahulu. Guru memberikan waktu yang cukup. Tahap ini disebut tahap Berpikir / Think.
c. Setelah siswa mencari / memikirkan jawaban atau tanggapan sendiri-sendiri, guru kemudian meminta siswa secara berpasangan mendiskusikan jawaban mereka. Pada kesempatan ini mereka bisa saling bertukar pikiran dan argumentasi tentang permasalahan yang disampaikan oleh guru. Tahap ini disebut tahap berdiskusi Berpasangan / in Pairs.
d. Setelah diskusi berpasangan dirasakan cukup, guru mengundang tiap siswa / pasangan siswa untuk berbagi jawaban atau komentar secara pleno kelas terhadap permasalahan yang diajukan guru. Tahap ini disebut Berbagi / Share.

6.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Square)
       Think Pairs Square atau Berpikir-Berpasangan-Berempat / B3 ini sangat mudah pengelolaan kelasnya. Siswa tidak perlu berpindah dari tempat duduknya.
Tahapan pembelajaran kooperatif model Think Pairs Square / B3 ini hampir sama dengan tahapan pada model
Think Pairs Share / B3K kecuali pada langkah d (tahap berbagi). Untuk model Think Pairs Square langkah tersebut diubah menjadi berdiskusi atau bertukar pendapat dan argumentasi dengan empat orang. Dengan demikian siswa berpikir/bekerja individual, kemudian berpasangan, setelah itu berempat.
Think Pairs Square memberikan kesempatan kepada siswa mendiskusikan ide-ide mereka dan menyediakan sarana bagi mereka untuk melihat metodologi pemecahan masalah lain. Jika salah satu pasangan siswa tidak mampu menyelesaikan masalah, pasangan siswa lain sering dapat menjelaskan jawaban mereka dan metodologis. Akhirnya, jika masalah yang ditimbulkan tidak memiliki "benar" menjawab, dua pasang siswa dapat menggabungkan hasil mereka dan menghasilkan jawaban yang lebih komprehensif.
Langkah-langkah:
a. Guru memberikan suatu permasalahan/pertanyaan pada kelas. Misalnya, guru bertanya,”Apa yang dimaksud dengan pemanasan global? Mengapa isu pemanasan global sedang ramai dibicarakan orang? Adakah tanda-tanda terjadinya pemanasan global di kota kita ini?”
b.   Setiap siswa secara individual diminta untuk merenungkan kemungkinan jawabannya terlebih dahulu. Guru memberikan waktu yang cukup. Tahap ini disebut tahap Berpikir/Think.
c.  Setelah siswa mencari/memikirkan jawaban atau tanggapan sendiri-sendiri, guru kemudian meminta siswa secara berpasangan mendiskusikan jawaban mereka. Pada kesempatan ini mereka bisa saling bertukar pikiran dan argumentasi tentang permasalahan yang disampaikan oleh guru. Tahap ini tahap berdiskusi Berpasangan/in Pairs.
d.  Setelah diskusi berpasangan dirasakan cukup, guru mengundang tiap siswa / pasangan siswa untuk berdiskusi atau bertukar pendapat dan argumentasi terhadap permasalahan yang diajukan guru dengan siswa / pasangan siswa yang lain. Tahap ini disebut Berempat/Square.

7.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside Circle)
Dikemukakan oleh spencer Kagan, dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari sjumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya
Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
b. Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
c. Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbaga informasi, pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
d. Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
e. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan seterusnya.

8.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW (Think Talk Write)
        Think-Talk-Write (TTW) yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin, pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir/berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara den membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Dalam hal ini siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) pada dasarnya menggunakan strategi pembelajaran kooperatif sehingga dalam pelaksanaanya, model ini membagi sejumlah siswa kedalam kelompok kecil secara heterogen agar suasana pembelajaran lebih efektif.

Dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan kelompok, maka pembelajaran TTW juga mengacu kepada pembelajaran kooperatif yang dapat mengkonstruksi penguasaan konsep siswa (Dipdip,2007:16). Tahapan-tahapan yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran TTW dalam pembelajaran fisika akan diuraikan sebagai berikut:

1) Pikir (Think)
Aktivitas berpikir siswa dapat dilihat pada saat dalam pembelajaran terdapat kegiatan pembelajaran yang memancing siswa untuk memikirkan sebuah permasalahan fisika baik itu kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau siswa, pengamatan gejala fisis atau berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. proses membaca buku paket atau handout fisika serta berbagai macam artikel yang berhubungan dengan pokok bahasan. Setelah itu siswa mulai memikirkan solusi dari permasalahan tersebut dengan cara menuliskannya di buku catatan atau handout ataupun mengingat bagian bagian yang difahami serta tidak difahaminya.

2) Bicara (Talk)
Siswa melakukan komunikasi dengan teman sekelompok untuk mendapatkan solusi bersama dari solusi yang telah dipikirkan sebelumnya oleh setiap individu kemudian akan dibahas dalam diskusi kelas. Masing-masing kelompok belajar terdiri dari 5-6 orang.

3) Tulis (Write)
Siswa menuliskan hasil diskusi itu dalam catatannya (buku catatan, handout dan atau LKS) baik berupa definisi istilah maupun kejadian fisis yang terkait dengan persamaan-persamaan fisis.

9.      Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
        Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
10. Kancing Gemerincing (Talking Chips)
Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan. Tipe kancing gemerincing merupakan salah satu dari jenis metode struktural, yaitu metode yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Kagan mengemukakan tipe kancing gemerincing dengan istilah talking chipsChips yang dimaksud oleh kagan dapat berupa benda berwarna yang ukurannya kecil. Istilah talking chips di Indonesia kemudian lebih dikenal sebagai model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, dan dikenalkan oleh Anita Lie.

Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing menurut Lie (2008:63) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain. Pengertian kancing menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sebuah benda kecil yang biasa dilekatkan di baju.

Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing menurut Kagan  adalah jenis metode struktural yang mengembangkan hubungan timbal balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama. Setiap anggota mendapatkan chips yang berbeda yang harus digunakan setiap kali mereka ingin berbicara mengenai : # menyatakan keraguan, menjawab pertanyaan, bertanya, mengungkapkan ide, mengklarifikasi pernyataan, mengklarifikasi ide, merespon ide, merangkum, mendorong partisipasi anggota lainnya, memberikan penghargaan untuk ide yang dikemukakan anggota lainnya dengan mengatakan hal yang positif.

Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing menurut Millis dan Cottel  adalah jenis model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa diberikan chips yang berfungsi sebagai tiket yang memberikan izin pemegangnya untuk berbagi informasi, berkontribusi pada diskusi, atau membuat titik debat.










DAFTAR PUSTAKA



http://muhfida.com/model-pembelajaran-kooperatif/


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.