MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
- untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama
- kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
- jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
- penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Tujuan
Pembelajaran Kooperatif
- Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
- Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
- Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.
Fase-fase
Model Pembelajaran Kooperatif :
Fase
|
Indikator
|
Aktivitas Guru
|
1
|
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
|
2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
3
|
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi efisien
|
4
|
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mengerjakan tugas
|
5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
|
6
|
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara untuk menghargai
upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.
|
Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif di Kelas
Yang perlu
dipersiapkan sebelum melakukan model pembelajaran kooperatif di kelas,
diantaranya:
- pilih pendekatan apa yang akan digunakan, misal STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, dll.
- Pilih materi yang sesuai untuk model ini
- mempersiapkan kelompok yang heterogen
- menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa
- merencanakan waktu, tempat duduk yang akan digunakan.
Beberapa Pendekatan Pada Model
Pembelajaran Kooperatif Dan Perbandingannya:
1. Model Pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan
memotivasi siswa mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan
oleh Slavin (1995) dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan
pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua
anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami
kesulitan.
2. Membedakan siswa.
2. Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Number Heads Together).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT
dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk
melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah
penerapan tipe NHT:
a. Guru
menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru
memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
c. Guru membagi
kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap
anggota kelompok diberi nomor atau nama.
d. Guru
mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e. Guru
mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru
merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f. Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
g. Guru
memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h. Guru memberi
penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
Kelebihan:
* Setiap siswa menjadi siap semua.
* Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
* Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
* Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
* Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT).
Pada
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), peserta didik
dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat peserta didik
yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya
masing-masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling banyak
menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling cepat.
Pembelajaran
kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,mengandung unsur
permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung
reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,persaingan sehat
dan keterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama dalam komponen
utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru
menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran
langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian
kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4
sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik,
jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan
mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab
benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan
siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada
akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke
dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan
pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan
kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok
yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super
Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata
mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
4.
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Two Stay Two
Stray (TSTS)
a.
Pengertian
Salah satu model pembelajaran
kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan
biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor
(Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi
kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar
yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan
tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan
hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.
b.
Ciri-ciri
model pembelajaran Two Stay Two Stray
Ciri-ciri
model pembelajaran TSTS, yaitu:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
4.
Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu
c. Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray
Adapun
langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam Lie, 2002:60-61)
adalah sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
d. Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS
Pembelajaran
kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Persiapan
1. Persiapan
Pada
tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem
penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa
menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap
anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
2. Presentasi Guru
Pada
tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan
materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
e. Kelebihan dan kekurangan model TSTS
Suatu
model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan
dari model TSTS adalah sebagai berikut.
a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
c. Lebih berorientasi pada keaktifan.
d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
c. Lebih berorientasi pada keaktifan.
d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
5. Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share)
Dikemukakan
oleh Frank Lyman (1985). Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa
metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas
secara keseluruhan. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara
eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab,
dan saling membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa
mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling tergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Tahap-tahap
model pembelajaran:
·
Tahap
1: Thinking, guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, siswa diminta memikirkan
jawabannya sendiri.
·
Tahap
2: Pairing, siswa berpasangan untuk mendiskusikan yang dipikirkan pada tahap 1.
·
Tahap
3: Sharing guru meminta pasangan siswa berbagi dengan seluruh kelas tentang
yang mereka diskusikan. Dilakukan bergiliran.
Langkah-langkah
pelaksanaan antara lain:
a. Guru memberikan suatu
permasalahan / pertanyaan pada kelas. Misalnya, guru bertanya, "Apa yang
dimaksud dengan pemanasan global? Mengapa isu pemanasan global sedang ramai
dibicarakan orang? Adakah tanda-tanda terjadinya pemanasan global di kota ini?"
b. Setiap siswa secara individual diminta untuk merenungkan
kemungkinan jawabannya terlebih dahulu. Guru memberikan waktu yang cukup. Tahap
ini disebut tahap Berpikir / Think.
c. Setelah siswa mencari /
memikirkan jawaban atau tanggapan sendiri-sendiri, guru kemudian meminta siswa
secara berpasangan mendiskusikan jawaban mereka. Pada kesempatan ini mereka
bisa saling bertukar pikiran dan argumentasi tentang permasalahan yang
disampaikan oleh guru. Tahap ini disebut tahap berdiskusi Berpasangan / in Pairs.
d. Setelah diskusi berpasangan
dirasakan cukup, guru mengundang tiap siswa / pasangan siswa untuk berbagi
jawaban atau komentar secara pleno kelas terhadap permasalahan yang diajukan
guru. Tahap ini disebut Berbagi / Share.
6.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
(Think Pair Square)
Think Pairs Square atau Berpikir-Berpasangan-Berempat / B3
ini sangat mudah pengelolaan kelasnya. Siswa tidak perlu berpindah dari tempat
duduknya.
Tahapan pembelajaran kooperatif model Think Pairs Square / B3 ini hampir sama dengan tahapan pada model Think Pairs Share / B3K kecuali pada langkah d (tahap berbagi). Untuk model Think Pairs Square langkah tersebut diubah menjadi berdiskusi atau bertukar pendapat dan argumentasi dengan empat orang. Dengan demikian siswa berpikir/bekerja individual, kemudian berpasangan, setelah itu berempat.
Tahapan pembelajaran kooperatif model Think Pairs Square / B3 ini hampir sama dengan tahapan pada model Think Pairs Share / B3K kecuali pada langkah d (tahap berbagi). Untuk model Think Pairs Square langkah tersebut diubah menjadi berdiskusi atau bertukar pendapat dan argumentasi dengan empat orang. Dengan demikian siswa berpikir/bekerja individual, kemudian berpasangan, setelah itu berempat.
Think Pairs Square memberikan
kesempatan kepada siswa mendiskusikan ide-ide mereka dan menyediakan sarana
bagi mereka untuk melihat metodologi pemecahan masalah lain. Jika salah satu
pasangan siswa tidak mampu menyelesaikan masalah, pasangan siswa lain sering
dapat menjelaskan jawaban mereka dan metodologis. Akhirnya, jika masalah yang
ditimbulkan tidak memiliki "benar" menjawab, dua pasang siswa dapat
menggabungkan hasil mereka dan menghasilkan jawaban yang lebih komprehensif.
Langkah-langkah:
a. Guru memberikan suatu
permasalahan/pertanyaan pada kelas. Misalnya, guru bertanya,”Apa yang dimaksud
dengan pemanasan global? Mengapa isu pemanasan global sedang ramai dibicarakan
orang? Adakah tanda-tanda terjadinya pemanasan global di kota kita ini?”
b. Setiap siswa secara individual
diminta untuk merenungkan kemungkinan jawabannya terlebih dahulu. Guru
memberikan waktu yang cukup. Tahap ini disebut tahap Berpikir/Think.
c. Setelah siswa mencari/memikirkan
jawaban atau tanggapan sendiri-sendiri, guru kemudian meminta siswa secara berpasangan mendiskusikan
jawaban mereka. Pada kesempatan ini mereka bisa saling bertukar pikiran dan
argumentasi tentang permasalahan yang disampaikan oleh guru. Tahap ini tahap
berdiskusi Berpasangan/in Pairs.
d. Setelah diskusi berpasangan
dirasakan cukup, guru mengundang tiap siswa / pasangan siswa untuk berdiskusi
atau bertukar pendapat dan argumentasi terhadap permasalahan yang diajukan guru
dengan siswa / pasangan siswa yang lain. Tahap ini disebut Berempat/Square.
7. Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe IOC (Inside Outside Circle)
Dikemukakan
oleh spencer Kagan, dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi informasi
pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. IOC adalah mode pembelajaran dengan
sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi
pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan
teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari sjumlah siswa membentuk lingkaran kecil
menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam,
siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di
lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di
depannya, dan seterusnya
Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Separuh
kelas berdiri dan membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
b. Separuh yang
lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
c. Dua siswa
berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbaga informasi, pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
d. Kemudian
siswa yang berada pada lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
e. Sekarang
giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan
seterusnya.
8.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW
(Think Talk Write)
Think-Talk-Write (TTW) yang
diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin, pada dasarnya dibangun melalui
berpikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan TTW dimulai dari keterlibatan
siswa dalam berpikir/berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara den membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum
menulis. Dalam hal ini siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) pada dasarnya menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif sehingga dalam pelaksanaanya, model ini membagi
sejumlah siswa kedalam kelompok kecil secara heterogen agar suasana
pembelajaran lebih efektif.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan kelompok, maka pembelajaran TTW juga
mengacu kepada pembelajaran kooperatif yang dapat mengkonstruksi penguasaan
konsep siswa (Dipdip,2007:16). Tahapan-tahapan yang dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran TTW dalam pembelajaran fisika akan diuraikan
sebagai berikut:
1) Pikir (Think)
Aktivitas berpikir siswa dapat
dilihat pada saat dalam pembelajaran terdapat kegiatan pembelajaran yang
memancing siswa untuk memikirkan sebuah permasalahan fisika baik itu kegiatan
demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau siswa, pengamatan gejala fisis atau
berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. proses membaca buku paket atau
handout fisika serta berbagai macam artikel yang berhubungan dengan pokok
bahasan. Setelah itu siswa mulai memikirkan solusi dari permasalahan tersebut
dengan cara menuliskannya di buku catatan atau handout ataupun mengingat bagian
bagian yang difahami serta tidak difahaminya.
2) Bicara (Talk)
Siswa melakukan komunikasi dengan
teman sekelompok untuk mendapatkan solusi bersama dari solusi yang telah
dipikirkan sebelumnya oleh setiap individu kemudian akan dibahas dalam diskusi
kelas. Masing-masing kelompok belajar terdiri dari 5-6 orang.
3) Tulis (Write)
Siswa menuliskan hasil diskusi itu
dalam catatannya (buku catatan, handout dan atau LKS) baik berupa definisi
istilah maupun kejadian fisis yang terkait dengan persamaan-persamaan fisis.
9.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan
sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok
heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai
dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa
bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai
bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke
kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok
ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
10.
Kancing Gemerincing (Talking Chips)
Model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pertama kali dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Tipe kancing gemerincing merupakan salah satu dari jenis metode
struktural, yaitu metode yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Kagan mengemukakan tipe
kancing gemerincing dengan istilah talking chips. Chips yang
dimaksud oleh kagan dapat berupa benda berwarna yang ukurannya kecil.
Istilah talking chips di Indonesia kemudian lebih dikenal
sebagai model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, dan dikenalkan
oleh Anita Lie.
Pengertian
model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing menurut Lie (2008:63)
adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota
kelompoknya mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka
dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain. Pengertian
kancing menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sebuah benda kecil yang
biasa dilekatkan di baju.
Pengertian
model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing menurut Kagan
adalah jenis metode struktural yang mengembangkan hubungan timbal
balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama.
Setiap anggota mendapatkan chips yang berbeda yang harus
digunakan setiap kali mereka ingin berbicara mengenai : # menyatakan keraguan, menjawab pertanyaan, bertanya,
mengungkapkan ide, mengklarifikasi pernyataan, mengklarifikasi ide, merespon
ide, merangkum, mendorong partisipasi anggota lainnya, memberikan penghargaan
untuk ide yang dikemukakan anggota lainnya dengan mengatakan hal yang positif.
Pengertian
model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing menurut Millis dan
Cottel adalah jenis model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa
diberikan chips yang berfungsi sebagai tiket yang memberikan
izin pemegangnya untuk berbagi informasi, berkontribusi pada diskusi, atau
membuat titik debat.
DAFTAR PUSTAKA
http://muhfida.com/model-pembelajaran-kooperatif/
0 komentar:
Posting Komentar