TEORI BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Sebagaimana yang
diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan
informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar (facilitate
of learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu
melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses
pembelajarannya. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan
optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran.
Proses
pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu
harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya
dalam proses pembelajaran. Berikut ini kita akan membahas teori-teori belajar
dan implikasinya dalam proses pembelajaran. Diantaranya teori belajar Gagne,
teori belajar Oppul, dan teori belajar Bruner.
1.2
Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami teori belajar yang sesuai
dengan karakteristik pembelajaran kimia, yakni :
1.
Teori belajar
Gagne
2.
Teori belajar
Brunner
3.
Teori belajar
Oppul
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
teori belajar menurut Gagne?
2
Bagaimana
teori belajar menurut Bruner?
3
Bagaimana
teori belajar menurut Oppul?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar
2.2 Macam-Macam Teori
Belajar
2.3 Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne, belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan
seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut
bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi
berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.
Gagne
(1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi
anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi,
skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh
manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang
selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut
diperoleh pembelajar (peserta didik) dari :
1. Stimulus dan lingkungan
2. proses kognitif
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Verbal information (informasi verbal)
2) Intellectual Skill (skil Intelektual)
3) Attitude (perilaku)
4) Cognitive strategi (strategi kognitif)
2. proses kognitif
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Verbal information (informasi verbal)
2) Intellectual Skill (skil Intelektual)
3) Attitude (perilaku)
4) Cognitive strategi (strategi kognitif)
Belajar
informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label,
menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil
belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan
informasi.
Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how”
Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan.
Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how”
Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan.
Strategi
kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar
mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan
tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan
menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui
pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent
tinker”.
Teori belajar yang dikembangkannya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
konsep belajar yaitu:
A.
Hasil-hasil Belajar Gagne
Gagne memaparkan lima tujuan belajar yang bersifat kognitif, psikomotor,
dan afektif. Hasil belajar ini berwujud penampilan-penampilan yang disebut
kemampuan-kemampuan (capabilities).
Di antaranya bersifat kognitif, yaitu: keterampilan intelektual,
strategi-strategi kognitif, dan informasi verbal.
1.
Keterampilan Intelektual
Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah diskriminasi-diskriminasi,
konsep-konsep konkret, konsep terdefinisi, aturan-aturan, dan aturan-aturan
tingkat tinggi.
a.
Diskriminasi-diskriminasi, merupakan suatu konsep kemampuan
untuk mengadakan respons-respons yang berbeda terhadap stimulus-stimulus yang
berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik.
b.
Konsep-konsep konkret, menunjukkan suatu sifat objek
atau atribut objek. Dalam hal ini diyakini bahwa penampilan manusia merupakan
sebuah konsep yang konkret. Belajar konkret merupakan prasyarat dari belajar
abstrak.
c.
Konsep terdefinisi, mensyaratkan kemampuan
mendemonstrasikan arti dari kelas tertentu tentang objek-objek,
kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan.
d.
Aturan-aturan, menunjukkan bagaimana penampilan
mempunyai semacam "keteratuan" dalam berbagai situasi khusus. Dalam
hal ini konsep terdefinisi merupakan merupakan suatu bentuk khusus dari aturan
yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek, dan kejadian-kejadian. Dapat
pula dikatakan bahwa konsep terdefinisi merupakan suatu aturan
pengklasifikasian.
e.
Aturan-aturan tingkat tinggi, merupakan gabungan dari
berbagai aturan-aturan sederhana yang dipergunakan untuk memecahkan masalah.
Aturan-aturan yang kompleks atau aturan-aturan tingkat tinggi ditemukan untuk
memecahkan suatu masalah praktis atau sekelompok masalah.
2.
Strategi-strategi kognitif
Stategi-strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu proses
internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah
cara-cara memberikan perhatian, belajar mengingat, dan berpikir.
- Strategi-strategi menghafal, yaitu siswa melakukan latihan tentang materi yang dipelajari dalam bentuk pengulangan terus-menerus.
- Strategi-strategi elaborasi, yaitu siswa mengasosiakan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Misalnya mempelajari puisi dengan cara memparafrasekan puisi tersebut.
- Strategi-strategi pengaturan, yaitu mempelajari materi dengan menyusun kerangka yang teratur dari materi tersebut.
- Strategi-strategi metakognitif, meliputi kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar, memperkiran keberhasilan pencapain tujuan itu, dan memilih alternatif untuk mencapai tujuan itu.
- Strategi-strategi afektif, yaitu teknik yang digunakan siswa untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian, mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.
3.
Informasi verbal adalah informasi yang diperoleh dari
belajar di sekolah, kata kata yang diucapkan orang, membaca, radio, televisi,
dan media yang lain.
4.
Sikap-sikap yang umum biasanya disebut dengan nilai.
Sikap-sikap ini ditujukan pada perilaku-perilaku sosial seperti kata-kata
kejujuran, dermawan, dan istilah-istilah lain yang lebih moralitas.
5.
Keterampilan-keterampilan motorik Keterampilan motorik
tidak hanya meliputi kegiatan fisik, tetapi jugakegiatan-kegiatan motorik yang
digabungkan dengan kegiatan-kegiatan intelektual, misalnya membaca dan menulis.
B.
Kejadian-kejadian Belajar
Kejadian-kejadian belajar merupakan fasa-fasa belajar yang terdiri atas
fasa motivasi, pengenalan, pemerolehan, retensi, pemanggilan, generalisasi,
penampilan, dan umpan balik.
C.
Kejadian-kejadian Instruksi
Menurut Gagne bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi;
kejadian-kejadian instruksi dapat pula diterapkan pada belajar penemuan,
belajar di luar kelas atau belajar di dalam kelas. Tetapi kejadian instruksi
yang dikemukakan Gagne merupakan kejadian-kejadian instruksi yang terjadi pada
guru ketika menyampaiakn pelajaran pada sekelompok siswa. Yang termasuk dalam
kejadian-kejadian instruksi tersebut antara lain adalah:
1.
Mengaktifkan motivasi
Kejadian ini merupakan langkah pertama dalam setiap pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dengan tujuan memberikan motivasi belajar pada siswa.
2.
Memberi tahu tujuan-tujuan belajar
Pada langkah kedua ini guru menyampaikan tujuan belajar agar siswa
mengetahui latar belakang penyampaian materi serta mengetahui apa yang akan
dipelajari. Tahap ini biasanya dirumuskan dengan tujuan instruksional
khusus/tujuan pembelajaran.
3.
Mengarahkan perhatian
Gagne mengemukakan du bentuk perhatian yaitu perhatian yang berbentuk
stimulus dan perhatian yang berbentuk persepsi selektif.
4.
Merangsang ingatan
Mengingat pelajaran yang telah lampau dengan cara pemberian kode pada
informasi yang berasal dari memori jangka pendek. Guru dapat melakukannya
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merupakan suatu pengulangan.
5.
Menyediakan bimbingan belajar
Bimbingan belajar ini dimaksudkan untuk memperlancar masuknya informasi
ke memori jangka panjang. Dapat dilakukan dengan mengaitkan informasi baru pada
pengalaman siswa.
6.
Meningkatkan retensi
Retensi atau bertahannya materi dapat dilakukan dengan banyak kali
pengulangan terhadap materi tersebut.
7.
Membantu transfer belajar
Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada
situasi baru. Pada transfer belajar diperlukan penguasaan konsep-konsep,
fakta-fakta, keterampilan-keterampilan oleh para siswa.
8.
Mengeluarkan penampilan dan memberikan umpan
balik
Guru memberikan kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan
hasil belajar mereka, agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran
selanjutnya berjalan dengan lancar.
2.4 Teori Belajar Brunner
Jerome S. Bruner
adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif.
Penelitiannya
yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan
berfikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses,
pemikir dan pencipta informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi
tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi
pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan
terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu,
didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan
pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu
diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh
bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu
tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa
menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu
menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya
sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.
Menurut Bruner
belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang
diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer
yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir
secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah.
Teori instruksi
menurut Bruner hendaknya mencakup:
- Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari segi aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.
- Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian, ekonomi dan kuasa.
- Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
- Bentuk dan pemberian reinforsemen.
Dalam teori belajarnya Jerome
Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika
siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi
tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk
memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu
tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta
ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang
lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada
tahap kedua tadi benar atau tidak.
Adapun ciri khas teori pembelajaran menurut Bruner adalah:
1.
Empat Tema tentang Pendidikan
Tema pertama mengemukakan
pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan
struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana
fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan
yang lain.
Tema kedua adalah
tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas
penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat
mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan
nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik
intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui
langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu
merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.
Tema keempat adalah tentang motivasi
atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru
untuk merangsang motivasi itu.
2.
Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi
pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.
Asumsi kedua adalah bahwa
orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk
dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model
of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussubel.
3.
Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa
belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses
itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Hampir semua orang dewasa
melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuannya
secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara
penyajian (modes of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif,
cara ikonik dan cara simbolik.
Cara penyajian enaktif
ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang
mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata.
Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui
respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui
bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik
didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan
gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan
sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik menggunakan
kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang
lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan daripada objek-objek,
memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga
cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya
dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu
dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah
ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan
timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan”
timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran.
Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa
pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan
menggunakan Hukum Newton tentang momen.
4.
Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner mempunyai ciri
khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery” yaitu belajar
dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak
menuntut pengulangan-pengulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut
”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru
untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang
kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul
kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks.
Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan
secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa
seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang
dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan
ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada
merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada
konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.
Ciri
khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner
1. Empat Tema tentang Pendidikan
Tema pertama
mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena
dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk melihat, bagaimana
fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan
yang lain.
Tema kedua
adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri
atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang
memungkinkan seseorang untuk mencapai
keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah
menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi,
teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa
melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi
itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak.
Tema keempat adalah
tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang
tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
2. Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi
pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.
Berlawanan dengan penganut teori perilaku Bruner yakin bahwa orang yang belajar
berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi
di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Asumsi kedua adalah
bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang
masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model
alam (model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur
kognitif Aussebel. Setiap model merupakan gambaran dari setiap orang. Dengan
menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu
struktur atau model yang memeungkinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal
tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang
diketahui.
3. Belajar
sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan
bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga
proses itu adalah
(1) memperoleh
informasi baru,
(2) transformasi
informasi dan
(3) menguji relevansi
dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru dapat
merupakan pengingatan kembali dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang
atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan
informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan
seseorang menerapkan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi,
transformasi menyangkut cara kita menerapkan pengetahuan, apakah dengan cara
ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang
dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk menyatakan
kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang
disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif,
cara ikonik dan cara simbolik.
Cara penyajian
enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini
seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau
kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau
melalui respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui
bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik
didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan
gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan
sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik
menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan
seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan daripada objek-objek,
memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari
ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil
hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan
hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih
jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat
menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran.
”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku
pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa
tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan
menggunakan Hukum Newton tentang momen.
4. Ciri khas
Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner
mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery”
yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori
Bruner ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan, maka desain yang
berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral”. Secara singkat, kurikulum spiral
menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang
sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu
saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat
bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang
dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan
ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada
merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada
konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.
2.5 Teori Belajar Oppul
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan
adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan
gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
. Karena perkembangan utama yang
terjadi selama awal masa kanak-kanak berkisar di seputar penguasaan dan
pengendalian lingkungan. Salah satu cara yang umum dalam menjelajah lingkungan
adalah dengan bertanya, jadi periode ini adalah meniru pembicaraan dan perilaku
orang lain, oleh karena itu periode ini juga disebut usia meniru. Namun
kecenderungan ini nampak kuat tetapi anak lebih menunjukkan kreativitas dalam
bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain dalam kehidupannya.
Secara umum remaja dapat
didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana remaja
mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga
merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan
juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.
Masa
dewasa dini adalah masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan masa remaja.
Masa ini adalah masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya dari
orang tua dan mulai belajar madiri karena ia sudah mempunyai peran dan
tugas-tugasnya yang baru.
3.2 Saran
Perkembangan anak penting dijadikan
perhatian khusus bagi orangtua dan guru di sekolah . Sebab, proses tumbuh
kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang. Masa
kanak-kanak merupakan masa-masa yang sulit bagi orang tua karena pada masa
kanak-kanak awal ialah karena anak-anak sedang mengembangkan kepribadian yang
unik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. Psikologi Perkembangan : Aksara
Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Hurlock,
Elizabeth B. (1980). Psikologi
Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Kandau, Johan W.1991. Psikologi Umum. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Riyanti, B.P Dwi
dan Hendro Prabowo. 1998. Psikologi
Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma Press.
Yusuf, Syamsu.
(2008). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Website :
http://www.masbow.com/2010/09/perkembangan-dewasa-akhir.html
http://www.psikologizone.com/fase-fase-perkembangan-manusia/06511465
makasih ya kakak vivien....
BalasHapus